"Mantan kekasih persis seperti utang, kita tidak pernah betul-betul melupakannya. Kita hanya selalu pura-pura melupakannya. ".
.
.
.
.Happy Reading
Hening.
Gadis bersurai coklat yang diikat tinggi-tinggi itu kini diam membeku. Satu minggu tidak bercakap membuat rindu itu mengakar hingga menyakitinya secara perlahan. Kali ini dirinya sadar, bahwa ia tidak bisa menghindar lagi.
"Rara!" Sekali lagi gadis itu memejamkan matanya. Ternyata ini bukan ilusi yang membawa rasa sakit. Ini lebih dari sebuah fakta, namun, hanya seasaat karena ia menangkap sorot Alta.
Pria itu baru saja ingin maju, tetapi Rara lebih dahulu mengetahui gerakan Alta. Ia segera mencekal tangan sosok Alta dengan lembut. Menggeleng pelan, kali ini biarkan dirinya yang menyelesaikan segalanya.
"Gue gakpapa. Makasih untuk hari ini, gue bahagia banget. Dadah!" Rara berbalik. Menurutnya ini keputusan yang tepat. Meninggalkan Alta kemudian menyelesaikan masalahnya dengan Keano, sang mantan pacar.
Alta dia termangu. Untuk kesekian kalinya ia ditinggal, tak dilihat, dan diam dalam kesepian di pinggir pantai menatap punggung gadis yang menjadi cinta pertamanya.
Dia bahkan belum selesai mengungkapkan perasaanya pada Rara. Tapi gadis itu sudah lebih dulu menolaknya dengan cara yang halus. Meninggalkannya sendiri di pinggir pantai, dan melihat sang pujaan hati menggenggam tangan pria lain. Alta sudah biasa akan patah hati, tapi kenapa masih terasa sakit.
"Gue cinta sama lo, Ra. Kenapa lo gak kasih gue kesempatan. Kenapa lo tinggalkan gue seperti ini, disaat gue masih berharap lo anggap gue"
******
Keheningan yang tidak bisa bisa mereka ubah. Melanda dan merayap secara perlahan di kegelapan malam yang berada dalam gemerlap bintang.
Rara tidak tahu apa yang selalu ia inginkan. Saat ini ia merasa hampa tapi disisi lain dirinya bahagia, bahwa Keano-nya berada disisinya. Walaupun tidak mengucapkan sepatah katapun tapi tetap saja rasa bahagia itu menjalar tanpa bisa ia hentikan.
"Ka..kamu?! Maksud aku, kamu mau biacara apa?" Entah sejak kapan Rara mendadak menjadi orang gagu. Ia sendiri merutuki tingkah bodohnya.
Keano yang sedang duduk di kap mobil itu hanya diam memandang langit. Lidahnya terasa kelu, bagi Rara hanya pria itu yang menurutnya paling misterius. Rara tidak bisa menebak apa yanh sedang dalam berada di pikiran pria itu. Dia tidak mengerti.
"Aku mau pulang." Rara bingung harus apa lagi. Ia menyerah, dirinya punya batas kesabaran dan Keano sudah cukup mengurasnya.
Rara bangkit dari duduk selonjorannya, menepuk beberapa kali bagian belakang roknya.
Dia tidak berharap jika Keano mau mengantarnya pulang, meski ingin semua perasaan itu lebih baik ia kubur dalam-dalam karena pasti percuma saja. Baru saja ia ingin melangkah pergi menuju jalan besar di belakangnya, tiba-tina seseorang memeluk dirinya dari belakang. Begiru erat hingga Rara dapat merasakan detak jantung itu. Untuk pertama kalinya, Keano berlaku seperti itu.
Rara sedikit menunduk, ia masih belum percaya bahwa sepasang tangan yang melingkar disekitar peluknya itu milik Keano, mantan pacarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't First Love
Ficção Adolescente"Jika kamu mencintai seseoang, maka lepaskan dia. Jika seseorang tersebut kembali, ia milikmu. Namun jika tidak ia memang bukan untukmu." ****** Kata orang jatuh cinta itu pilhan, tapi bagi seorang Qiandra Brunella jatuh cinta itu petaka, Sebab jatu...