Chapter 12|Twilight

897 122 5
                                    


Suasana cafe yang terletak dekat tebing itu nampak ramai, semua orang menikmati hidangannya masing-masing. Udara sejuk menampar kulit setiap insan yang sedang mengisi perutnya, sama seperti Taehyung yang tengah duduk di sudut cafe.

Meja persegi yang terdapat dua kursi di sisinya hanya diisi oleh satu orang. Taehyung lebih memilih untuk menyendiri akhir-akhir ini, berusaha membuat pikirannya itu sedikit lebih tenang. Sebab, dua hari yang lalu hatinya baru saja dipatahkan oleh gadis pujaan hatinya sendiri.

Rasa sakit yang dirasakan Taehyung masih membekas, menambah beban pikiran pria bermarga Kim itu, hingga membuat dirinya hanya sibuk melamun tepat disaat hidangan penutup telah lolos dari tenggorokannya. Hal itu membuat Taehyung tidak mendengar panggilan seorang pria yang sedari tadi menyebut namanya.

"Kim Taehyung!" panggil pria itu mengeraskan suaranya. Taehyung melirik sejenak--melihat siapa yang berani memanggil namanya dengan begitu lantang. Matanya itu menatap tajam kearah sosok yang tengah berdiri di depannya.

"Nyatanya kau selalu kalah, Tuan Kim yang terhormat," ujar pria itu sambil meninggikan sebelah alisnya.

"Kurasa begitu. Tapi, setidaknya aku tidak kalah dengan diriku sendiri," jawab Taehyung seraya melipat tangannya didada. Pria itu mengernyit, nampak heran dengan perkataan Taehyung yang ia tak ketahui maksudnya sama sekali.

"Seperti dirimu kalah dengan rasa kepercayaanmu sendiri, Kookie." Taehyung menyeringai--berusaha meremehkan pria yang mulai diselimuti amarah itu. "Hingga membuat dirimu tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah," lanjut Taehyung seraya meneguk jus anggur hingga tanggas. Taehyung menatap pria itu bagai elang yang telah menargetkan mangsanya dari kejauhan, memicikkan matanya guna membuat sang lawan bicara kehilangan nyali untuk melanjutkan pembicaraan.

"Jangan coba-coba melukai orang yang kusayang untuk kedua kalinya!" himbau Jungkook seraya menggertakkan giginya penuh amarah. Tangannya mengepal--dirinya berusaha penuh mengontrol tangan itu untuk tidak melakukan kekerasan di tempat umum.

"Aku tidak pernah dan tidak akan pernah melukai orang yang kau sayangi, Jungkook. Kau harus segera membuka matamu itu lebar-lebar agar kau mampu melihat siapa musuhmu yang sebenarnya. Jangan terlalu termakan rasa kepercayaan, sampai-sampai membuat dirimu itu buta terhadap dunia. Anjing tak selamanya setia pada kawanannya. Ingat itu!" ucap Taehyung seraya bangkit dari kursinya, kemudian berjalan melalui Jungkook yang sedang berusaha mencerna maksud dari perkataan Taehyung barusan.

"Oh ya, satu lagi. Jaga Aera baik-baik, karena kejadian masa lalu bisa saja terulang kembali," imbau Taehyung seraya berjalan keluar cafe.

Predikat juara umum yang melekat pada diri seorang Jeon Jungkook terasa sangat tidak berguna saat ini. Buktinya, Jungkook masih terdiam memikirkan maksud dari perkataan Taehyung. Otaknya itu seakan terlalu rendah untuk menggapai perkataan Taehyung yang begitu tinggi.

Disisi lain, ada seorang gadis keturunan Lee yang menangkap semua kejadian tadi begitu sempurna melalui pupil matanya, meresap ke otak hingga ia mampu menyimpulkan bahwa terdapat hal yang disembunyikan Kim Taehyung darinya--sahabatnya sendiri.

"Aera! Kedipkan matamu! Jangan melotot seperti itu terus, nanti kau bisa kesurupan," ucap Hea untuk memberi tau kepercayaan kuno kepada Aera.

Aera masih menatap Jungkook dari kejauhan, hingga pria itu melangkah keluar dari cafe, sebelum akhirnya Aera kembali fokus kepada Hea.

"Kau masih percaya hal-hal seperti itu, He? Kuno sekali."

"Kalau kau tidak percaya ya sudah. Matamu itu sibuk sekali akhir-akhir ini, Ae. Sibuk memerhatikan Jeon Jungkook dari kejauhan maksudnya." ucap Hea seraya sedikit terkekeh sebelum akhirnya Aera menutup mulut sahabatnya itu rapat-rapat seraya berbisik, "Kecilkan suaramu, pabbo."

Heart Choice [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang