Happy Reading
❤❤❤❤❤
Baru saja Rara mematikan mesin motor matic milik Bi Inah, ada sebuah kendaraan roda dua yang sudah berada tepat disampingnya. Ia menoleh sambil melepas pengaman kepalanya.
"Eh mas alibaba" goda Rara dengan senyum merekah. Ia segera turun dari motor menghampiri Alta dengan santai.
Alta yang disapa seperti itu melirik sekilas. Seakan kejadian kemarin sore tidak pernah ada di dalam benak mereka. Hilang seperti debu yang terbawa angin.
"Pagi mas, aduh pagi-pagi mukanya minta digaruk aja sih" dengan gemas Rara mengusap wajah Alta yang sudah deperti tripleks itu. Rara itu tak tahan melihat orang yang minim ekspresi, rasanya ia ingin mencakarnya agar ada hiasannya gitu.
Sepertinya selama dua hari ini Rara menjadi artis dadakan saja. Kemarin ia menggemparkan SMA Tadika Kencana dengan berkelahi bersama salah satu primadona sekolahan. Sudah gitu diantar oleh Angga yang terkenal memang hingga kesekolah ini, kemudian berikutnya Rara terlihat begitu akrab dengan Ketua geng dari SMA Brawijaya. Siapa coba yang tidak terkejut? Lalu waktu istirahat Regan Bagaskara yang terkenal galak dikalangan siswa justru terlihat begitu jinak dengan Rara yang nobatenya waktu itu masih menjadi anak baru.
Dan plis deh hari ini Rara juga dengan entengnya mengusap wajah beruang kutub itu. Sungguh menggemparkan. Habis sudah jajaran cogan di sekolah mereka disikat habis oleh seorang murid beasiswa.
"Siapa sih itu dari kemarin ganjen banget?"
"Dengar-dengar sih anak beasiswa dan kabarnya dia tuh deket sama beberapa cowok di sekolah lamanya"
"What The Fuck!!! Masih adek kelas aja belagu. Cantik juga enggak"
Rara mendengus kesal. Belum apa-apa ia sudah dimusuhi, sekarang apa bedanya coba ia disini atau disekolah lamanya. Tapi tunggu Rara harus sabar. Gak boleh terpancing, lagipula ini kan negara demokrasi. Jadi mereka bebas mengeluarkan pendapat sesukanya.
"Lo semua percuma masuk sekolah untuk diajarin supaya berpendidikan. Tapi mulut lo pada aja kalah sama anak SD" serempak semua yang sejak tadi mencibir pelan kearah Rara kini terdiam dengan wajah kaku.
Ada apa dengan seorang Alta Julian Alterio? Tidak seperti biasanya yang akan acuh saja saat mereka membully yang berada dibawah derajat mereka.
Gadis itu menoleh perlahan kearah Alta yang masih melemparkan tatapan tajamnya pada sekitarnya. Tak pandang bulu, apalagi alisnya yang tebal serta bola matanya yang menyorot tajam semakin membuat suasana mencekam. Seketika ingatan Rara terlempar pada saat ia masih Di SMA Brawijaya, ia juga sering menerima sikap seperti itu oleh teman sekolahnya. Tapi disana hanya ada Varo yang memasang badannya untuknya bukan Keano yang berstatus sebagai pacarnya.
Lalu ini, Alta yang baru beberapa kali ia temuin sudah membelanya. Akh... Tidak boleh berlebihan mungkin saja memang sikapnya seperti pada yang lain. Rara mengangguk menyakinkan dirinya.
"Al! Udah lagian mulutkan diciptakn untuk ngomong jadi serterah mereka mau bilang apa selagi gak rugiin gue aja" sela Rara sebelum Alta kembali melontarkan kalimat beracunnya itu.
Alta dengan santainys menggenggam jemari Rara kemudian menarik gadis itu lembut. Rara berusaha menarik pelan tangannya tapi justru pria itu menggenggamnya erat.
"Udah gini aja dulu. Tangan lo anget kalau masih pagi gue suka" ucap Alta memberhentikan aksi memberontak Rara.
Dengan perasaan setengah hati ia membiarkan tangannya berada didalam genggaman Alta. Masalahnya gue yang gak suka batin Rara kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't First Love
Teen Fiction"Jika kamu mencintai seseoang, maka lepaskan dia. Jika seseorang tersebut kembali, ia milikmu. Namun jika tidak ia memang bukan untukmu." ****** Kata orang jatuh cinta itu pilhan, tapi bagi seorang Qiandra Brunella jatuh cinta itu petaka, Sebab jatu...