"Apa kau baik-baik saja?"
Suara Jungkook memecahkan lamunan Aera, membuat seluruh kesadarannya merasuki jiwanya kembali. Aera mengerjap beberapa saat, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Jungkook dengan anggunkan lemah disertai senyum yang tersirat diwajahnya.
Jungkook berjalan berdampingan dengan Aera sambil menggenggam tangan gadis keturunan Lee itu kelewat erat, mencoba membuat gadis yang dicintainya merasa nyaman. Benak Jungkook tau bahwa ada hal yang mengganjal dipikiran Aera sampai-sampai membuat gadis itu sedari tadi hanya menatap kakinya yang sibuk melangkah.
Tak ada percakapan yang serius, keduanya hanya berjalan kelewat pelan untuk kembali ke dalam vila sebelum teman-temannya itu mencari mereka. Mood Aera malam ini sangat kacau sebab dua orang pria yang ia kenal mengucapkan janji kelewat omong kosong yang sangat ia benci. Parahnya lagi, keduanya adalah orang yang memiliki tempat masing-masing dihatinya.
Gelapnya malam dan juga keheningan menjalar membuat Aera mampu berpikir jernih bahwa Taehyung dan Jimin itu sama-sama lelaki brengsek yang hanya mementingkan perasaannya sendiri saja, tanpa memikirkan bagaimana perasaan Aera. Lupakan bagaimana keduanya bisa ada di hati Aera karena gadis ini sudah sangat muak mendengar omong kosong yang keduanya lontarkan.
Bohong jika Aera tidak menyayangi Taehyung maupun Jimin, jauh didalam lubuk hatinya terukir nama Taehyung dan Jimin yang menjadi daftar salah satu orang spesial dihidupnya. Taehyung adalah sahabatnya, dan selamanya akan seperti itu-Aera tidak ingin menghancurkan persahabatannya sendiri hanya demi keegoisan sebab terselip sebuah keinginan untuk saling memiliki.
Dan tentu saja hal itu berlaku pada Park Jimin. Aera tak akan membuat dirinya jatuh ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya, sudah cukup dengan rasa sakit yang masih membekas dihatinya saat ini, jangan ditambah lagi.
Aera teramat bersyukur lantaran Jungkook membawanya pergi dari sosok pria yang telah memberikan kenangan sekaligus luka kepadanya. Pun Jungkook tau, bahwa Aera tidak ingin lagi berurusan dengan penerus Park c.ink Group itu lagi, karena pada dasarnya hati Jungkook pun tak rela jika Aera terjerat bualan Jimin lagi.
Keheningan terus-menerus merambat, hingga keduanya hanya menatap lurus kedepan tanpa mengeluarkan sepenggal kata pun. Jungkook merasa harus memberi waktu pada Aera untuk berpikir sejenak, ia tidak berani menanyakan perihal yang terjadi antara Aera, Jimin, dan Taehyung.
Jungkook yakin mereka-lah yang telah membuat Aera dilanda kalut seperti ini. Tadi, ia sempat mendengar pembicaraan Aera dan Jimin sedikit-lagi-lagi Jimin berusaha membawa hati Aera untuk kembali kesisinya.
Saat mereka membuka pintu utama villa, hanya ada kegelapan dengan sedikit cahaya didalamnya, mereka yakin teman-temannya itu telah tenggelam dalam mimpinya masing-masing saat ini. Langkah keduanya terhenti tepat disebuah ruang yang memisahkan antara kamar laki-laki dan perempuan.
"Aku pergi dulu, jaljja." Jungkook melepaskan tangan Aera, berbalik badan dan kemudian berjalan kearah tangga sebelah kiri-meninggalkan Aera yang masih mematung ditempat.
"Jeon... " Jungkook menoleh kala suara Aera mengudara begitu lirih menyebut namanya. "Gumawo," ucap Aera seraya menarik sudut-sudut bibirnya untuk tersenyum kepada lelaki yang baru saja membawanya pergi dari jeratan pria yang telah menorehkan luka dihatinya.
Dibalas oleh senyuman hangat Jungkook, ia merasa bahagia lantaran gadis yang begitu ia cintai ini hanya tersenyum kepadanya. Ia tak ingin senyum itu ditujukkan untuk pria lain, tapi akal sehatnya berbicara bahwa dirinya tidak memiliki hak barang sedikitpun atas Aera. Tolong sering ingatkan Jungkook tentang hal itu.
Jungkook menatap Aera dalam, seperti meyakinkan gadis itu bahwa semuanya akan baik-baik saja tatkala dirinya terus berada disamping Aera-melindungi gadis itu dari seseorang yang juga pernah menghancurkan Jungkook dimasa lalu dan membuat pria keturunan Jeon itu dihantui rasa penyesalan dan rasa dendam yang amat melekat dibenaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Choice [ SUDAH TERBIT ]
FanfictionKebanyakan orang berpikir jika dihujani rasa cinta adalah suatu hal yang mampu membuatmu menetap di istana euphoria. Namun nyatanya persepsi itu hanya sebatas singgah sesaat bagi Lee Bi Aera. Kehidupan gadis itu menjadi berkecamuk kala ia mulai terj...