41. Pengumuman Camping

134 19 0
                                    


"Aku memberikanmu cinta, tapi kau memberiku luka. Apa itu adil?"
.
.
.
.
.

Happy Reading

"Acara tahunan yang selalu diadakan sekolah, kali ini cukup berbeda. Untuk mempererat tali persaudaraan antara SMA Brawija dan SMA Tadika Kencana, pihak sekolah mengadakan camping diakhir pekan untuk seluruh angkatan. Selebihnya silahkan ditanyakan pada wali kelas masing-masing."

Rara yang sejak tadi fokus kini mengalihkan tatapannya pada Alta yang menariknya keluar dari ruang Aula.

"Lo mau ikut?" tanya Alta dengan alis terangkat sebelah. Didudukannya tubuh Rara di bangku panjang menghadap ke luar.

Rara menghela nafas sebentar. Mendengar SMA Brawijaya, ia menjadi teringat semua kenangan yang pernah ditorehkannya bersama dengan orang yang ia sayangi.

"Kalau gak mau, kita bisa ijin."

"Kita?" beo Rara dengan kening berkerut. Rasanya kata 'kita' terlalu asing untuk telinganya. Memang sejak kapan ada kata itu dalam kamusnya. Karena hanya ada kata 'mereka' tanpa 'kita'.

"Iya! Lo dan gue, " tutur Alta singkat. Ia tidak ikut duduk, hanya bersender di salah satu pilar dengan kedua tangan yang tenggelam di saku celana sekolah.

"Gue ikut. Lagian sayang banget sampai gak ikut. Belum tentu gue bisa ngerasain camping lagi, " ungkap Rara tersenyum kecil. Ada makna dibalik setiap kata-katanya.

Alta berjongkok tepat dihadapan Rara. Menggenggam tangan mungil gadis itu dalam genggamannya didepan semua orang.

"Setiap tahun kita pasti bakal camping bareng. Jalan-jalan bareng, dan semuanya bareng."

Gadis berkucir kuda itu kini benar-nenar tidak bisa menahan air mata di pelupuk matanya. Begitu banyak yang tidak diketahui mereka tentang dirinya, memberi semua orang harapan untuk masa depan. Tapi apa yang bisa Rara berikan? Bahkan tanda-tanda sudah semakin besar.

"Kalau ini nangis kebahagian gue biarkan. Tapi kalau sedih, jangan nangis. Gue gak suka liatnya, " tutur Alta sambil menghapus air mata yang berada di pipi Rara menggunakan jempolnya.

Rara memberikan senyum terbaiknya. "Ini tangisan senang."

Pada dasarnya manusia itu sama. Sama-sama menginginkan apa yang kadang sulit untuk mereka genggam. Lalu mengabaikan apa yang sedang mereka miliki saat ini. Jika nanti pergi lalu dicari.

Sebenarnya simple melepas dengan ikhlas adalah solusinya. Tapi Rara menolak itu, karena Keano dengan segala cahayanya dulu membawa pelita dalam kehidupannya yang gelap.

Ia tidak ingin menjadi salah satu manusia yang hanya mengingat kesalahan lalu melupakan seluruh kebaikan. Keberadaan Rara saat ini pun ada karena kehendak takdir dan Keano menjadi perantarannya.

Saat Keano menawarkan cinta disaat ia hilang akal, Rara menerimanya tanpa rasa ragu. Menumpukan segala rasa cintanya hingga ia lupa jika duri dalam hidupnya tidak pernah lepas.

Sedangkan Alta sendiri masih membutuhkan waktu, ia menginginkan Rara dengan caranya. Jika Rara sendiri suatu saat nanti tetap menutup mata untuk dirinya, ia bisa apa? Mungkin hanya bisa melepaskan. Alta butuh waktu. Dirinya belum sembuh. Saat ini hanya Rara obatnya.

Don't First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang