27. Alta yang menghilang

136 19 0
                                    

"Aku ingin kamu lah orang yang mampu membuatku selalu tersenyum."

.
.
.
.
.

Happy Reading

Matahari sudah terlihat semakin terik diatas sana. Bahkan suara kicauan burung sudah begitu terdengar, klakson mobil yang saling bersahutan kini terdengar dari jalanan bawah sana.

Pria tinggi dengan tatapan tajamnya kini menaiki motor matic dengan senyum penuh keyakinan. Bagian dada kanan atasnya terdapat sebuah papan nama dengan tulisan kapital tegak lurus. Alta Julian Alterio.

Alta menjalankan kendaraan beroda duanya itu keluar dari parkiran khusus pemilik unit apartemen. Membelah jalanan dengan kalimat yang sudah ia susun sejak semalam, dalam hati, jantungnya berdebar. Ia tidak ingin menyesal jika tidak menyatakan perasaanya pada Rara.

Pagi ini, detik mereka bertemu nanti. Ia akan menyatakan perasaanya pada Rara. Urusan respon yang Rara berikan pada dirinya itu akan ia pikirkan nanti. Yang penting saat ini, biarkan dirinya melepaskan rasa gundah itu pada Rara, gadis yang berhasil menghancurkan pertahanannya.

Saat motornya baru memasuki perumahan dari arah yang berlawanan sebuah mobil sport pajero juga memasuki kawasan elite itu. Entah sejak kapan, Alta juga tidak menyadari bahwan pajero sport itu melaju kencang hingga mengenai ujung motornya.

Bruk....

Alta yang masih speechles itu baru tersadar dari rasa terkejutnya saat motor yang ia tumpangi hilang kendali. Hingga membuat dirinya yang belum siap membiarkan kendaraan beroda dua itu lepas kendali menyeret tubuhnya sejauh setengah meter.

Saat ini yang pria itu pikirkan hanya satu yaitu tumbler coklat. Dalam hitungan detik itu juga tanpa meperdulikan perih di sekujur tangan dan tubuhnya, tangan Alta meraih tempat minum dengan ornament nama Rara. Yang ia buat sendiri setelah pertemuan keduanya dengan gadis itu.

Dipeluknya dengan erat tumbler itu dalam dekapannya. Hingga tubuhnya mengenai tembok tinggi beserta motor yang sudah hancur sebagian.

"Hosh... Hoshh... Gue gak boleh lemah. Masa' cuman karena jatuh dari motor gue langsung lembek." Nafas Alta terengah karena menahan rasa perih. Matanya berkunang setelah membuka pengaman kepala yang ia kenakan.

Pria itu menyenderkan tubuhnya dengan tangan kanan yang berdarah serta pelipisnya. Kaki kanannya pun susah digerakkan karena ketindis motor tadi.

"Oke! Bangun Alta. Sebentar lagi, didepan mata lo itu udah rumah Rara. Udah sejauh ini" ujarnya mencoba memberi motivasi. Pria itu berdiri sambil memegang tembok.

Langkah kaki yang terseok-seok Alta meninggalkan tas dan motornya. Hanya membawa tumbler itu dalam genggamannya.

Perumah itu sepi. Dan hal ini sendiri adalah wajar. Alta malahan mensyukuri itu, setidaknya tidak ada orang yang menghalangi dirinya menemui Rara.

Sekali lagi Alta jatuh bersimpuh saat kaki kananya tidak kuat menopang tubuhnya. Sedangkan dari pelipisnya terus mengeluarkan darah segar begitu juga dari sekujur lengan yang ia jadikan tumpuan saat terserat oleh motornya sendiri.

"G..gue." Alta memejamkan sekali lagi matanya. Sungguh! Terseret dari motor dengan kaki yang pernah patah itu begitu menyakitkan.

Don't First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang