Ada yang kangen aku gak?😂
Akhirnya kembali setelah sekian purnama wkwk.
Vote and comment ya. Hargai aku yang udah susah payah bikin story ini:)
.
By the way, chapter 19 aku ganti tanggal waktu flashback kecilnya Taehyung ya. Kalau bingung silakan di cek lagi.Morning, lovely readers.
-Bee---
Daegu, 17 Juli 2012.
"Ingin bermain dengan mereka lagi?" tanya nyonya Jeon seraya meletakkan piring berwarna putih di depan kedua anaknya. Wanita itu mengulas senyum tipis tepat disaat Jungkook menganggukkan kepala sebagai respon. Seperti biasa, Jungkook akan pergi bermain di taman pagi ini karena ibunya membebaskannya untuk bermain selama liburan musim panas. Karena usai liburan, Jungkook harus fokus kembali pada pendidikannya, tak heran anak laki-laki keturunan Jeon itu selalu mendapat juara umum di sekolah.
Dentingan demi dentingan terdengar memenuhi ruang bersamaan dengan tiga pribadi yang tengah menyantap sarapan paginya. Pipi tembam milik Jungkook mengunyah Jjangmyeon disertai sedikit decakan lirih yang mengudara, pun dengan adiknya yang duduk tepat di kanan tubuhnya.
"Eomma, Youra boleh ikut dengan oppa tidak?" tanya adik Jungkook di sela-sela kunyahannya. Jungkook melirik Youra sejemang, mengingat beberapa menit lalu ia mengajak sang adik untuk ikut bersamanya.
Nyonya Jeon mengalihkan atensinya-menelisik air muka anak bungsunya, pun dengan sedikit keraguan bukaan mulutnya menjawab, "Tapi janji jangan nakal ya. Jungkook jaga adiknya, jangan bermain yang aneh-aneh."
Manik hazel Jeon Youra langsung berbinar tepat disaat sang ibu mengulas senyum kepadanya, setelahnya ia menoleh ke arah sang kakak dengan senyuman lebar.
Jungkook ikut senang mendengar adiknya boleh turut andil dalam acara bermainnya kali ini, benaknya tak sabar ingin memperkenalkan adik cantiknya kepada Taehyung dan Jimin. Ah lebih tepatnya hanya Taehyung, karena Jimin sudah mengenal adiknya meski tidak sering bertemu. Namun, hatinya mencelos kala maniknya mengait pada sebuah kursi kosong di samping ibunya. Ada perasaan sedih yang terselip dalam relung hati anak berumur sebelas tahun itu.
"Appa kapan pulang?" tanya Jungkook dengan kepala yang menunduk, membuat nyonya Jeon segera mengait atensi kepada anak sulungnya.
"Besok, Sayang," jawab nyonya Jeon lembut.
Tanpa jeda, Jungkook segera menyahut perkataan ibunya dengan suara yang dinaikkan beberapa oktaf, "Selalu saja bilang begitu!"
Okay, anak berumur sebelas tahun bisa dibilang cukup berani membentak ibunya seperti itu.
Youra melihat Jungkook sekilas, anak berumur enam tahun itu tidak mengerti situasi apa yang tengah menyelubunginya.
"Appa itu sedang bekerja-mencari uang demi kita," pungkas nyonya Jeon dengan kalimat sederhana agar kedua pribadi di depannya ini mengerti. Padahal, jauh dalam lubuk hatinya pun turut merasakan sepercik kepedihan kala mengingat perubahan sikap suaminya.
Jungkook menghela napas lirih, menyilangkan tangan di dada dengan tubuh yang bersandar pada sandaran kursi. "Aku tidak mau makan lagi, sudah kenyang," cetus Jungkook.
Sontak nyonya Jeon meletakkan sendok yang beberapa detik lalu terselip rapih di antara ibu jari dan telunjuknya-membuat suara dentingan yang cukup memuat Youra bergidik ngeri.
"Ayo, Ra. Kita pergi bermain saja yang lama, biar seperti appa," ajak Jungkook sembari menarik pergelangan tangan adiknya.
Nyonya Jeon hanya mampu mengait atensi pada punggung kedua anaknya yang perlahan menjauh, ranumnya tak berniat membuka tuk bersuara sama sekali. Ia tahu jika dirinya tidak dapat membela suaminya terus-menerus, Jungkook terlampau peka tuk membedakan mana perihal pekerjaan dan mana yang bukan.
Maka, dengan kepala yang tertunduk, telinganya menangkap sayup-sayup suara mobil yang perlahan meninggalkan pekarangan hunian mewahnya.
---
"Omo! Annyeong Youra-ya. Kau cantik sekali," sapa Jimin ketika Jungkook dan Youra berjalan mendekat ke arahnya. Jungkook dan Youra diantar oleh sopir nyonya Jeon meski Jungkook tak meminta izin sama sekali kepada ibunya. Ia masih marah perihal percakapan beberapa setengah jam yang lalu saat di ruang makan.
Taehyung mengernyit seraya menatap Youra dari atas perosotan, ia hanya duduk disana dan tak berniat tuk berseluncur ke bawah. Maniknya mengamati bagaimana anak kecil perempuan itu tengah tersenyum manis kepada Jimin.
"Taehyungie, kemarilah!" pinta Jimin.
Pun Taehyung menyeluncurkan tubuhnya pada perosotan kuning itu, tungkai dengan alas kaki sandal Gucci itu mendekati Jimin, Jungkook, dan juga seorang bocah perempuan yang memakai bando bunga di kepalanya. Ia tersenyum pada sosok di samping Jungkook seraya berucap, "Nuguseyo?"
[Siapa kamu?]
"Perkenalkan, dia adikku--Jeon Youra. Youra, ini Taehyung--teman baruku," ujar Jungkook sembari menarik tangan Youra agar berjabat tangan dengan Taehyung. Jemari mungil Youra saling berinteraksi dengan jemari Taehyung, kedua manik anak yang memiliki jarak umur 5 tahun itu saling mengait bersamaan dengan ulasan senyum tipis kelewat manis.
Taehyung hanya mengangguk, tidak menanyakan perihal yang lain kepada Jungkook ataupun Youra. Entah mengapa benaknya merasa tak suka dengan kedatangan adik Jungkook.
Sudah seminggu Taehyung mengenal Jimin dan Jungkook, sudah seminggu pula ia selalu datang ke taman ini setiap pagi. Dirinya merasa senang lantaran memiliki dua orang yang mampu ia jadikan sahabat di tengah hari-hari yang begitu berat. Bibi Seungji selalu menemani Taehyung setiap paginya, ia hanya menatap anak majikannya itu dari kejauhan--tidak mendekat karena ia tahu jika Taehyung tak akan merasa bebas.
Suasana Daegu tidak jauh berbeda dengan Busan, hunian yang tuan Kim miliki pun terbilang sangat mewah untuk dihuni bersama anak dan juga pembantunya untuk sementara waktu. Pun Taehyung tidak begitu masalah tinggal di apartemen milik ayahnya, tetapi kadang kala ia merasakan rindu yang begitu menyeruak. Sudah lebih dari dua minggu ia tidak bertemu ibunya, keduanya hanya bisa saling mengujar kasih sayang via telepon saat malam hari. Beruntung ada Jungkook dan Jimin, sahabat yang mampu membuatnya menetralisir rasa kebosanan.
Semilir angin pagi menyentuh pipi anak yang memiliki sorot mata tajam, tangan anak itu mengusak rambutnya kemudian menyilangkannya di dada. Manik tajamnya menatap ketiga anak yang sedang bercakap-cakap tak jauh dari perosotan.
"Bisa-bisanya mereka tidak mengajakku," gerutu Taehyung seraya memukul pegangan perosotan di sampingnya. Kedua temannya dan satu bocah perempuan itu meninggalkan Taehyung yang tengah duduk di atas perosotan, ketiga anak itu malah beranjak ke sebuah ayunan di dekat pohon.
Taehyung berdecak kesal, inilah mengapa ia tidak menyukai anak perempuan itu. Ia sudah menduga dari awal jika Jungkook dan Jimin akan asik sendiri dan tidak menghiraukannya.
Lihatlah! Ia sekarang seperti tak dianggap.
Tanpa berpikir panjang, dengan emosi anak berumur sebelas tahun yang meluap-luap, Taehyung beranjak mendekat ke arah tiga anak itu dan berkata, "Aku mau pulang saja! Tidak mau bermain."
Setelahnya, Taehyung pergi meninggalkan ketiga anak itu disusul Seungji yang mengekori anak majikannya dengan terheran-heran. Ia tak mengerti dengan apa yang baru saja terjadi lantaran ia hanya menatap Taehyung dari kejauhan dan tidak mendengar percakapan mereka.
Jungkook menatap Jimin dan Youra sejemang sembari menggaruk kepala bagian belakang yang sama sekali tidak merasa gatal.
"Taehyungie kenapa?" tanya Jungkook terheran-heran.
"Entahlah."
-TO BE CONTINUED-
Publish: 20.05.08
Time: 04.35
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Choice [ SUDAH TERBIT ]
FanficKebanyakan orang berpikir jika dihujani rasa cinta adalah suatu hal yang mampu membuatmu menetap di istana euphoria. Namun nyatanya persepsi itu hanya sebatas singgah sesaat bagi Lee Bi Aera. Kehidupan gadis itu menjadi berkecamuk kala ia mulai terj...