Daegu, 10 Juli 2012.
Mentari baru saja bangun dari tidurnya. Pun bulan dan bintang sudah terlelap dibalik hamparan awan putih. Semua makhluk hidup kembali melakukan kegiatannya masing-masing, terkecuali sang nokturnal yang kembali memejamkan mata. Jalanan kota Daegu sudah mulai ramai, beberapa orang sudah menggunakan jas kerjanya dengan langkah kaki yang terburu-buru. Sama seperti seorang pria berusia tiga puluh tujuh tahun yang sudah mengenakan jas lengkap di balik kemudinya.
"Tidak boleh nakal ya, Nak," imbau pria itu sembari mengait atensi pada sang anak sejemang, sebelum akhirnya kembali menatap hamparan aspal di depan sana. Pun anak laki-laki dengan manik tajamnya itu hanya mengangguk sebagai respon.
"Jangan merepotkan ahjumma. Jangan jajan sembarangan. Mengerti kan Taehyung?" tanya pria itu.
Anak itu mengangguk lagi, kemudian menatap langit pagi kota Daegu yang amat cerah dengan sedikit ulasan senyum kelewat tipis.
Mata sang ayah sibuk melirik jam yang mengait sempurna ditangannya-memastikan waktu agar tidak terlambat menghadiri ruang meeting. Disaat-saat seperti ini ia masih sempat mengantarkan anaknya ke taman kota ditemani seorang pengasuh.
Pria itu tahu betul jika anaknya merasa jenuh lantaran terus-menerus mendekam di apartemen miliknya bersama pengasuh. Apalagi sang ibu tak turut andil dalam perjalanan bisnisnya ini. Sudah seminggu ini ia bangun lebih awal, pria itu menyiapkan segala keperluannya dan juga Taehyung dibantu oleh pengasuh anaknya.
Senyum Taehyung melebar kala Range Rover milik ayahnya memasuki parkiran taman. Manik hitamnya menangkap beberapa permainan anak kecil seperti perosotan juga ayunan dari balik kaca mobil yang mengilap. Pun dengan penjual-penjual makanan ringan yang sudah on time di tempat.
"Nanti siang ayah jemput. Jangan nakal, Nak. Ingat!" Suara pria itu mengudara lagi sebelum akhirnya Taehyung membuka pintu mobil kelewat girang.
"Seungji Ahjumma, tolong awasi Taehyung. Jangan beli makanan sembarangan," tegas pria itu kepada pengasuh anaknya.
"Baik Tuan Kim," ucap Seungji mematuhi perkataan majikannya, setelahnya ia beranjak dari mobil mengekori Taehyung yang sedang berlari ke sebuah ayunan.
Pria yang tadi disebut sebagai 'Tuan Kim' adalah seorang pemilik perusahaan Kim yang ada di Korea Selatan. Ia sedang melakukan perjalanan bisnis untuk memperluas jangkauan pasarnya. Tuan Kim membawa sang anak-Kim Taehyung ikut bersama dalam misi ini, mengingat ibunya yang sedang sakit dan tidak akan bisa jika mengurus anak seaktif Kim Taehyung di rumah.
Mata tuan Kim menatap bagaimana anaknya yang sedang bermain di sebuah ayunan bersama Seungji. Ia mengulas senyum tipis seraya menginjak gas mobilnya cergas, mengecai jalanan aspal untuk segera bersimpuh pada tumpukan dokumen dan data perusahaan yang siap dipresentasikan.
Taehyung mencoba segala permainan kecil yang ada di taman, tubuhnya sangat aktif bergerak-berlarian kesana kemari dengan menarik tangan pengasuhnya untuk ikut dalam permainannya. Sejujurnya, Taehyung itu amat bosan dengan kehidupannya disini, seminggu sudah ia habiskan hanya untuk bermain game di apartemen bersama pengasuh. Tak ada satu pun teman yang ia punya disini. Rasa bosan benar-benar akan memenjarai Taehyung untuk beberapa bulan ke depan jika ia tak menemukan satu pun anak untuk diajak berteman dengannya.
Jarum jam terpendek sudah melewati dua angka, dan sekarang menunjuk tepat pada angka sepuluh. "Ahjumma, aku bosan sekali. Tahu begini lebih baik aku tidak ikut ayah, di rumah saja bersama ibu." Taehyung tengah bersimpuh pada kursi taman dengan kaki yang diayun-ayunkan, wajahnya terlihat kusut dengan bibir yang mengerucut lucu.
"Aku tidak punya teman..." eluh Taehyung lagi. Lantas Seungji mengelus kepala Taehyung kemudian berkata, "Kan ada ahjumma."
"Ahjumma tidak seru. Aku inginnya bermain dengan yang sepantaran." Suara Taehyung terdengar lirih, matanya menatap kebawah-penuh kesedihan. Pun Seungji mengulas senyum tipis dengan tangan yang masih mengelus kepala Taehyung. Maniknya menatap sekeliling taman, mencoba mencari sebuah hal yang bisa ia lakukan untuk menghibur anak majikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Choice [ SUDAH TERBIT ]
FanfictionKebanyakan orang berpikir jika dihujani rasa cinta adalah suatu hal yang mampu membuatmu menetap di istana euphoria. Namun nyatanya persepsi itu hanya sebatas singgah sesaat bagi Lee Bi Aera. Kehidupan gadis itu menjadi berkecamuk kala ia mulai terj...