Chapter 8|Three

843 126 6
                                    


Suasana kelas terlihat ricuh lantaran semua siswa sedang dihebohkan dengan topik pembicaraan darmawisata yang akan dilaksanakan tiga hari lagi. Pembicaraan darmawisata tidak pernah lepas dari rasa euphoria yang tak segan singgah kedalam hati, apalagi pelaksanaanya dulu sempat tertunda karena cuaca yang tidak berpihak pada sang pelaksana. Rasa jengkel yang dulu pernah dirasakan, kini berubah menjadi rasa ketidaksabaran yang begitu menggebu-gebu.

Antusias semua siswa begitu terlihat, mereka semua benar-benar tak sabar untuk melepas penat seusai penilaian akhir semester yang baru selesai kemarin-semuanya membicarakan apa yang nantinya akan dibawa ikut berkelana ke pulau Jeju. Terkecuali Aera-gadis dengan surai cokelat yang dikucir kuda dengan wajah datar tanpa minat sedikitpun. Ia tak berminat turut andil dalam pembicaraan yang menurutnya tidak begitu penting. Yang Aera lakukan hanya memasang telinga baik-baik untuk mendengarkan celotehan sahabatnya yang tiada habisnya itu.

"Apa aku harus membawa sunblock? Ah iya benar! Jika tidak kulitku bisa hitam!" tutur Hea dengan sangat cepat, bahkan ia terdengar seperti seorang rapper ketimbang seorang pelajar.

"Kurasa kau masuk dalam spesies udang air tawar, He. Apa kepalamu itu masih ada isinya? Sekarang masih musim dingin, pabbo!" jawab dengan kepala yang diletakkan di telapak tangan dengan siku tangan yang bertumpu pada meja.

"Oh iya, mianhae aku lupa."

Aera hanya merotasikan bola mata sebagai jawaban-sudah tidak heran lagi dengan pemikiran dan kelakuan konyol sahabatnya. Terkadang ia memohon pada Tuhan agar memberikan sahabatnya otak yang memiliki tingkat kewarasan yang tinggi agar mampu berpikir selayaknya manusia yang memiliki alur pikiran yang jernih.

"Astaga!" suara Hea mengudara lagi dengan nada yang cukup tinggi-masuk kedalam rongga telinga Aera dan membuatnya sedikit pengang. Aera yang semula diam sambil memikirkan persiapan yang akan dilakukan untuk darmawisata, mendadak menjadi tegang akibat ulah Hea.

"Aku belum membeli long coat baru untuk dibawa."

Pernyataan itu sukses membuat Aera menggetakkan kepalan jemari tangannya ke dahi Hea-mendarat sempurna hingga meninggalkan bekas kemerahan yang tercetak dengan baik di dahi Hea. Aera sudah benar-benar lelah dengan kelakuan sahabatnya ini, hanya ingin menyampaikan suatu hal yang tidak penting saja sampai mengagetkan lawan bicaranya.

"Park Hea! Kumohon sehari saja kau diam atau kusumpal mulutmu itu dengan kain perca."

---

Pagi ini begitu cerah, tidak seperti biasanya yang terlihat mendung dengan rintikan salju yang berjatuhan seraya membawa udara dingin disetiap kehadirannya. Langit menunjukkan bentangan biru cerah dengan gumpalan kapas putih yang menggantung menjadi pemandangan indah yang Aera lihat pagi ini. Semuanya tertanggap begitu mengagumkan di pupil mata Aera, menghadirkan rasa hangat dibalik sweater hitam kebesaran yang melekat begitu sempurna, membuat gadis bermarga Lee ini mengulas senyum tipis di balik kaca jendela mobil yang sedikit terbuka.

Sedangkan, seseorang dibalik lingkaran kemudi tak henti-hentinya memberikan petuah kepada sang anak yang sedang menatap jauh keluar jendela, bersamaan dengan helaan napas panjang ketidakrelaan. Melepas anaknya pergi untuk tiga hari kedepan membuatnya dilanda kabut kalut kekhawatiran. Membayangkan hal-hal buruk yang mungkin terjadi membuat otaknya selalu bersinergi dengan aura negatif yang tak henti-hentinya merasuki relung.

"Jangan makan-makanan yang ada di pinggir jalan, nak. Makanan disana kurang higienis," tutur Tuan Lee seraya fokus mengemudi. Aeri meletakkan boneka kelinci miliknya dikursi penumpang sebelah kanan, kemudian memakaikan sabuk pengaman agar boneka yang dipenuhi bulu putih itu tidak terjatuh-Aeri memperlakukan selayaknya manusia yang harus ia jaga dan ia sayangi.

Heart Choice [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang