38. I'm not Bitch

147 19 14
                                    


"Apa yang kamu dengar dan lihat sudab pasti itu yang akan dipercaya!"
.
.
.
.
.

Happy Reading

Alta berjalan beriringan bersama dengan Rara yang masih setia menggunakan aerphone di kedua telinganya. Keberadaan Alta yang berada disisi Rara, semakin menambah desas desus, walaupun begitu tidak ada yang berani langsung berbicara lantang.

"Mau kemana?" Bel pertanda waktu pulang sudah terdengar sejak sepuluh menit yang lalu.

"Pulang aja. Gue capek!" Ujar Rara dengan sesekali bersenandung ria.

Baru saja Rara akan memakai pengaman kepala yang Alta sodorkan tetapi tiba-tiba dari arah kiri seseorang menarik tangannya secara kasar.

"Awh..."

Alta yang mendengar rintihan Rara secepat kilat menoleh. Wajahnya mengeras saat melihat Keano berbuat kasar pada Rara. Kenapa semuanya semakin rumit?

"Jangan kasar bangsat sama cewek!" Sentak Alta menyentak keras tangan Keano. Amarahnya memuncak jika seseorang menyakiti orang yang ia sayang.

Keano berdecih sinis sambil menepis tangan Alta. "Cewek modelan kayak gini pantesnya dikasarin." Timpal Keano memandang Rara penuh sorot ketidak sukaan.

"Maksud kamu apa, Ke?" Rara bersuara lemah. Selama ini memang Keano tidak pernah memandangnya seperti itu.

"Gak usah sok polos lo!" Bentak Keano menggebu-gebu. Baru saja Alta akan melayangkan kepalan tangannya, Rara bergerak lebih cepat menahan lengan Alta.

"Gue mohon Al, biarin gue selesain masalah ini sama Keano." Putus Rara. Ia pikir mungkin ini hanya kesalah pahaman, meskipun pada dasarnya Rara juga tidak tahu apa kesalahannya.

"Ra... Apa yang mau diselesain?" Tanya Alta lembut. Ia tahu kemana ditujunya kemarahan Keano ini.

"Semuanya. Ke, kita selesain ini dulu yah!" Pinta Rara menggenggam tangan Keano pelan. Tapi segera ditepis kekasihnya itu.

Alta menggeram kesal. "Kita pulang aja." Tapi Rara mengabaikannya. Ia menarik Keano secara paksa keluar dari kawasan sekolahan, murid yang sejak tadi menonton berseru senang dalam hati.

"Ra, pulang sama gue aja yah!" Tidak kehabisan akal, Alta mengejar Rara. Ia tidak ingin gadis itu terluka lebih dalam.

"Alta! Lo bukan siapa-siapa gue please ngertiin gue." Akhirnya Rara memasuki mobil meninggalkan Alta sendiri disitu.

"Gue memang bukan siapa-siapa lo Ra. Tapi lo siapa-siapa bagi gue."

"Gue udah berusaha ngertiin lo, Ra. Sampai-sampai gue gak percaya sama rumor tentang lo simpanan om-om."

******


Rara memegang sabuk pengamannya dengar erat. Seharunya Keano tahu jika Rara trauma dengan kecepatan diatas rata-rata jika berada dalam mobil, tapi pria itu dengan tidak berperasaanya menyelap nyelip sana-sini.

"Ke, pelan-pelan! Aku takut, " Rara berucap begitu lirih. Jantungnya berpacu dengan cepat seiring kemarahan Keano berada diambang batas.

"Hiks... Keano pelan-pelan. Aku takut."

"PERSETAN RA, PERSETAN. LO PIKIR GUE PERDULI SETELAH LO KHIANATIN GUE, HAH?!" Keano berucap keras. Memperlihatkan tonjolan urat-urat di leher dan lengannya. Rahangnya mengeras.

Don't First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang