Kedua tangan pria itu diletakkan di pagar rooftop. Matanya tertutup, dengan rambut yang sedikit terkibas akibat terkena terpaan angin. Perlahan ia menunduk, masih dengan posisi tangan yang sama. Ia menghela napas perlahan, seakan mengisyaratkan bahwa ia butuh teman untuk sekedar berbagi cerita saat ini.
Kepalanya tengah pusing memikirkan Aera. Ia hanya ingin menjelaskan pada Aera tentang kesalahpahaman yang terjadi diantara mereka. Itu saja, tak lebih. Ah ralat, Jimin pasti akan meminta lebih. Ia tentu akan minta balikan pada gadis itu. Karena jujur, Jimin sangat menyayanginya.
Sejak kemarin pikiran pria itu selalu di penuhi oleh Aera, bahkan sampai saat ini. Hal tersebut membuatnya tak bersemangat sama sekali, maka dari itu ia memilih untuk menenangkan diri di rooftop sendirian, sebelum akhirnya suara seseorang memecahkan alur pikirannya.
"Jimin ...." Suara seseorang kini mengalihkan perhatiannya. "Ini aku Jungkook, bukalah ...." lanjut suara itu yang tak lain adalah Jungkook.
Kaki Jimin melangkah perlahan kearah pintu rooftop untuk membukanya. Tangannya masuk ke dalam saku seragam, bertujuan untuk mengambil kunci. Suara gremicik kini timbul akibat kunci yang kini ia pegang bergesekan dengan engsel pintu. Suara itu akan sedikit membuat ngilu jika didengar.
Jimin memang sering ke rooftop, apalagi saat ada masalah seperti sekarang ini. Menurutnya, berada di rooftop bisa memberi ketenangan tersendiri. Tak heran ia sampai membuat duplikat kunci pintu rooftop itu, karena rooftop sekolah sering dikunci oleh penjaga. Hal itu tentunya menjadi kendala bagi Jimin jika ingin masuk ke dalam sana.
"Ada apa? Ceritakan saja," ujar Jungkook dengan suara sepelan mungkin.
"Aku dan Aera berakhir. Ada salah paham yang terjadi di antara kami. Aku sudah mencoba untuk menjelaskan, tapi dia... Arghhh!" Jimin menjawab dengan sedikit erangan.
Sangat terlihat jika ia sedang frustasi saat ini. Tangannya yang menggenggam pagar rooftop itu sedikit bergetar. Sungguh ia tak tahan dengan semua ini.
"Sebaiknya kau jelaskan di waktu yang tepat."
Bohong jika Jungkook mengatakan bahwa ia tak tahu hal itu dari awal. Dia itu termasuk stalker handal. Apalagi menyangkut gadis yang ia cintai. Bahkan sampai jam tidur Aera pun ia mengetahuinya. Benar-benar mirip sasaeng fans idol-idol Korea.
Jungkook mencintai mantan pacar sahabatnya sendiri. Jelas menyakitkan baginya. Tapi, ia lebih merasa sakit saat melihat Aera menangis hanya karena sahabatnya itu.
Sejujurnya, Jungkook sangat ingin berucap tepat di samping telinga Aera—mengatakan bahwa ia sangat menyayanginya, bahkan sebelum Jimin mengenal gadis itu. Sungguh Jungkook malang sekali di dahului Jimin.
Keheningan melanda mereka berdua. Jungkook yang tadi berdiri di samping Jimin, saat ini telah berpindah posisi menjadi duduk bersender di pintu masuk. Ia mengetahui bahwa saat ini Jimin sangat sedih dan frustasi. Meski Jungkook tak dapat melihat wajah Jimin akibat posisi Jimin yang memunggunginya.
Jungkook sangat ingin menghibur Jimin. Namun, ia bingung harus melakukan apa. Karena biasanya mereka menghabiskan waktu untuk bermain playstation di rumah Jungkook saat salah satu di antara mereka sedang memiliki masalah. Hal itu mereka lalukan untuk melupakan masalah yang mereka alami meski untuk waktu yang singkat. Tapi saat ini mereka sedang berada di sekolah. Tak mungkin rasanya jika mereka harus membolos. Mengingat mereka yang sudah berada di kelas akhir.
"Apakah semuanya akan baik-baik saja?" tanya Jimin lirih.
Jungkook yang mendengar itu pun mengukir senyum tipisnya. Jimin tak dapat melihat senyum itu, karena saat ini Jimin sedang memunggungi Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Choice [ SUDAH TERBIT ]
FanficKebanyakan orang berpikir jika dihujani rasa cinta adalah suatu hal yang mampu membuatmu menetap di istana euphoria. Namun nyatanya persepsi itu hanya sebatas singgah sesaat bagi Lee Bi Aera. Kehidupan gadis itu menjadi berkecamuk kala ia mulai terj...