Hargai karya penulis. Jangan cuma jadi pembaca pasif, cuma vote apa susahnya?
Nulis cerita gak gampang, seenggaknya tolong bantu diapresiasikan dengan cara VOTE.
TOLONG BELAJAR CARA MENGHARGAI KARYA ORANG LAIN YA.Salam hangat.
-Bee
Pagi ini sangat cerah, matahari baru saja bangun dari tidurnya--menyinari dunia dengan cahaya yang menyorot begitu semangat. Tetapi, hal itu berbanding terbalik dengan suasana hati semua siswa yang sedang berbaris untuk masuk kedalam bus. Raut wajah mereka terlihat sedih lantaran akan meninggalkan Pulau Jeju hari ini--menyisakan kenangan yang akan selalu tersimpan dalan benak.
"Hea, sudahlah. Wajahmu itu terlihat mengerikan jika cemberut seperti itu terus," ucap Aera blak-blakkan dengan tas ransel dipunggung dan juga koper hitam di samping tubuhnya.
"Lebih baik kita kabur, Ae. Ah benar! Itu ide yang bagus," tutur Hea dengan bantal leher yang mengalung ditangannya. Beberapa detik setelah suara Hea mengudara, kepalanya langsung menjadi sasaran empuk Aera.
"Yak! Sakit!" protes Hea sambil mengusap-usap kepalanya dengan telapak tangan.
Aera memutar bola mata jengah, hanya diam kemudian berjalan perlahan memasuki bus dengan Hea yang mengekori dibelakangnya. Langkahnya terasa amat berat, meninggalkan Pulau Jeju ternyata tak segampang yang ia bayangkan tadi pagi. Pikirnya, semua akan terasa biasa saja, nyatanya dirinya pun merasakan berat hati sesaat sebelum ia duduk di kursi paling depan bersama sahabatnya.
Banyak hal yang sudah Aera lalui di pulau ini, tentu saja. Menghabiskan musim dingin di pulau ini dengan rasa cinta yang tercurah kepada dirinya mampu membuatnya diselimuti Euphoria.
Ketika malam dimana Taehyung menyatakan perasaannya, Aera langsung berpikir tidak akan ada kebahagiaan yang akan ia dapatkan di pulau ini. Semuanya terasa hambar, belum lagi dengan mantan kekasihnya yang terus-terusan memaksa Aera untuk kembali menjalani hubungan dengannya. Namun, ternyata Tuhan masih menyisihkan kebahagiaan untuk Aera dengan datangnya pria baik yang akan mengisi kekosongan hatinya.
Darmawisata sekolah adalah momen yang paling ampuh untuk merajut benang-benang asmara.
"Bi? Kenapa melamun hmm?" Suara seseorang mengudara ditengah lamunan Aera.
Aera sangat mengenali suara ini, belum lagi dengan nama panggilan yang berbeda dari lainnya. Lantas Aera menoleh, kemudian menjawab "Ah Jeon? Aku hanya sedang mengenang hal-hal yang terjadi di pulau ini sebelum meninggalkannya."
Pikiran Aera melayang ke angkasa, membuat dirinya tidak sadar jika Jungkook telah duduk disampingnya. "Kau benar, banyak hal yang akan terkenang nantinya," tutur Jungkook sembari menatap wajah kekasihnya itu dengan senyum yang terlukis indah diwajahnya.
Hubungan mereka memang baru saja berjalan, belum banyak hal yang mereka ukir bersama. Tapi, Aera sudah mampu melihat betapa tulusnya Jungkook kepadanya. Dari cara Jungkook memperlakukan Aera, terlihat sangat lembut dan tidak ada unsur paksaan sama sekali--Jungkook selalu mengutamakan keinginan Aera diatas keinginannya sendiri.
Terbukti dengan percakapan mereka kemarin malam sesaat sebelum keduanya kembali ke penginapan, Aera memintanya untuk tidak mempublikasikan hubungan mereka terlebih dahulu karena ia ingin menikmati alur hidupnya dengan Jungkook tanpa ada parasit yang mencoba merusak. Sebenarnya, pribadi dengan tinggi 178 cm itu sangat ingin hubungan mereka diketahui banyak orang karena ia ingin memamerkan betapa beruntungnya ia karena telah mendapatkan gadis pujaan hatinya setelah penantian yang cukup lama.
"Selamat atas beasiswa yang kau dapatkan, Bi," ucap Jungkook sambil kembali tersenyum.
"Iya, terima kasih. Kau juga, Jeon. Aku sudah tidak heran jika kau akan mendapatkan beasiswa itu," jawab Aera sambil melepas sepatunya. "Apa kau akan mengambil beasiswa itu?" Suara Aera kembali mengudara bersamaan dengan beban yang kembali datang ke pikiran Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Choice [ SUDAH TERBIT ]
أدب الهواةKebanyakan orang berpikir jika dihujani rasa cinta adalah suatu hal yang mampu membuatmu menetap di istana euphoria. Namun nyatanya persepsi itu hanya sebatas singgah sesaat bagi Lee Bi Aera. Kehidupan gadis itu menjadi berkecamuk kala ia mulai terj...