Happy Reading
❤❤❤❤❤❤
Terhitung satu jam setelah kejadian beberapa saat lalu. Hingga Rara terdampar di ruang UKS dengan segala kekeras kepalaan pria itu, Alta. Memang siapa lagi yang bisa memaksa Rara hingga berhasil selain pria itu.
Sejak menginjakkan kaki keruangan dengan bau obat-obatan itu mereka tidak melakukan aktivitas yang penting. Hanya berbaring di ranjang dengan terpisahkan oleh tirai.
"Ra!"
Gadis itu berdeham sambil menatap langit-langit ruangan yang bercat putih. Kepalanya memang sudah tidak sakit lagi, tapi tubuhnya begitu lemas.
"Kenapa belum tidur?" Rara biasa juga mendengar suara tanpa nada itu. Bersama dengan Alta ia cukup mengerti dengan segala kelakuan pria itu. Tidak banyak bertingkah.
Rara membalikkan tubuhnya menghadap kearah Alta yang terturup tirai. "Gak bisa tidur! Alibaba, boleh minta tolong nggak?"
"Apa"
"Tirainya buka aja. Rasanya sepi... Gue gak suka" cicit Rara sambil menjadikan tangannya sebagai bantalan. Pria itu tidak lagi menjawab tapi suara tirai yang dibuka membuktikan jika ia tidak banyak bicara.
"Hari ini gak usah kerja!" Alta kembali berbaring di kasur itu sambil menghadap Rara. Mereka berbaring saling berhadapan satu sama lain di ruangan yang begitu sunyi.
"Gak bisa. Masa baru kemarin masuk udah main ijin hari ini" tolak Rara judes. Ia juga masih punya rasa malu untuk tidak datang hari ini, diterima kerja saja ia sudah bersyurkur.Tatapan antara keduanya bertemu. Entah apa yang sedang mereka pikirkan dalam keadaan hening yang begitu menyelimuti.
Baru saja Alta akan memgeluakram suaranya, pintu UKS sudah lebih dahulu terbuka menampakkan seorang pria tinggi dengan seragam acak-acakannya. Ruangan yang sedari awal itu hening kini terdengar suara lantang yang disertai langkah kaki menghentak hingga menimbulkan kebisingan.
Rara yang semula terbaring segera duduk dengan tegak. "Lo gakpapa? Ada yang sakit perlu gue anter ke rumah sakit?!" Pertanyaan beruntun itu diselimuti dengan suara khawatir yang sangat kentara.
Pria itu menukik alisnya yang tajam saat melihat wajah pucat Rara, Varo si sahabat sedari kecil yang sangat jarang melihat Rara unfull seperti ini sudah pasti mempunyai pikiran negative pada Alta.
"Lo kalau gak bisa jaga Rara, jauhin dia. Rara gak butuh orang kayak lo!" Geram Varo tanpa menoleh. Ia cukup yakin jika Alta mendengar perkataanya, tapi ia sudah kalap saat melihat kondisi Rara seperti ini.
Alta berdiri dari duduknya tanpa berniat bergeser. Alisnya terangkat dengan sudut bibir yang sedikit terangkat membentuk senyuman miring hingga menunjukkan sebuah smirk andalannya.
"Jadi maksud lo, Rara cuman butuh orang kayak lo?!"
Rara segera menyentuh punggung tangan Varo agar pria itu berhenti meladeni Alta. Ia tahu jika salah satunya tidak ada yang mengalah mereka berdua bisa saja berakhir diruangan terseram di sekolah ini. Dengan kasus 'Dua most wanted Boy berkelahi karena memperebutkan Rara si gadis malang' artikel yang pasti dapat menggemparkan semua orang.
"Gue gakapapa. Lo tenang aja, mungkin asam lambung gue naik. Biasa gue lupa makan!" Ucap Rara lembut. Hanya dengan cara itu ia bisa meluluh lantahkan hati batu seperti Varo, tapi sekarang mybe tidak hanya Alvaro Adnan Wijaya yang luluh dengan kalimat lembut Rara. Nyatanya pria itu, Alta Julian Alterio terdiam dengan pendengaran yang berdengung.
"Tapi tetap aja, Ra! Lo harus juah-jauh dari dia. Lo percaya sama gue kan Ra. Dia gak baik buat dekat-dekat sama lo" ucap Varo menggenggam tangan mungil Rara. Gadis itu diam dalam keheningan, ia menghela nafas dengan kasar. Mengapa semuanya semakin rumit disaat ia ingin berisitirahat sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't First Love
Teen Fiction"Jika kamu mencintai seseoang, maka lepaskan dia. Jika seseorang tersebut kembali, ia milikmu. Namun jika tidak ia memang bukan untukmu." ****** Kata orang jatuh cinta itu pilhan, tapi bagi seorang Qiandra Brunella jatuh cinta itu petaka, Sebab jatu...