"Aku mencintaimu setiap hari. Dan sekarang, akan merindukanmu setiap hari, ibu."
.
.
.
.
.Happy Reading
Sakit rasanya melihat orang yang kau sayang terbaring lemah. Iya! Bahkan rasa sakitnya jauh lebih buruk saat kau tertusuk sebilah belati.
Rara kembali mengenang sosok Irene yang begitu tegas. Kalimat-kalimat sosok ibunya kini terngiang saat ia menatap kosong lantai koridor.
Di dalam sana Irene sedang berjuang melawan mautnya. Iya! Rara ingin Irene berjuang.
"Permisi. Yang bernama Rara, silahkan masuk." Tatapan yang tadinya kosong kini sedikit berharap saat seorang dokter keluar dengan baju operasinya.
Rara segera berdiri tetapi tubuhnya yang lemas membuat ia sedikit limbung. "Gue gakpapa. It's okay!"
Gadis itu menjaub dari jangkauan Varo yang berusaha menahannya agar duduk sebentar demi menenangkan diri. Sekilas sebelum masuk kedalam UGD, Rara menatap Adel yang memandangnya sendu.
Tanpa mau membuang waktu lagi Rara melangkah masuk kemudian memakai baju operasi yang diberikan perawat padanya.
Kaki Rara terasa lemas melihat Irene yang terbaring dengan berbagai alat-alat yang terpasang di tubuhnya.
"Mamah...!"
Dingin. Tangan yang selalu hangat untuk mendorongnya maju kini terada begitu dingin di genggamannya. Rara terduduk di kursi sambil mengelus pelan lengan Irene.
Perlahan Rara menempelkan punggung tangan Irene kepipinya, Rara benar-benar merasa bersalah dengan keadaan Irene saat ini.
"Mamah bangun, Rara mau minta maaf. Hiks... Buka mata mamah."
Kalimat Rara bagaikan mantra di telinga Irene. Kelopak mata Irene terbukan pelan sambil menyesuaikan cahaya. Dirinya tadi hanya berniat tidur sebentar.
Irene dengan pelan membuka alat bantu oksigennya. Ia menatap sendu Rara. Tangannya terangkat membelai wajah Rara lembut, menghalus jejak air mata disana.
"Maafin mamah, sayang. Selama ini mamah selalu jahat sama kamu. Kamu pasti nyesal lahir dari rahim mamah, kan?!"
Tangisan Rara semakin kencang. Ia menggeleng cepat, dulu ia mengingkan Irene memanggilnya dengan sebutan sayang tapi bukan di waktu seperti ini. Ia merasa wanita itu seakan mau meninggalkannya.
"Enggak, mah. Mamah yang terbaik untuk Rara. Rara sayang sama mamah. Jangan ngomong yang aneh-aneh. Istirahat, mah. Mamah baru operasi."
Irene tersenyum lembut. "Makasih udah lahir di dunia ini, Rara. Selalu jadi Rara yang mamah kenal yah. Ingat selalu kamu itu berlian bagi semua orang." Ia menarik pelan Rara dengan menggeser tubuhnya.
"Temenin mamah tidur yah, dari dulu mamah pengen tidur sama Rara."
Dengan bibir bergetar Rara merangkak naik keatas tempat tidur, sebisa mungkin ia berhati-hati agar tidak membuat Irene kesakitan.
Tangan Irene memeluk erat tubuh Rara. Menghujani anaknya dengan kecupan lembut di dahi.
Semua orang pasti bahagia diperlakukan seperti oleh orang tua mereka, sama seperti Rara. Perlakuan yang selama ini ia tunggu akhirnya Irene berika padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't First Love
Novela Juvenil"Jika kamu mencintai seseoang, maka lepaskan dia. Jika seseorang tersebut kembali, ia milikmu. Namun jika tidak ia memang bukan untukmu." ****** Kata orang jatuh cinta itu pilhan, tapi bagi seorang Qiandra Brunella jatuh cinta itu petaka, Sebab jatu...