Chapter 43|Heart's Choice [END]

2.3K 122 56
                                    

Hampir 11 bulan aku menggarap work ini dan akhirnya sampai pada ending. Guys, tolong jangan membangun ekspektasi yang tinggi terhadap endingnya ya. Aku takut kalian kecewa.

Ost.
1. Heartbeat
2. 2U
3. Winter Bear
4. Still With You
5. Before You Go

.

Suasana makan malam kali ini seperti ditutupi oleh awan kelabu. Obrolan tidak tercipta, yang terdengar hanyalah bahana jarum jam diiringi dengan dentingan sendok yang terdengar nyaring. Aeri—si bocah berkucir dua yang cerewet itu sudah berulang kali mencoba membangun suasana yang berwarna, namun itu semua gagal, terlebih Aera tidak meladeninya sedikitpun. Biasanya Aeri akan berdebat dengan sang kakak dalam berbagai hal, tetapi saat ini Aera lebih memilih untuk tak merespon setiap omongan adiknya. Ia bungkam seribu bahasa dengan kepala yang menunduk, terlihat lesu dan murung.

Dari yang Gyeong amati, ia dapat mengetahui jika anak pertamanya sedang tidak baik-baik saja. Ada hal yang tersembunyi di balik wajah datar Aera. Perpisahan tadi sore adalah sebuah perpisahan terburuk menurut gadis itu, ia melewatkan banyak hal yang seharusnya ia lakukan untuk terakhir kalinya bersama Jungkook. Rasa sakit yang ia derita saat ini melebihi saat ia melihat Jimin berselingkuh.

Terlampau sakit sampai membuat pikirannya berkecamuk, bahkan makanan yang ada di hadapannya belum kunjung habis meski waktu telah berlalu lima belas menit. Aera hanya menusuk-nusuk daging pada mangkuknya menggunakan garpu. Hal itu membuat Gyeong semakin penasaran dengan apa yang terjadi pada anaknya.

Setelah meneguk air di gelas hingga tanggas, Gyeong berkata, "Nak, apa ada suatu hal yang terjadi?"

Sebenarnya Aera tidak benar-benar melamun, ia dapat mendengar suara ibunya dengan jelas. Rasanya sangat berat untuk menjawab pertanyaan ibunya, terbukti dengan helaan napasnya barusan. Aera memejam sesaat agar batinnya lebih tenang. Seandainya segala rasa sakit itu dapat dibuang begitu mudah layaknya karbon dioksida yang keluar dari hidungnya, mungkin Aera tidak akan merasa sehancur ini.

"Tidak ada." Seperti biasa, Aera selalu berusaha menutupi segala rasa sakit yang ia rasakan, memilih untuk membendungnya sendirian; yang justru itu membuatnya semakin merasa tersiksa. Ada banyak hal yang ingin Aera katakan pada sang ibu, terutama mengenai Jungkook yang pergi meninggalkan kota Busan. Ah lebih tepatnya pergi meninggalkannya. Sungguh Aera tidak kuat. Bibirnya seolah terlalu rapuh untuk mengeluarkan bait-bait penjelasan itu.

Ia dapat menduga jika orang tua dan adiknya akan terkejut jika mengetahui keputusan Jungkook untuk pergi meninggalkannya. Ia tidak mau jika nanti keluarganya akan membenci Jungkook. Bagaimanapun Aera tetap mencintai pemuda itu.

Daehyun melirik mangkuk Aera, kemudian menghela napas panjang. Ini kali pertama ia melihat anaknya yang murung, setelah beberapa bulan berlalu semenjak kematian Taehyung. "Kami orang tuamu, jadi berbagi ceritalah jika ada suatu hal buruk yang terjadi," sahut Daehyung sambil membantu Aeri mengambilkan pisang yang ada di sampingnya.

Aera berpikir sejenak, mungkin sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengatakan suatu hal penting. "Aku akan berangkat ke Perancis bulan depan. Ayah dan Ibu tenang saja, aku memiliki tabungan," ucap Aera dengan suara yang kecil, meski begitu semua yang orang yang ada di situ mendengarnya.

Sebelumnya Aera sudah memberi tahu keluarganya jika ia mendapat beasiswa di Universitas Sorbonne, maka dari itu Gyeong dan Daehyun tidak merasa terkejut dengan penuturan Aera barusan. Mereka bangga terhadap Aera karena bisa mendapat beasiswa itu. Namun ada hal yang membuat mereka bingung—Aera mengatakan hal ini begitu mendadak, tidak mengajak untuk berdiskusi, apalagi melakukan persiapan yang matang. Seolah kalimat itu terlontar dari mulut Aera begitu asal.

Heart Choice [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang