Chapter 34|Missing You

677 82 3
                                    


"Jeon ... kumohon jangan lakukan hal itu."

Jungkook terdiam, ia melihat manik Aera mengartikan kesedihan yang mendalam. Tiba-tiba saja Jungkook merasa sedikit tak enak—cemburu. Lantas pemuda itu mengalihkan pandangan.

"Aku ingin melupakan semua itu. Lebih baik kita jalani hari-hari kedepan tanpa ada bayangan masa lalu," lanjut Aera dengan kepala yang tertunduk. Sudah dua hari lamanya ia memikirkan hal ini, ia ingin menjalani hari-hari kedepan tanpa terganggu oleh bayangan masa lalu—menikmati setiap momen bersama Jungkook dan menyimpannya sebagai kenangan yang indah.

Jungkook sempat menghembuskan napas sambil mengelus dada, hampir saja ia merasa cemburu lebih dalam. Maka pemuda itu tersenyum seraya mengeratkan genggaman tangannya pada Aera—mencoba meyakinkan gadis itu. "Kita harus berpikir logis, Bi. Jimin adalah penerus perusahaan Park c.ink Group, tidak mungkin Ayahnya akan membiarkan Jimin mendekam di penjara. Ayahnya pasti rela membayar mahal untuk itu. Setidaknya aku ingin membuat Jimin sadar akan kesalahannya, ya—meski aku tau itu belum tentu berhasil."

Kini Aera yang terdiam, netranya mengait pada manik Jungkook. Ia sangat suka menatap mata itu dalam. Baginya, mata Jungkook seolah mewakili seisi galaksi yang tak bisa ia lihat secara langsung. Sangat indah. Pun tanpa sadar, Aera mengulas senyum tipis, membuat Jungkook refleks mengelus pipi gadis itu.

"Cantik. Cantik sekali."

Entah sudah berapa kali kalimat itu terlontar dari bukaan bibirnya. Wajah Aera terlihat cantik dalam kondisi apapun, bahkan ketika sakit seperti ini kecantikan gadis itu tak bisa luntur.

Dari berbagai kalimat pujian yang sering Jungkook lontarkan membuatnya terlihat seperti memuja dan menjadikan Aera sebagai ratu di hatinya.

Aera berpikir kembali, memang benar apa yang dikatakan Jungkook tadi. Pasti tuan Park tidak akan membiarkan anaknya dipenjara. Oleh karena itu Aera memilih diam dan merespon berupa anggukan saja. Tubuh yang lemah membuatnya tidak bisa berpikir sampai ke situ.

"Aku sangat rindu senyuman ini." Jemari Jungkook mengusap sudut bibir Aera. "Jangan melamun lagi, ya. Kau harus makan yang banyak, Sayang. Taehyung memberikan hadiah terindah untukmu agar kau bisa hidup bahagia, bukan agar kau melamun dan menangis diam-diam. Ayo jalani hari-hari bahagia bersama kedepannya," lanjut Jungkook disusul senyuman lembut.

Dengan sedikit keraguan, Aera menjawab, "Apa kita akan terus bersama?"

Kala pertanyaan itu sampai pada rungu Jungkook, ia langsung teringat kembali oleh impian sang ibu. Jungkook sendiri merasa tak yakin apakah mereka tetap akan bersama atau tidak, tetapi yang jelas untuk saat ini Jungkook tak ingin melepaskan gadis itu. Ia masih ingin mengukir kenangan bersama Aera, menjalani hari-hari bahagia yang dipenuhi rasa cinta dan kasih sayang.

"Aku tidak bisa menjamin hal itu karena aku sendiri tidak tau kedepannya akan seperti apa. Yang terpenting saat ini kita masih bersama," tutur Jungkook. Manik keduanya saling mengait disertai senyuman lembut.

Aera merasa dirinya beruntung dipertemukan dengan lelaki sebaik Jungkook, awalnya ia merasa ragu dengan pemuda itu terlebih Jungkook adalah sahabat Jimin—mantan kekasihnya. Sekarang tak lagi, Jungkook sudah membuktikan bahwa dirinya bisa menutup luka di hati Aera yang pernah tercipta sebab pengkhianatan. Walau rentetan kenangan masa lalu terasa terputar kembali di masa kini, Aera tetap harus bersyukur. Setidaknya semesta menjadikannya sebagai wanita yang terpilih untuk meluruskan masalah yang pernah terjadi di kehidupan Taehyung, Jimin, dan Jungkook.

Setiap kali teringat jika dirinya diberi hadiah yang sangat indah oleh Taehyung, itu membuatnya merasa sakit sekaligus bahagia. Rasa sakit yang hadir berupa sebuah penyesalan sebab sebelum kematian Taehyung, Aera pernah bertengkar dengan pemuda itu. Seharusnya saat itu ia tak gegabah menanyakan hal yang sensitif pada Taehyung, belum lagi Aera sempat mengklaim bahwa pemuda bermarga Kim itu adalah seorang pembunuh. Sakit sekali rasanya ketika mengingat hal itu. Tetapi rasa sakit itu hadir bersamaan dengan rasa bahagia. Terdengar sedikit aneh, memang, tetapi seperti inilah rasanya. Lee Bi Aera bahagia ketika mengetahui bahwa Taehyung bukanlah seorang pembunuh, ia juga bahagia karena kini semuanya sudah terungkap.

Heart Choice [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang