Don't forget to vote.
Sepulangnya Taehyung dari rumah Aera, sang pemilik rumah tak henti-hentinya tersenyum. Ia terus memikirkan maksud dari perkataan Taehyung tadi. Jantungnya terus berdegup kencang seperti ingin keluar dari tempatnya. Pipinya memerah dan dipadu dengan senyum tipis yang menambah kesan manis di wajahnya. Belum lagi ketika ibunya meledekinya. Perasaan Aera terbang tinggi hingga mendekati Planet Pluto. Bisa dibayangkan bagaimana perasaannya?
Saat ini Aera duduk di tangga, dengan otak yang terus memikirkan perkataan Taehyung. Lantai yang dingin sepertinya tidak membuat dirinya kedinginan. Bahkan pipinya saat ini malah menghangat. Matanya menatap lurus ke depan seperti sedang mengincar suatu target. Dagu Aera bertumpu pada telapak tangan dengan jari tangan yang mengetuk-ngetuk daerah di sekitar pipi. Senyum itu masih tergambar jelas di wajah Aera seperti gambaran menggunakan spidol permanen. Surai cokelat nan mengkilat itu terkumpul rapih memanjang ke bawah dengan bantuan sebuah kucir rambut berwarna hitam.
Aera tak sadar bahwa dari tadi ibunya terus menatapnya dari ruang tengah. Ia ikut tersenyum, menebak-nebak apakah putrinya sedang memikirkan perkataan Taehyung atau tidak.
Ibunya itu tahu bahwa Aera sudah memiliki pacar, yaitu Jimin. Namun, ia tidak begitu dekat dengan Jimin karena Jimin jarang berkunjung ke rumah Aera, sehingga ibunya itu kurang mengerti karakter Jimin. Tidak seperti Taehyung, ibunya tentu sangat hafal dengan karakter lelaki bermarga Kim itu. Ibu Aera sangat mendukung kedekatan putrinya dan juga anak dari sahabatnya.
Dulu, ia sempat berfikir untuk menjodohkan mereka berdua, tetapi ia sadar bahwa anak jaman sekarang tak akan mau dijodoh-jodohkan oleh orang tuanya, mereka bisa mencari pasangan hidup sendiri.
"Hmm Eomma rasa Putri Eomma yang sudah besar ini sedang memikirkan Taehyung," ucap ibu memecahkan lamunan Aera. Mata Aera langsung tertuju pada sumber suara, ia malu mengetahui ibunya itu memperhatikannya dari tadi.
"Sudah jangan terus dipikirkan. Eomma tahu dari tadi kau sedang membayangkan berjalan di altar ditemani Appa disampingmu dan Taehyung menunggu di depan bersama seorang pendeta," lanjut nyonya Lee. Aera tentu sangat malu sekarang, ia sudah ketahuan memikirkan hal-hal semacam itu. Wajahnya memerah dan kepalanya tertunduk kebawah, takut-takut ibunya menyadari warna pipinya yang saat ini berubah drastis.
"Oh ya, bagaimana kabar Jimin saat ini?" tanya nyonya Lee sampil memasang wajah antusias. Ia benar-benar penasaran dengan kabar kekasih anaknya.
"Kurasa baik."
Jawaban Aera sangat singkat.
Ia benar-benar tidak ingin membahas mantan kekasihnya itu. Perasaan rindu bercampur dengan kekecewaan menyeruak di dalam dirinya. Raut wajah Aera berubah drastis ketika ibunya membahas Jimin. Matanya memancarkan kekecewaan yang sangat mendalam. Ia mengusap wajahnya, kemudian menatap ke arah samping. Baru saja ia merasa bahagia, tiba-tiba perasaan itu hilang secara mendadak hanya karena ibunya menyebut satu nama pria yang telah melukai hatinya.
Ibu Aera melihat hal itu merasa terheran-heran, ia tidak mengetahui apa yang membuat putrinya seperti itu. Tidak biasanya Aera seperti itu. "Aku ke kamar dulu. Masih banyak tugas yang belum kukerjakan." Ia bangkit dari tangga yang ia duduki tadi. Badannya berbalik dan berjalan ke tangga untuk menuju kamarnya. Ibunya hanya mampu menatap punggung itu yang perlahan menjauh dengan rasa penasaran.
Sebenarnya, ibunya ingin bertanya apa yang terjadi, tapi melihat mood anaknya yang mendadak berubah drastis lantas ia mengurungkan niatnya dan berjalan berbalik menghampiri Aeri yang sedang menonton televisi ditemani beberapa snack di meja.
---
Sudah menjadi hal yang biasa di Korea Selatan akan perubahan suhu pada awal bulan November. Rasa hangat perlahan berganti dengan rasa dingin yang menembus kulit hingga ke tulang, membuat gadis yang tengah tidur itu meringkuk di bawah selimut. Tangannya meraba bagian kasur yang masih kosong, ia mencari keberadaan boneka kesayangannya. Dipeluknya boneka Teddy Bear yang ukurannya cukup besar itu dengan erat, mencoba mencari kehangatan. Rasa nyaman menyelimuti dirinya, menambah keengganan diri untuk bangkit dari kasur. Kesadaran dan tenaganya perlahan terkumpul meski belum semua. Ia membuka mata dengan perlahan, menatap jam dinding yang terpajang tidak jauh dari kasurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Choice [ SUDAH TERBIT ]
FanficKebanyakan orang berpikir jika dihujani rasa cinta adalah suatu hal yang mampu membuatmu menetap di istana euphoria. Namun nyatanya persepsi itu hanya sebatas singgah sesaat bagi Lee Bi Aera. Kehidupan gadis itu menjadi berkecamuk kala ia mulai terj...