43. Ada Semua

152 15 12
                                    


"Disaat orang dimasa lalu perlahan pergi, tuhan pasti mengirimkan yang lebih dari sebelumnya."

.
.
.
.
.

Happy Reading

Rara meletakkan kepalanya di jendela kaca dengan lesu. Lima menit sudah bus meninggalkan tempat peristiharatan mereka tadi.

Tahu begini, ia tidak usah saja pergi. Dan meminta ikut pada Alta. Sungguh membosankan.

Suara tarikan nafas Rara terasa nyata, ia menghembusaknnya dengan perlahan meradakan gundah dan penat di kepalanya. Berusaha agar tidak stres seperti yang disarankan dokternya dua hari lalu.

Kapan saja dirinya bisa drop dan menyebabkan tekanan darah naik. Hal itu gak baik bagi penyakit yang sudah memasuki fase kronis seperti dirinya.

"Hai!"

Rara menegakkan tubuhnya, ia begitu jarang berinteraksi dengan murid lain selama ini. Siswi berambut gelombang di hadapannya tidak ia kenal.

"Juga, kenapa?" ujar Rara pelan. Bibirnya pucat pasih karena sakit yang mulai mendera.

Salah satu primadona sekolah dan merupakan antek dari Rani itu bersedekap dada dengan wajah sinisnya.

"Jujur aja nih, gue suka sama semua cogan. Jadi bisa gak lo jauh-jauh dari cogan di sekolahan termasuk Alta."

Duduk tiba-tiba di sampingnya dan berkata seperti itu. Seketika membuat Rara menjadi bingung.

"Lagian lo kan punya banyak om-om masa yang lain juga diembat, kasian mereka dong, mau yang lebih dari lo tapi lo nya ganjen mepet terus," tukas Caca benar-benar tidak disaring perkataannya.

Rara berdeham sebentar. "Mumpung ngomong gak bayar, gue persilahkan lo berbicara sepuasnya. Tenang aja gue mendengarkan"

Selalu seperti itu balasan yang Rara berikan. Ia tidak ingin terlihat lemah, dirinya harus kuat untuk kehidupan kedepannya. Dikatai seperti itu tentunya menyakitkan, tapi dengan segala upaya ia tetap bertahan.

Mamahnya sudah meninggal, asal usul Papah kandunya masih belum ia ketahui, Keano masih susah untuk ia temui.

"Lo bener-bener yah, lihat aja lo gak bakal bertahan lama di sekolah ini."

"Dari tadi gue duduk cuman gue liatin, belum gue tendang sampai planet pluto."

Rara dan Caca menoleh keasal suara. Nala sedang mengunyah makanan ringannya itu kini menatap Caca sinis.

"Lo ribut banget sih, siapa nama lo? Biar gue tandain, jadi kalau denger suara cempreng lain waktu bisa dengan cepat gue tahu pelakunya," ujar Nala mengangkat sebelah alisnya.

Melihat seniornya itu secara naluria Caca berdiri dengan gugup, saat ini mereka menjadi tontonan satu bus.

Siapa coba yang tidak mengenal Syanala Elmirandha? Senior ketus dan galak tapi sayangnya begitu cantik itu benar-benar tidak memandang bulu melabrak seseorang yang mengganggu dirinya. Ia juga salah satu personil queen yang saat ini sedang berada di amerika.

"Nih... Congor kenapa pas gue ada malah kicep sih? Mendadak gak bisa bicara lo! Sana cepet berdiri, gue mau duduk," Nala mengusir terang-terangan. Ternyata rumor itu memang benar dan hari ini Rara melihat untuk yang kesekian kalianya.

Don't First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang