Part 22

3.8K 260 16
                                    

Hari-hari berlalu dengan cepat tanpa terasa kandungan Sandra sudah memasuki masa tunggu untuk melahirkan, suka duka selama kehamilannya hanya tinggal kenangan yang tentu saja tidak akan terlupakan, apalagi untuk Mike yang dibuat kewalahan dengan keinginan ibu hamil yang harus dituruti. Mike tidak bisa melarang Sandra untuk berhenti bekerja sambil menunggu waktu kelahiran tetapi dengan kekuasaannya dia meminta atasan Sandra untuk tidak melimpahkan pekerjaan berat pada istrinya. Selama menunggu waktunya tiba, Mike memang mengatur untuk tidak berpergian keluar kantor mengingat istrinya ada didalam kantor dan jika waktunya tiba dia bisa segera membawanya kerumah sakit.

"Mengapa tidak kamu kurung saja Sandra dirumah? Melihatnya berjalan dengan perut besarnya, aku jadi kasihan." Kata Aston pada Mike diruang kerja atasannya itu.

"Menurutmu Sandra mau kukurung dirumah?, kamu lupa dia menangis seharian dan mengacuhkanku saat kularang bekerja sebulan yang lalu? Daripada dia melakukan hal itu lagi, lebih baik membiarkannya disini."

Aston tertawa, dia ingat saat itu Mike terpaksa membatalkan pertemuan bisnisnya dan langsung pulang ke penthouse karena dia mencoba menelepon Sandra berkali-kali tidak diangkat, dan sesampainya dipenthousenya dia menemukan istrinya masih duduk ditempat yang sama sebelum dia berangkat kerja sambil menangis.

"Benar juga, anakmu benar-benar keras kepala persis seperti kamu."

"Namanya juga anakku, ya harus menuruni sifatku masa sifatmu?" jawab Mike santai.

"Jadi kamu akan membiarkannya bekerja sampai waktunya dia melahirkan?"

"Ya, selama aku juga disini maka aku tidak akan kuatir, barang-barangnya untuk melahirkan juga sudah ada dimobil jadi jika dia akan melahirkan, kami bisa berangkat dari sini."

"Aku sarankan kamu menggunakan supir untuk mengantar kalian, karena jika waktunya tiba Sandra lebih butuh dirimu disampingnya, dan konsentrasimu saat menyetir bisa terganggu." Mike hanya mengangguk, dia memang setuju dengan saran Aston itu.

"San, kenapa kamu tidak tinggal dirumah saja menunggu waktu kelahiran?" tanya salah satu rekan timnya.

"Bosan, dengan ada kerjaan seperti ini, aku tidak mikir yang aneh-aneh selain itu rumah sakit dari sini juga dekat." Kata Sandra sambil tertawa, membuat teman-temannya ikut tertawa.

"Bilang saja biar dekat sama suami, dan kalau dikantor mau melahirkan tinggal telepon ke lantai atas, tidak sampai 5 menit sudah turun dan langsung kerumah sakit."

"Kudengar yang diatas jadi suami siaga, tidak bertugas diluar selalu siap dikantor."

Sandra tertawa mendengar candaan rekan-rekan kerjanya, dia dan teman-temannya sudah biasa menyebut Mike dengan sebutan 'yang diatas' atau 'suami'walau awal-awal memang mereka terlihat tidak nyaman tetapi karena Sandra tidak berubah dan tetap santai, akhirnya mereka bisa menyesuaikan.

"Dia wajib jadi suami siaga, karena yang didalam sini hasil dari perbuatannya." Kata Sandra membuat yang lain tertawa.

Tetapi tiba-tiba Sandra menghentikan tawanya, dia merasakan sesuatu mengalir keluar. Rekan kerjanya yang sudah pernah melahirkan langsung menyadari perubahan itu, "San, ketubanmu pecah?"

"Kelihatannya begitu." Jawab Sandra sambil mengambil telepon genggamnya, menakan angka satu untuk panggilan cepat. Tidak perlu menunggu sampai dering kedua panggilannya langsung tersambung, "M, ketubanku pecah." Kata Sandra.

"Apa? kamu tunggu diruanganmu, jangan kemana-mana aku sekarang turun ketempatmu." Kata Mike dengan panik.

Saat didepan pintu dia bertemu Aston, "Sandra mau melahirkan." Katanya cepat, tanpa menjawab Aston langsung menghubungi supir yang memang sudah disiapkan untuk membawa mobil Mike ke lobby.

Love Shouldn't HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang