56. Siuman Dan Menjauh.

189 20 16
                                    


"Lupakan aku."

.
.
.
.
.

Happy Reading.



Dengan dibantu Regan melangkah Rara terus menatap lurus pintu kamar inap yang telah ditempati Alta. Beberapa saat lalu ia dikabarkan jika operasi yang Alta lakukan berhasil, kini pria yang sudah mengisi kekosongan hatinya itu sudah sadar.

Sekali lagi Rara menghela nafas. Berbisik pelan pada Regan yang sejak tadi ikut bungkam. "Gue takut..."

Regan mengangkat sebelah alisnya. Sorot yang ia berikan sama teduhnya dengan yang sering Regan tunjukkan pada Linka.

"Gue ada disini, anggap aja gue kakak lo."

Ucapan Regan berhasil membuat Rara terdiam. Lidahnya kelu untuk berbicara tapi satu detik kemudian senyum lirih itu terpampang secara nyata di wajah pucatnya.

"Nyatanya seberapa banyak pun gue anggap lo kakak, lo hanya akan tetap jadi kakaknya Linka, gue nggak mau semakin berharap sama kalian, cukup gue berharap sama Alta," tukas Rara dengan mantap. Jalannya yang sedikit pincang membuat siapa saja merasa prihatin terhadap gadis itu. Tapi bukan itu yang ia inginkan, bukan rasa prihatin. Namun, rasa khawatir karena mereka menyayangi dirinya.

Saat pintu kamar inap di buka, semua pasang mata yang berada di dalam ruangan itu menatapnya. Linka yang paling menyorotkan penuh kebencian padanya.

Namun, bukan itu yang menjadi daya tarik Rara saat ini. Karena Alta lah yang selalu berhasil mengalihkan perhatiannya.

"Alta!" Suara Rara yang mengalun begitu pelan seketika menggema di ruang sunyi itu.

Rara melepas pegangannya pada Regan. Melangkah dengan susah payah menuju brankar Alta meski beberapa kali akan terjatuh. Ia tersenyum lebar dengan perasaan menggebu. Cinta itu nyata dan ia nerasakannya saat ini.

Linka yang baru saja ingin menahan Rara segera ditahan Regan dengan gelengan keras. Karena waktunya Regan menjadi pelindung Rara, membalas budi segala jasa yang Almarhum Irena lakukan padanya dan juga adiknya.

"Kamu... Sadar. Makasih udah bangun dan kembali membuka mata," ucap Rara begitu lirih. Tangannya yang baru saja terangkat untuk mengelus pelan pipi pria itu segera ditepis halus.

Alta mengerutkan keningnya bingung. Wajahnya yang datar menyorot hampa pada Rara. Tidak seperti biasanya.

"Lo siapa?"

Deg

Seketika dunia Rara seolah runtuh, Rara menatap sekelilingnya dengan bingung. Alta melupakannya dengan begitu mudah. Mengapa?

"Linka dia siapa? Kenapa dia sok akrab banget sama aku?" tanya Alta dengan tangan yang melambai, menyuruh Linka mendekat.

Linka menabrak bahu Rara pelan. Mengerti ia tidak di butuhkan membuat Rara sedikit menyingkir. Matanya memerah menahan tangisan, sekarang ia benar-benar sendiri tanpa ada pegangan seorang pun menjadi arahannya.

"Dia fans kamu. Nggak usah dipikirin, bentar aku suruh keluar. Aku panggilin kamu dokter ya," ujar Linka menggenggan jemari Alta dengan begitu erat. Sekali lagi Alta menatap Rara dengan pandangan tidak terbaca, beberapa bayangan abstrak terlintas di otaknya. Membuat kepalanya terasa akan pecah.

Don't First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang