Chapter 9|Night

1.1K 116 2
                                    

Perjalanan darmawisata adalah perjalanan yang paling ditunggu-tunggu oleh semua pelajar, menikmati pemandangan dan saling berbagi canda tawa membuat moment ini begitu indah untuk dikenang nantinya. Semua siswa nampak menikmati perjalanan, tubuh mereka ikut bergoyang menikmati setiap alunan musik yang diputar, mengantarkan setiap penggal nada ke dalam otak melalui rongga telinga--menimbulkan rasa kebersamaan. Termasuk dengan Aera saat sebelum dirinya kembali fokus dengan secarik kertas bersama Hyeon disampingnya.

"Selain aku siapa lagi yang mendapat ini?" suara Aera mengudara ditengah-tengah melodi yang sedang mengalun begitu keras. "Hanya dua orang yang mendapat beasiswa ini, Ae. Hanya kau dan Jeon Jungkook. Karena kalian yang selalu mendapat juara umum," jawab Hyeon sambil menatap ke arah Aera.

"Jadi, aku berangkat enam bulan setelah kelulusan?"

"Iya jika kau menerimanya. Kau harus memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin, banyak orang yang ingin berada diposisimu. Selamat Aera, aku harap kau akan segera sukses nantinya. Sorbonne University menunggumu," ucap Hyeon seraya menepuk pundak Aera sebelum dirinya pergi meninggalkan gadis bersurai cokelat itu yang masih dilanda rasa terkejut dan juga bahagia.

Aera menatap secarik kertas itu dengan begitu intens, membaca setiap penggal kalimatnya berulang kali--masih tak percaya dengan sebuah kejutan bahagia yang menghampirinya dipagi ini. Aera merasa sangat bahagia, mengingat dirinya berjuang mati-matian untuk mendapat beasiswa ke universitas. Sejujurnya, gadis ini benar-benar tak menyangka akan mendapat tawaran beasiswa keluar negeri, apalagi berada di negara yang sangat ia ingin kunjungi, Prancis.

Berulang kali dirinya mengucap syukur kepada Tuhan atas nikmat yang ia dapat, mungkin ini adalah imbalan dari masalah yang menimpanya. Aera tersenyum bahagia, menatap semua teman-temannya yang sedang tenggelam dalam alunan musik.

Haruskah aku meninggalkan mereka nantinya?

Setidaknya pertanyaan itu yang baru saja mengacaukan pikiran Aera. Tidak bohong bila ia sangat senang dengan kabar baik ini, tetapi jauh didalam lubuk hatinya itu mendadak seolah mendapat sengatan listrik ketika ia membayangkan nantinya akan meninggalkan ayah, ibu, dan juga adiknya di rumah. Rasa rindu tentu saja akan dirasakan pribadi yang sedang duduk dekat jendela itu saat dirinya berkelanan menuntut ilmu di Kota Mode untuk beberapa tahun.

Maka, dirinya lebih memilih untuk membicarakan hal itu kepada orang tuanya nanti saat telah kembali kerumah, mencoba melupakan hal itu dulu untuk beberapa hari yang akan datang. Aera sangat menikmati perjalanan ini, terkecuali Hea yang sedang bungkam dilanda rasa mual--mabuk perjalanan.

Awalnya Hea tidak merasakan ada yang salah dengan dirinya, tepat sebelum Yogurt blueberry itu lolos ke dalam tenggorokan--membuat isi perutnya keluar sekitar sepuluh menit yang lalu. Hea bungkam, tidak membuka mulutnya barang sedikitpun karena rasa pahit begitu menjalar dari mulut ke tenggorokan.

Aera yang melihat hal itu sontak membantu sahabatnya, rasa-rasanya ia harus menarik perkataanya beberapa hari yang lalu. Melihat sahabatnya yang terlahir dengan kemampuan sulit untuk berhenti bicara mendadak diam seribu bahasa seperti ini membuatnya merasa tak tega.

"He, mau makan ini?" tawar Aera sambil menyerahkan sebungkus roti cokelat kepada Hea. Dijawab dengan gelengan dari gadis bermarga Park itu.

Aera tersenyum, kemudian menghela napas panjang, sedikit memijat pelipisnya. Aera menatap sendu sahabatnya itu, ia benar-benar merasa kasihan lantaran Hea tidak dapat menikmati perjalanan ini kembali.

"Gwaenchana Aera-ya."

---

Gemerlap lampu menghiasi villa ini layaknya bintang menghiasi langit. Meja-meja telah dipenuhi dengan berbagai jenis minuman dan makanan. Pun dengan kursi-kursi yang sudah bersama pemiliknya. Semua siswa berkumpul sesuai gengnya masing-masing, duduk di kursi yang melingkari satu meja dihiasi dengan canda tawa dari setiap pribadi yang hanyut dalam pembicaraan.

Lagi-lagi Hea dan Aera hanya menikmati malam ini berdua. Hea yang sudah kembali dengan sejuta kecerewetannya pun membuat Aera lega, meski dirinya harus mati-matian menahan telinga dan mulutnya itu agar tetap bekerja dengan baik.

Hea menghampiri Aera dengan dua gelas minuman di tangan. Bersamaan tangan Aera yang mengambil gelas itu dari jangkauan Hea.

"Tidak ada alkohol, huh tidak seru." Suara Hea mengudara, membuat Aera menahan mulutnya itu agar dapat bertutur kata dengan baik.

"Tentu saja tidak ada, Hea Sayang. Ini acara sekolah, bukan club malam," ucap Aera sambil menampilkan senyum terpaksanya. Lagipula, sekolah mana yang mengizinkan anak didiknya untuk meminum minuman beralkohol?

"Jangan panggil Sayang! Aku geli mendengarnya," tutur Hea sambil mengusap lengannya dengan telapak tangan--merasakan udara dingin menyapa kulitnya.

Dikasari salah, dilembuti salah.

"Siapa yang menyuruhmu memakai dress seperti itu disaat musim dingin seperti ini hah?" imbuh Aera dengan mata yang sengaja dipicikkan.

Kemudian, Aera menatap kearah bayangan air kolam di depannya, mengabaikan perkataan gadis bermarga Park yang berada disampingnya. Ia memejamkan mata, membiarkan dirinya hanyut dalam melodi yang sedang dimainkan begitu lembut, memberikan rasa tenang kelewat damai yang merasuki sampai ke relung hati.

Beberapa saat setelahnya, dahi Aera mengernyit. Ia merasa mengenal suara piano yang sedang dimainkan ini--seperti tidak asing baginya.

"J-jungkook? Merdu sekali," gumam Aera spontan seraya mengukir senyum tipis di wajah tanpa mengingat jika masih ada sahabatnya di samping yang tentu saja dapat memancing prasangka kelewat aneh dari Hea.

"Mwo? Jungkook? Aera! Serius, sepertinya kau menyukai Jungkook!"

Aera menghela napas panjang, enggan menjawab perkataan Hea karena percuma, Hea akan selalu tetap berada pada pemikirannya.

"Aera!" panggil salah satu murid yang tidak Aera kenal.

"Kim Taehyung mencarimu."

---


Udara dingin menyapa setiap langkah gadis itu dengan lembut tak mampu membuat Aera merinding kedinginan. Halaman belakang villa yang lumayan gelap tidak membuat Aera merasa ketakutan karena ia ditemani oleh sahabat karib masa kecilnya.

Aera sempat bingung lantaran Taehyung mengajaknya bicara berdua di halaman belakang villa yang cukup gelap ini. Ia merasa ada hal penting yang harus dibicarakan sampai-sampai menyampaikannya saja harus pergi diam-diam.

Mereka duduk disebuah kursi di bawah lampu yang menyinari setiap sudut meski tak begitu terang. Telinga keduanya masih dapat menjangkau setiap alunan melodi yang tercipta dari tuts piano yang sedang dimainkan--membuat kesan romantis yang sederhana.

"Ingin bicara apa?" tanya Aera memulai percakapan sambil memasukkan tangannya kedalam jaket berwarna kuning yang ia kenakan, mencoba menepis udara dingin yang semula menyentuh kulit tangan.

"Aku rasa ini terlalu cepat untukmu, Ae. Tapi aku sudah terlalu lama menunggumu."

Aku sontak bingung dengan perkataan Taehyung, ia hanya menatap pria itu dengan wajah yang terheran-heran, berharap pria bertopi hitam itu melanjutkan perkataanya.

"Aku mencintaimu, Aera."

-TO BE CONTINUED-

Publish: 20.03.23

Time: 00.30

Heart Choice [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang