Chapter 41|Trifling Quarrel

516 68 0
                                    

Lazimnya, kala jarum jam menuding ke angka delapan Aera masih membantu sang ibu berbenah. Akan tetapi kali ini rada berbeda, apron berwarna kuning yang acap kali membungkus tubuhnya masih menggantung di belakang pintu dapur, sedemikian pula kemoceng bulu ayam sintetis yang biasanya ia genggam. Dua jam yang lalu Jungkook tiba-tiba datang ke rumahnya, membangunkan Aera dari tidur lelap hingga kesadarannya perlahan bangkit. Entah habis menghidup angin dari mana, Jungkook tiba-tiba mengajak Aera berkencan tanpa memberi tahu sebelumnya.

Manis sekali melihat bagaimana lembutnya Jungkook ketika membangunkan Aera tadi. Usapan tangannya pada surai Aera, dan bisikan lirih yang menggelitik menjadi pembuka hari yang sangat manis bagi gadis itu.

Kini perawakan tubuh semampainya berdiri di depan kaca, maniknya menelisik dari atas sampai bawah demi memastikan tidak ada satu hal pun yang aneh dari style-nya kali ini.

"Bi, aku ingin bertanya satu hal." Jungkook memuntahkan baritonnya setelah hampir satu jam membisu di antara rasa bosan. Tadi pemuda itu duduk di kursi yang tak jauh dari kamar kekasihnya, tetapi ketika pintu kamar Aera terbuka ia langsung bergegas masuk.

Jemari lentik dengan kuku tak berkutek menyisir surai hitam hingga terkumpul menjadi satu, kemudian perlahan mengucirnya tinggi. "Tanyakan saja," ujar Aera tepat disaat tangannya kembali turun.

Jungkook dapat melihat cantiknya wajah Aera dari pantulan cermin. Memuji dalam gumaman yang lolos begitu lirih dari bibir tipisnya, baginya Aera selalu mampu membuat Jungkook menelan pesona hingga membuat dirinya tidak bisa berhenti memuja dan memuji gadis itu selayaknya afrodit.

"Jeon?" Aera membalikkan tubuhnya menghadap presensi Jungkook di ambang pintu.

Manik pemuda itu mengerjap kala Aera memanggilnya, lamunan indahnya pun terbuyar begitu saja. Sedikit malu lantaran ketahuan jika ia tengah menatap gadis itu tak henti.

Aera terkekeh di balik punggung tangannya yang menutupi karena melihat pipi Jungkook yang sedikit memerah. Sungguh, Aera sangat menyukai wajah malu-malu itu. "Aku terlalu cantik, ya? Sampai tidak berkedip seperti itu," ujar Aera sambil menyengir, bermaksud untuk menggoda Jungkook secara terang-terangan.

"Cantik. Cantik sekali," gumam Jungkook, maniknya mengait sempurna pada wajah cantik kekasihnya. Niat hati ingin membuat Jungkook salah tingkah lagi, justru sekarang sebaliknya. Aera tidak bisa menahan sudut-sudut bibir agar tidak tertarik ke atas, ia tahu jika Jungkook baru saja memujinya meski terdengar begitu lirih.

Aera mengalihkan pandangannya, lalu berjalan ke arah lemari untuk mengambil tas—mencoba menghindari tatapan Jungkook. Di tengah-tengah fokusnya pada tas putih yang ada di lemari, suara Jungkook mengudara lagi dan mampu membuatnya menoleh dengan sirat ketidaksukaan.

"Kenapa perempuan selalu lama dalam hal seperti ini?"

"Maksudmu?" Aera mengernyit.

Aduh, sebenarnya ini pertanyaan yang cukup sensitif untuk sebagian perempuan. Tetapi Jungkook tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya, terlebih ia sudah menunggu hampir satu jam seperti patung pancuran. "Perempuan selalu lama dalam hal memilih pakaian, berdandan, mandi—atau apapun itu yang menyangkut tubuhnya," jelas Jungkook setelah duduk di pinggir ranjang milik Aera.

Sejujurnya ia sudah tahu maksud dari pertanyaan Jungkook meski memiliki arti tersirat. Tetapi entah mengapa justru Aera tetap menanyakan kejelasan dari pertanyaan itu; yang malah membuatnya menjadi kesal sendiri.

Dengan sirat ketidaksukaan yang terpancar jelas, Aera balik bertanya, "Memangnya kenapa kau bertanya seperti itu?"

Jungkook menggaruk tengkuk yang tidak gatal sedikitpun sambil menjawab, "Tidak apa-apa. Aku menunggu lama sekali."

Heart Choice [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang