Chapter 32|The Last Request

560 87 7
                                    


Vote dan komennya ya guys:)
.
Dengerin lagu Still With You sama Heartbeat biar ngena di hati. Eaa~

-Bee





Hampir tujuh jam Jungkook berada di hunian mewah Taehyung ini, tak berniat keluar meski hanya sejemang. Langit yang kini telah menggelap tak menghadirkan bulan untuk dapat menghiasi malam, hanya kelabu yang menggantung di langit bersama dengan angin yang berhembus tiada henti. Jungkook duduk termenung pada balkon yang ada di kamar Taehyung, matanya menerawang jauh namun tidak memastikan objek yang diamati. Ranumnya telah memucat sejak video berdurasi kurang dari satu menit itu berakhir. Ia tidak berani untuk memutar ulang rekaman itu meski hanya sekali, netranya sudah cukup jelas menangkap bagaimana licik Jimin disana.

Dulu Taehyung-lah yang selalu mengatainya bodoh, sekarang Jungkook mengambil alih posisi itu--acap kali ia mengatai dirinya sendiri bodoh setelah apa yang beberapa jam lalu ia lihat pada rekaman itu. Setelah semua yang ia lalui, Jungkook merasa dirinya ini teramat tak berguna--tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Mata hatinya sudah tertutup oleh rasa kepercayaan yang sangat besar, tetapi rasa kepercayaan itu adalah rasa percaya pada pihak yang salah.

Bertahun-tahun ia menjadikan Park Jimin sebagai orang yang mampu ia percaya, orang yang menjadi tempat Jungkook untuk menuangkan segala permasalahan hidupnya. Ternyata dibalik itu semua, Jimin memanfaatkan keadaan, mencari kelemahan Jungkook guna memperlancar niatan balas dendam.

Jungkook sendiri tidak tahu kenapa Jimin melakukan semua itu padanya, ia tak tahu alasan dari sebuah dendam yang berujung kematian itu. Jungkook tidak pernah merasa melakukan kesalahan besar pada Jimin, itu membuatnya semakin bingung. Kalau saja Taehyung memberi tahu hal ini sejak lama, mungkin dirinya tidak akan terus-menerus hidup dengan rasa kepercayaan terhadap musuh sendiri. Bodohnya Jungkook dulu enggan mendengarkan penjelasan Taehyung meski hanya sedikit, kebenciannya terhadap Taehyung sudah terlampau besar hingga tak membuka celah bagi Taehyung untuk menjelaskan segalanya.

Manusia sering kali tidak mau mendengarkan alasan orang lain, seenaknya menyimpulkan segala hal sendiri. Padahal 'alasan' itu tidak pernah lepas dari tindakan yang telah dilakukan.

Jungkook bisa membayangkan bagaimana tawa jahat Park Jimin saat ini. Pasti orang itu telah menertawainya habis-habisan di balik topeng kokoh yang ia kenakan. Sekarang Jungkook semakin menyalahkan dirinya sendiri, berawal dari kematian Youra, kematian ibunya, hingga kematian Taehyung. Sudah tiga nyawa orang yang ia sayang terenggut secara cuma-cuma. Semua itu bermula karena dendam serta tipu daya Jimin kepadanya. Jungkook tidak pernah menyangka tentang itu, ia sudah menganggap Jimin sebagai saudaranya sendiri.

Dari semua hal itu, bisa disimpulkan bahwa...

Orang yang berpotensi menjadi musuh adalah orang terdekat.

Satu embusan napas keluar dari mulutnya bersamaan dengan mata yang perlahan memejam. Ia sangat frustrasi. Udara malam ini lumayan dingin, tapi tak membuatnya mengurungkan diri untuk tidak menikmati malam di luar ruangan. Kesunyian yang ada serta semilir angin membuat Jungkook mampu menjernihkan pikirannya, ia mencoba menenangkan diri agar bisa memikirkan langkah kedepan. Ia harus membicarakan ini pada Jimin, ia harus mengetahui alasan Jimin melakukan semua ini, selain itu ia juga harus memberi tahu Aera dan Ahnjong.

Dua jam ia duduk disini dalam kesunyian, tidak beranjak sama sekali sebelum suara ponselnya mengudara dari dalam kamar. Merasa terusik, membuatnya meraih ponsel itu dan mengangkat panggilan tanpa melihat siapa yang menelepon.

Heart Choice [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang