Chapter 26|Blood Sweat and Tears

710 93 3
                                    

Vote and comment ya. Hargai penulis🙏

-Bee

Gesekan mesra antara roda brankar dengan ubin lantai mengudarakan bahana yang menyakitkan untuk Jungkook. Dua perawat berbalut seragam putih begitu cekatan dalam memberikan pertolongan pertama kepada seorang gadis yang tak sadarkan diri di atas brankar tersebut. Tapakkan tungkai beralas kaki itu beriringan dengan tempo yang cepat. Terburu-buru mendorong brankar agar segera memasuki ruangan.

Tak henti-hentinya bukaan bibir Jungkook merapal beribu kalimat yang menguatkan kepada sesosok gadis yang teramat ia cintai. Meski ia tahu Aera tidak bisa mendengar kalimat itu. Darah segar yang semula mengalir dari manik yang terpejam itu sudah mulai mengering, namun tak juga menghilangan bau anyir yang masih menyeruak.

"I love you. I know you are a strong girl, Honey," rapal Jungkook berkali-kali. Air mata telah berkumpul di sudut mata pemuda itu, siap untuk mengalir deras dengan rasa sakit di dada.

Pemuda itu tak memerdulikan banyaknya pasang mata yang tengah memusatkan atensi padanya, tempo langkah Jungkook terhenti saat sebuah pintu ruangan terbuka lebar. Napasnya sedikit terengah.

"Kumohon tangani dia sebaik mungkin." Jungkook memelas dengan raut wajah yang mengartikan kesedihan mendalam. Lantas dua perawat itu mengangguk bersamaan, mengulas senyum seolah meyakinkan Jungkook untuk memercayakan kinerja mereka.

Jungkook menunduk pasrah, ia merapatkan bibirnya-menahan rasa sakit yang berpusat pada dada. Perlahan ia melangkah mundur, mendudukkan diri di atas kursi alumunium yang bertempatan di depan ruangan tersebut.

Seragam rapih yang mampu membuat orang-orang memandang Jungkook sebagai anak teladan tidak lagi ada, dasi panjang itu telah melonggar tidak karuan, almameter kebanggaan sekolah pun telah terlepas dari tubuhnya. Ia menarik napas panjang kepayahan, jemarinya memijat pelipis dengan telaten. Begitu frustasi.

Rasa takut begitu menguasai benak pemuda keturunan Jeon itu, pikirannya dipenuhi aura negatif. Mati-matian ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa Lee Bi Aera akan baik-baik saja, namun sulit, mengingat bagaimana mengerikannya tubuh Aera tadi.

Beberapa menit kemudian, ia meraih ponselnya dari dalam tasnya, mencoba mencari satu nomor yang bisa ia hubungi disaat-saat seperti ini. Jungkook berpikiran bahwa ia harus menghubungi orang tua Aera, sialnya ia tak mempunyai nomor orang tua kekasihnya itu.

Park Hea. Nama itu tersemat di otaknya saat jemarinya mengusap-usap layar dari bawah ke atas-mencari satu nama orang yang akan berguna untuknya. Jungkook yakin jika Hea mempunyai nomor telepon orang tua Aera. Saat panggilan itu tersambung, bibirnya terasa tak sanggup berucap, tangannya sedikit bergetar. Ia tak sanggup memberi tahu kabar buruk mengenai Aera.

"Park Hea... tolong hubungi orang tua Aera," kata Jungkook lirih. Kalimat itu menjadi pembuka dari sambungan ini. Ia memejamkan mata.

Hea berdehem singkat dari seberang sana, kemudian bertanya, "Memangnya ada apa?" Ia merasa bingung lantaran ini pertama kalinya ada seseorang yang meminta nomor telepon orang tua Aera padanya.

"A-aera kecelakaan. Sekarang dia ada di rumah sakit yang tidak jauh dari sekolah." Saat suara Jungkook mengudara lirih yang sedikit terbata, sontak Hea melebarkan matanya, bibirnya terbuka-mengeluarkan suara teriakan tak percaya. Lantas Jungkook hanya mampu memejamkan matanya, menjauhkan benda persegi itu dari telinga agar suara Hea tak menusuk indra pendengaran.

Bahkan setelah panggilan itu terputus, maniknya masih memejam dengan kepala yang menengadah ke atas, tubuhnya bersandar pada dinding yang mengantarkan hawa dingin. Tubuh Jungkook benar-benar lemas. Sangat lemas. Ia tak bisa berucap apapun lagi kecuali merapal berbagai doa kepada Tuhan, meminta agar Aera diselamatkan dari ambang pintu kematian yang seolah telah menampakkan diri.

Heart Choice [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang