19. Melarikan diri

209 27 21
                                    


Happ Reading

❤❤❤❤❤

Diam.

Hanya itu yang bisa Rara lakukan dengan tubuh terpaku, ia masih belum siap untuk saat ini. Matanya masih tak lepas dari wajah Alta yang seperti biasa yaitu tanpa ekspresi jika bersama orang lain.

Hati Rara berdesir, tapi desiran itu sudah tak seperti dulu. "Al, kita pulang!" Mengabaikan suara yang sempat membuat fokusnya pecah.

Alta tetap diam. Kini tatapannya teralih pada pria dengan rambut keriting yang berada dibelakang Rara dengan jarak yang tak terlalu jauh.

Dengan cepat otak geniusnya berkerja. Ia cukup mengenal Keano sebagai ketua osis SMA Brawijaya dan juga dekat dengan ketua olimpiade fisika itu, yang tidak salah namnya adalah Karen.

"Gue mau pulang, Alta!"

Nafas Rara memburu, saat merasakan sebuah tangan menyentuh bahunya sambil meremasnya pelan. Kebiasaan Keano jika marah, hanya dia yang mengetahui itu. Selama ini ia hanya diam sambil tersenyum saat Keano melakukan itu.

"Shhssh..." Ringisan pelan Rara membuat Alta gelap mata. Ia maju dengan bringas menyentak tangan Keano yang sempat bertengger dibahu Rara. Jika sudah menyakiti. Ia sendiri yang akan turun tangan.

Alta melupakan statusnya, sebagai adik kelas Keano. Dengan gelap perasaan dan hati ia meninju Keano tepat dirahang pria itu membuat sang empu terhuyung kebelakang beberapa langkah.

Rara masih diam tak ingin berbalik. Gadis itu tak ingin menjadi lemah jika menatap wajah Keano. Apalagi jika pria itu menunjukkan wajah memelas, bukan tidak mungkin Rara luluh kembali.

Ia mencekal tangan Alta pelan sebelum pria itu kembali menerjang.
"Jangan"

Pria itu diam sesuai dengan ucapan Rara barusan tapi tatapan tajamnya tak pernah lepas dari Keano yang kini berdiri tegak. "Ra, aku mau ngomong sama kamu sebentar soal kita" ucap Keano mengabaikan keberadaan Alta.

Keano berusaha meraih jemari Rara yang tergantung bebas tapi tangannya segera ditepis Alta. Lama kelamaan ia tak bisa jika Alta ikut campur.

"Berhenti ikut campur urusan gue dan pacar gue" sentak Keano murka. Matanya menajam menatap Alta yang juga sudah diam dengan berada diambang batas.

"Mantan pacar. Lo sendiri yang bilang barusan, right?" Sontak Alta tersenyum miring. Ia tak ingin mengotori tangannya hingga dengan mudahnya bersilat lidah menjatuhkan ego Keano.

Rara diam bayangan-bayangan yang begitu menyakitkan mengganggunya. Semua seakan berputar dengan indah diotaknya, gendang telinganya seakan ingin pecah mendengar suara berisik disekitarnya.

"CUKUUUUPP" teriak Rara sambil menutup telinganya erat ia berlari menjauh dari keduanya. Rasanya kepalanya akan pecah saat itu juga.

Rara membalikkan tubuhnya, sebisa mungkin menahan genangan yang sudah berada dipelupuk matanya. Ia benci menjadi lemah hanya karena seorang pria, seharunya ia sadar dari dulu bahwa semua pria itu sama. Menghancurkannya setelah itu pergi atau mungkin datang membawa sejuta kenangan seperti Keano.

Tapi apa? Bahkan ia begitu jauh terjerat pesona Keano, dulu Rara berpikir Keano tulus dengannya. Gadis itu merasa begitu istimewa jika berada disekitar Keano. Tapi nyatanya?

"Apalagi, Ke? Ini kan yang sebenarnya kamu mau? Aku udah menuhin semuanya. Aku pergi jauh dari kamu. Mau kamu apalagi? Plis, Ke. Pergi yang jauh aku udah gak kuat" suara Rara yang bergetar dengan wajah memerah menahan tangis cukup membuktikan pada Alta betapa brengseknya mantan pacar Rara.

Don't First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang