Chapter 33|Reason

541 90 7
                                    

Vote dan komennya jangan lupa ya^^
Itu berharga buat aku:)

-Bee





Tubuh yang lelah dan letih itu tidak berniat membaringkan diri di atas ranjang empuk seraya mengelanakan pikiran di alam bawah sadar. Kuat tak kuat semuanya harus ia jalani. Alih-alih beristirahat, Jungkook menghubungi Young walau sejujurnya ia sangat malas. Semenjak kepulangannya dari apartemen Taehyung, Jungkook tidak mendapati Jimin di rumah sakit, pun nomornya tak aktif. Seluruh sosial media Jungkook diblok oleh sahabatnya, itu membuat Jungkook semakin penasaran dengan Jimin.

Tanpa alasan, tanpa penjelasan, semua peristiwa kelam terjadi begitu saja. Entah itu takdir yang dipersiapkan semesta untuknya, atau hukuman sebab telah melakukan kesalahan di masa lalu. Kalau sekarang Jungkook sedang mendapat hukuman atas kesalahannya pada Taehyung, ia masih bisa menerima hal itu. Lalu, apa kematian Youra dan Munhee dulu kala termasuk hukuman untuk Jungkook? Apa bocah berusia sebelas tahun pernah melakukan kesalahan besar di masa lalunya?

Sulit rasanya untuk tidak menyalahkan siapapun setelah berbagai hal mengerikan ini terjadi di hidupnya. Ayah yang meninggalkannya tanpa alasan membuat Jungkook kini membenci keadaan. Tidak ada orang yang mendukungnya selain Ahnjong dan Aera, pun kedua orang itu tidak memiliki ikatan ibu-anak atau kakak-adik. Namun setidaknya ia masih bisa bersyukur, ada orang yang mendukungnya.

Tepat setelah Young membalas pesannya, Jungkook langsung bergegas menuju apartemen gadis itu. Young bilang jika Jimin sedang bersamanya. Hee Young sudah mendeklarasikan diri jika ia membenci Jungkook dan ingin membalas dendamnya pada pemuda itu sebab cinta yang pernah ditolak. Tetapi tidak menutup kemungkinan rasa cinta masih ada di antara benci yang hadir, membuat Young tidak bisa jika tidak memberi tahu keberadaan Jimin pada Jungkook.

Bermodalkan smartphone yang menampilkan peta menuju apartemen Young bisa membuat Jungkook sampai disana sebelum fajar keluar dari persembunyiannya. Kaki jenjangnya melangkah terburu di atas ubin putih bersorot cahaya lampu, suara langkahnya terdengar seirama hingga berhenti tepatdi depan pintu yang ia yakin itu adalah pintu apartemen Young. Sambil menilik ponselnya, jari Jungkook menekan bel di sisi kanan.

Salah seorang yang berada di dalam mengernyit bingung, sedangkan yang satunya lagi menyulam senyum diam-diam.

"Siapa?" tanya Jimin sambil menuangkan soju ke dalam gelas kaca berukuran kecil.

Young bangkit dari duduknya, menoleh ke Jimin sebelum akhirnya menjawab, "Priaku, Baby. Kau harus menyambutnya."

Jimin sedikit bingung karena seingatnya Young tidak memiliki kekasih. Meski begitu, ia hanya mengangguk-ngangguk saja--tidak berniat menanyakan lebih jauh, padahal penasaran.

Ketika pergelangan tangan mulus itu menekan engsel pintu kemudian menariknya, sosok tampan pujaan hatinya langsung tampak di depan mata. Iris Young bersinar tatkala bersirobok dengan mata sayu Jungkook. Rasa bencinya langsung memudar dengan hanya sebuah tatapan singkat yang sebenarnya tidak berartikan hal istimewa. "Oh God! Silakan masuk, dari dulu aku menunggumu datang kemari, Sayang" Young semakin menyuak pintu agar Jungkook segera masuk.

Pemuda itu melirik tajam sambil berusaha menahan isi perutnya agar tidak keluar. Baginya, ucapan Young sangat menjijikan. Untung saja ada hal yang harus ia bicarakan pada gadis itu dan Jimin, jika tidak mana mau Jungkook ia datang kemari.

"Baby Park! Lihatlah siapa yang datang!" seru Young bersemangat. Ia langsung duduk di sebelah Jimin.

Mabuk yang sudah mulai datang tak mampu membuat Jimin untuk tidak mengenali siapa yang baru saja datang. Bahkan dari aroma tubuh Jungkook yang melalang di udara, Jimin sudah paham. Bukannya menyambut sahabatnya itu dengan senyuman, Jimin justru memutar bola matanya. "Kau mengundang pria bodoh ini?" Jimin tersenyum simpul.

Heart Choice [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang