Angan akan pagi yang cerah pupus begitu saja saat suara Hea tak henti-hentinya memasuki membran timpani Aera, sukses membuat suasana hatinya pagi ini mendadak buruk. Terkadang Aera bersyukur mempunyai sahabat dengan rasa ingin tahu tinggi, tetapi tidak dengan sekarang. Seribu pertanyaaan yang keluar dari mulut Hea tidak kunjung berakhir, malah pribadi dengan rambut terurai itu semakin mengeraskan suaranya.
"Bisakah kau diam!" tegas Aera penuh penekanan.
"Kau bahkan belum menjawab pertanyaanku!"
"Bagaimana mau kujawab, mulutmu bahkan tidak berhenti mengoceh, Hea!"
Tepat setelah Aera menuntaskan penuturannya, Hea langsung terdiam. Kalau boleh jujur, Hea sangat tak suka jika sahabatnya itu sudah berubah menjadi singa, karena itu sangat menyeramkan. Aera terlihat menarik napas berat, ia sedang berusaha merangkai kata-kata untuk menjelaskan kepada Hea bahwa tidak ada hal-hal manis yang terjadi kemarin. Jika saja Hea tipe manusia yang mudah percaya atau mudah dibodohi, mungkin Aera tidak akan sepusing dan sebingung ini dalam mencari kata-kata untuk menjelaskan kepada Hea.
Suasana kantin yang sepi membuat keheningan begitu melekat, hanya ada beberapa siswa yang hendak mengikuti ekstrakulikuler, yang lainnya sudah berhamburan keluar dari area sekolah seusai bel pulang sekolah berbunyi. Sudah lebih dari lima menit Hea menunggu Aera untuk berbicara, tapi yang Hea lihat hanyalah Aera yang terdiam dengan mulut yang dipenuhi makanan. Hea yang sudah tidak sabar langsung mengambil mangkok yang berisi ramyeon milik Aera, membuat pemiliknya langsung melebarkan mata menunjukkan ekspresi ketidaksukaannya.
"Okay, sekarang mari jelaskan apa yang terjadi kemarin Lee Bi Aera, sampai-sampai kau tidak membalas pesan dari sahabatmu yang cantik ini," ujar Hea seraya menopang pipinya dengan tangan kanan.
Jika saja ada nominasi manusia terdingin di dunia, mungkin Hea sudah menjadikan seorang Lee Bi Aera asal Korea Selatan sebagai pemenangnya. Lihatlah! Bolehkan Hea marah sekarang? Bahkan Aera sama sekali tidak menggubris perkataan Hea tadi. Malah Aera terlihat masih menikmati segelas minuman dingin miliknya. Lantas Hea mengusap dadanya guna menahan rasa kesal yang sudah berada pada ujung kepala agar tidak meluap keluar.
"Baiklah, sekarang dengarkan aku baik-baik," tutur Aera sambil mengelap mulutnya dengan tissue yang baru saja ia ambil dari tempat tissue berwarna hijau yang berada tak jauh darinya. Hea langsung merapatkan kakinya, melipat tangannya di atas meja begitu antusias. "Tidak ada hal manis yang terjadi kemarin. Aku hanya menemani Jungkook untuk melepas rasa bosannya, tak lebih."
Tubuh Hea melemas seketika karena merasa kecewa, ia sangat berharap akan ada hal manis yang terjadi. "Ah benarkah? Padahal aku berharap akan segera ada orang yang mengisi hatimu kembali," tutur Hea dengan ekspresi kekecewaan yang begitu melekat.
Perihal mengisi hati kembali, itu terlalu cepat untuk Aera rasakan, hatinya masih terlalu rapuh untuk diisi penghuni baru. Tidak ingin munafik, nyatanya Aera memang ingin ada seseorang yang mampu menyembuhkan luka di hatinya. Kalau saja menyembuhkan hatinya itu semudah membalikkan telapak tangan, Aera tentu tidak akan tenggelam dalam rasa sakit yang berujung pada tangisan. Ia tentu akan lebih memilih mencari seseorang untuk menjadi penghuni hatinya yang baru dan membuka lembaran berikutnya untuk dilukis dengan kenangan indah yang disertai kebahagiaan.
Otak Aera kembali mengingat Jungkook, sahabat dari mantan kekasihnya itu. Kalau memang terjadi hal manis kemarin seperti yang dikatakan Hea, apa bisa hatinya berlabuh pada sosok Jeon Jungkook untuk meninggalkan rasa sakit yang tertanam dalam hatinya? Kalaupun bisa, belum tentu Jungkook akan bersedia menjadi pelabuhan bagi Aera untuk menetap. Aera sadar ia hanya gadis biasa, ia berpikir bahwa Jungkook tidak akan mungkin tertarik dengannya. Tunggu, mengapa sekarang Aera berpikir seolah ia menyukai dan berharap Jungkook akan membalas perasaanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Choice [ SUDAH TERBIT ]
Fiksi PenggemarKebanyakan orang berpikir jika dihujani rasa cinta adalah suatu hal yang mampu membuatmu menetap di istana euphoria. Namun nyatanya persepsi itu hanya sebatas singgah sesaat bagi Lee Bi Aera. Kehidupan gadis itu menjadi berkecamuk kala ia mulai terj...