Chapter 23|Rain & Darkness

716 96 5
                                    

Ada yang kangen gak? Maaf ya dari kemarin belum sempet update...

Emang author yang satu ini suka ngaret wkwk.

Sengaja update sekarang buat nemenin malem takbir kalian, hehe.

­­________________________

Minal aidzin wal faidzin.

Mohon maaf lahir dan batin.

-Bee

Lee Bi Aera

Langit siang ini seperti mewakili suasana hatiku. Kelabu menghampar di antara awan hitam yang siap menumpahkan isinya. Aku duduk termenung di pinggir lapangan basket dengan sepotong roti cokelat di tangan, lidahku menyapa roti itu dengan ramah tanpa ada penolakan. Manis, sangat manis. Namun sayangnya hidupku tak semanis roti cokelat yang tengah kusantap ini. Bahkan bisa dibilang kebalikannya.

Aku tersenyum getir saat mataku bersirobok dengan sesosok pemuda yang tengah berbincang-bincang bersama rekannya dengan beberapa lembar kertas di tangan. Itu Kim Taehyung-sahabatku yang sudah lebih dari seminggu tidak menyapaku sama sekali. Di rumah atau pun di sekolah, semua sama saja-ia benar-benar tak menganggapku ada.

Aku menebak jika pemuda itu tengah membahas tentang acara kelulusan yang akan dilaksanakan dua bulan lagi. Senyumku sekilas menampakkan diri saat aku mengingat betapa banyaknya hal-hal yang telah kulalui selama hidup di dunia persekolahan. Hampir tiga tahun kulewati dengan segala drama yang memuakkan, mulai dari percintaanku dengan Park Jimin, sampai fakta dimana Kim Taehyung membunuh adik kekasihku.

Seandainya kakiku tak terasa berat untuk melangkah, mungkin aku telah beranjak menghampirinya. Tapi hal yang kurasakan adalah kebalikan dari itu semua, entah mengapa terasa sangat berat untuk menghampiri Taehyung lebih dulu. Sebenarnya ada banyak hal yang ingin aku bicarakan dengannya, terutama tentang pembunuhan adik Jungkook. Bukannya aku tak memercayai perkataan Jungkook beberapa hari yang itu, hanya saja aku merasa ada hal yang mengganjal.

Oh iya, perihal Jungkook, ia sama saja seperti Taehyung-semenjak malam itu ia tak menghubungiku sama sekali, ia juga tidak pernah menyapaku saat bertemu seolah aku hanya angin lalu yang berhembus singkat di tubuhnya. Aku tak tau mengapa ia menjadi seperti itu, tapi yang kurasa Jungkook sedang membutuhkan waktu untuk menyendiri. Ah, lebih tepatnya menenangkan pikirannya.

Aku merasa sedikit khawatir jika Jungkook menganggapku tidak memercayai perkataannya, atau lebih buruknya ia beranggapan jika aku tak berada di pihaknya. Sejujurnya aku teramat ingin berbincang mengenai hal ini bersama Taehyung, aku ingin mendengar semua cerita itu dari sisi Taehyung agar aku mampu mengetahui lebih jelas.

Aku tipikal orang yang tidak bisa mendengarkan sebuah permasalahan hanya dari satu pihak, menurutku itu tidak adil karena akan cenderung menyimpulkan tanpa tau kebenaran. Maka dari itu, aku bertekad untuk berbicara dengan Taehyung jika ada kesempatan.

"Dor!" Suara Hea mengudara tepat di samping telinga kananku, membuat aku sedikit terkejut dan menghela napas panjang seraya mengelus dada.

"Yak pabbo! Bagaimana jika jantungku merosot dari tempatnya hah?" pekikku seraya melotot ke arahnya. Lantas Hea terkekeh, seolah merasa bahagia karena telah berhasil membuatku terkejut. Apakah itu lucu?

Hea duduk di sampingku, kemudian menawarkan sebotol yogurt blueberry. Ah aku tau, itu minuman kesukaannya.

"Bagaimana dengan Jungkook?" tanyanya setelah membuka botol minuman itu.

Heart Choice [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang