Sebelum membaca adakalanya untuk menekan tombol Bintang kalian yah!!
'' biarkan semuanya berjalan layaknya kamu yang meminta..kau hanya perlu mempercayaiku"
Na Jaemin---
Happy Reading!
"Na.."
Jaemin tidak mengerti bagaimana menjelaskan semua ini? seperti sajakah? Bahkan cerita mereka baru saja dimulai, Jaemin masih diam menatap kedalam netra gelap Aline, gadis itu mematung memperhatikan selembar foto usang.
Jika dipikir-pikir kalau Na Jaemin mengenal mamanya seharusnya Jaemin mengenalnya sebagai putrinya, kematian mamanya baru setahun yang lalu.
"Iya.."
"Jawab Na, aku nanyak sejak kapan Ibu kamu kenal sama mamaku?!" seru gadis itu menahan air matanya, mengingat tentang mamanya adalah hal yang sangat sensitif karena kematiannya sangatlah janggal dimata Aline, sepengetahuan yang diberikan Kyungsoo sebagai Bagian Intel sekaligus seniornya saat SMA.
"Mama kamu sama ibuku adalah sahabat dekat, mereka berteman baik". Jawab Jaemin pelan, ia juga sedang dalam kebuntuan untuk menghadapi Aline.
"begitukah? Lalu kenapa kamu kayak ga kenal sama aku". Aline mencoba mempercayai fakta itu, ah ia saja tidak mengingat mamanya pernah memiliki sahabat seperti Ibu Yoona.
Jaemin menatap lekat Aline dan memegang kedua bahunya. "Karena kami tinggal disini, dan sudah lama tidak bertemu, aku saja terkejut jika foto yang ada disitu ternyata mama kamu".
Aline membalas tatapan Jaemin lalu mengusap pipi pria itu, "aku sangat berterima kasih kalau akhirnya kita bertemu Na, aku senang bertemu dan menjadi bagian dari pengisi hatimu". Jaemin mengenggam tangan Aline yang berada di pipinya sambil terpejam menikmati sentuhan gadis itu.
"Aku lebih senang karena bisa bertemu kamu Aline". Lagi. Dalam hati Jaemin menyahuti.
**
Jisung harusnya bisa menyelesaikan pesanan sebanyak sepuluh Desaign Banner, jika saja papanya tidak berulah dengan membantu untuk memasang kabel untuk speaker 'katanya untuk Kak Aline' karena Aline sangat hobi bernyanyi papanya berinisiatif memberikan kejutan untuk Kakak perempuannya itu. Jadilah Jisung harus keluar masuk rumah dan toko elektronik untuk mencari kabel yang dimaksud, sang papa sempat mengatakan "bilang sama yang punya kalau jual tuh jual yang lengkap" Jisung hanya menggaruk kepalanya sambil tersenyum. Papa mereka kadang serandom itu.
"Jisung!!"
Oh shit. Dipanggil lagi. Jisung meninggalkan pekerjaannya untuk menyusul sang papa dengan pakaian kaos rumahnya dan celana pendek sedang mengangkat sound system yang besar.
"Ban—tuin dong ah malah diliatin". Erang sang papa sambil mengangkat.
Astaga ini sound system ketiga. Papanya kenapa sih?
Jisung dengan sigap membantu mengangkat barang tersebut ke ruangan yang disiapkan untuk studio Aline nanti.
"Pa, lagian bukannya kata papa Kak Aline setelah Lulus nanti langsung kerja di kantor ya?"