🔞
Dimohon bijak dalam membaca setiap adegan yang tertera. Anak dibawah umur dianjurkan tidak membaca. Apabila memaksa, hal itu tidak ada sangkut pautnya dengan penulis.
Happy reading💜
Pintu apartemen terbuka dengan suara dentingan yang mengudara selepas tangan Jungkook mengetik password selama beberapa detik. Aku berjalan mengekori Jungkook dengan manik yang menerawang setiap sisi hunian miliknya ini. Apartemen Jungkook rapih dan sederhana, aku tidak melihat banyak barang-barang mewah di dalamnya-hanya ada beberapa. Aku ingat jika dirinya pernah bercerita kepadaku bahwa ia bukanlah keturunan orang kaya.
"Kau duduk dulu, aku mau mandi sebentar," ujarnya sambil berjalan kearah ruang tengah.
Aku duduk di sofa hitam ruang tengah dengan televisi yang dinyalakan beberapa detik sebelum Jungkook akhirnya masuk ke dalam sebuah ruang tak jauh dariku.
"Kalau bosan, kau boleh lihat-lihat, Bi. Tapi jangan coba kabur ya Sayang," titahnya dari dalam kamar.
"Kau benar-benar seperti penculik, Jeon," kataku dengan suara yang cukup keras.
Aku melihat sebuah foto yang terbingkai rapih didinding. Itu Jungkook dan ibunya, Jungkook terlihat merangkul ibunya dengan background bunga matahari. Sepertinya foto itu diambil belum lama, lantaran Jungkook sudah terlihat besar disitu.
Mataku sibuk menatap televisi hingga jenuh. Iya, hanya menatap, tidak menonton. Bahkan aku sampai tidak tahu kemana alur sinetron yang sedang diputar didepanku ini. Aku merasa jemu lantaran menunggunya terlalu lama. Aku heran, Jungkook itu laki-laki tapi mengapa mandi selama ini? Entahlah. Mungkin dia sedang melakukan ritual mandi bunga tujuh rupa.
Aku bangkit dari sofa, berjalan ke arah kamar Jungkook, ingin mengecek hal apa yang sedang dilakukan pria itu sampai bisa menghabiskan waktu lebih dari tiga puluh menit.
Aku membuka pintu kamarnya, berjalan masuk kemudian duduk di pinggir ranjang berbalut seprai warna putih itu. Kamarnya terbilang rapih untuk ukuran seorang pria, ada banyak furniture berbentuk piano dikamar ini. Seperti yang terletak diatas nakas samping tempat tidur, ada sebuah pajangan kecil berbentuk piano dengan ukiran nama 'Jeon Jungkook' diatasnya. Perhatianku sepenuhnya tercurah kepada benda itu sesaat sebelum atensiku mengait pada sebuah bingkai foto di belakangnya.
Bersamaan dengan langkah kakiku yang perlahan mendekat, manikku menelisik begitu intens pada benda itu. Aku mengulurkan tanganku, memikat bingkai foto itu guna memirsa foto siapa yang ada di dalamnya. Tiga anak kecil sedang bergandengan tangan di dekat sebuah ayunan kecil, aku mengernyit seraya tanganku mengawai satu persatu wajah yang ada di foto itu. Aku mencoba menebak, anak dengan hoodie merah yang ada ditengah pasti Jungkook, terlihat dari gigi kelincinya yang membentang pada cengiran khas dengan kerutan disudut mata. Dia imut sekali, sungguh. Aku sedikit terkekeh melihat betapa menggemaskannya dia difoto itu, tetapi kala mataku mengamati anak yang ada disebelah kanan dan dikirinya dahiku ini kembali membuat dahiku mengernyit. Tunggu, itu Taehyung dan Jimin kan? Aku sangat mengenali mereka. Aku sudah menghabiskan masa-masa bermainku bersama Taehyung, jadi bagaimana mungkin aku tidak mengenali sahabatku sendiri? Dan juga Jimin, anak kecil dengan kaos kuning dan telapak tangan yang mengangkat menghadap kedepan membuatku mampu mengetahui jika itu adalah mantan kekasihku. Aku pernah melihat foto masa kecilnya saat kami masih berpacaran dulu.
Loh, mereka saling sudah berteman sejak kecil?
"Eotteohgewa?" gumamku lirih.
[Bagaimana bisa?]
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Choice [ SUDAH TERBIT ]
FanficKebanyakan orang berpikir jika dihujani rasa cinta adalah suatu hal yang mampu membuatmu menetap di istana euphoria. Namun nyatanya persepsi itu hanya sebatas singgah sesaat bagi Lee Bi Aera. Kehidupan gadis itu menjadi berkecamuk kala ia mulai terj...