Langit siang yang cerah dan matahari yang menyorot penuh semangat seolah mewakilkan hati gadis yang tengah bersimpuh di dalam mobil berwarna hitam. Sulaman senyum manis tidak henti-hentinya menghiasi wajah cantik gadis bersurai panjang itu, iris hitamnya mengabsen satu per satu gumpalan kapas putih yang menggantung acak di langit. Saat ini hati Aera seperti ditumbuhi oleh bunga berwarna-warni yang mengeluarkan harum semerbak, pun kupu-kupu cantik seakan berterbangan di dalam perutnya.
Ada tiga hal yang membuatnya merasa sangat bahagia saat ini. Pertama, Aera telah melewati ujian hari pertama tanpa merasa kesulitan sedikitpun, padahal ia tidak melakukan persiapan yang matang. Bahkan ia hanya belajar sehari sebelum ujian dimulai. Kedua, Aera sangat bahagia lantaran hari ini ia telah diperbolehkan pulang oleh dokter. Ah kalian harus tahu betapa besarnya rasa bosan Aera ketika berada di rumah sakit itu, ia harus meminum obat setiap hari sampai rasanya ingin dimuntahkan saja, apalagi bubur yang setiap pagi diantarkan oleh perawat ke ruangannya—oh tidak, membayangkannya saja sudah membuat perut Aera merasa mual. Belum lagi dengan bau antiseptik yang menyeruak, Aera sangat tidak menyukainya. Ketiga, Aera bahagia karena dapat menjalani hari-hari normal bersama kekasihnya—tanpa pengganggu, tanpa penghalang, dan tanpa masalah. Indah sekali.
Walau terkadang bayang-bayang Taehyung masih terlintas di otaknya, Aera sudah sadar bahwa tidak ada gunanya menangis menyesali apa yang telah terjadi. Benar apa kata Jungkook, Taehyung memberikan korneanya pada Aera agar gadis itu bisa menjalani hari-hari dengan bahagia—oleh karena itu, Aera harus membahagiakan dirinya sendirian agar Taehyung tidak bersedih ketika melihatnya dari atas sana. Dari sekian banyak hal yang telah terjadi, Lee Bi Aera hanya berharap hidupnya bisa bahagia bersama Jungkook. Semoga selalu begitu.
Pribadi di sebelah Aera tengah terfokus pada jalanan yang ada di depannya, tangan yang tengah menggenggam stir begitu piawai menampilkan urat-urat biru keunguan. Lain halnya dengan Aera yang sangat bahagia, Jungkook justru merasakan sebaliknya. Hatinya merasa ada hal yang melapik—apalagi kalau bukan perihal semalam, audisi. Jungkook sudah membulatkan keputusannya, hatinya telah menentukan pilihan sebagai penentu langkah Jungkook kedepan. Tetapi, jika kembali mengingat sang kekasih, itu membuatnya goyah. Jungkook bingung harus dari mana menjelaskan semua itu pada Aera, ia takut jika nantinya Aera berpikiran bahwa Jungkook ingin meninggalkannya. Bahkan pemuda itu berani bersumpah jika dirinya sendiri sangat tak ingin berpisah dengan Aera, ia teramat mencintai gadis itu dan ingin hidup bersama dengannya.
Jadi bagaimana? Apakah nantinya mereka masih bisa bersama? Mungkin bisa—Jungkook akan membawa Aera untuk ikut dengannya atau melakukan hubungan jarak jauh. Ah tetapi semua itu tidak segampang yang dipikirkan. Sejak mereka meninggalkan gerbang sekolah, sampai mengemas barang-barang Aera yang ada di rumah sakit, hingga saat ini berada di dalam mobil bersama, Jungkook tidak sanggup mengatakannya. Bibirnya terasa kelu, apalagi ketika maniknya melihat betapa bahagianya Aera saat ini. Ia tidak ingin melihat gadisnya itu bersedih kembali.
Sesekali Jungkook melirik Aera sambil tetap berusaha fokus pada jalanan di depannya, diam-diam ia mengulas senyum kala melihat wajah cantik sang kekasih. Entah mengapa hatinya mendadak merasa tenang dan damai.
Jungkook sedikit tersentak kala suara Aera mengudara mengudara. "Aku tahu diriku cantik, tapi tidak usah dilirik-lirik seperti itu terus," kata Aera seraya mengoleh ke arah Jungkook. Astaga, bagaimana tidak melirik, wajahnya itu sangat menarik perhatian Jungkook.
"Kalau begitu jangan tersenyum seperti itu terus, Bi." Jungkook menghentikan mobilnya di bawah denyar lampu merah lalu lintas.
Detik berikutnya dahi Aera mengernyit. "Memangnya kenapa?"
Bukannya langsung menjawab, Jungkook justru membasahi bibir bawahnya, setelah itu jemarinya mengetuk-ngetuk stir kemudi. Manik Aera tidak sengaja melihat bibir itu, membuat otaknya langsung berpikir yang tidak-tidak, maka dengan cepat ia mengalihkan pandangan ke jendela lagi—memilih mengamati langit ketimbang melihat Jungkook yang dapat mencemari pikirannya. Jungkook berdehem sejenak, detik berikutnya ia menggesek-gesekkan jari telunjuknya pada hidung, sebelum akhirnya menjawab, "Aku jadi ingin menciummu karena—manis sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Choice [ SUDAH TERBIT ]
FanfictionKebanyakan orang berpikir jika dihujani rasa cinta adalah suatu hal yang mampu membuatmu menetap di istana euphoria. Namun nyatanya persepsi itu hanya sebatas singgah sesaat bagi Lee Bi Aera. Kehidupan gadis itu menjadi berkecamuk kala ia mulai terj...