~29

287 30 0
                                    

Yoongi masih terduduk diam di dalam kantor pribadinya. Kejadian setengah jam lalu masih berputar didalam ingatannya, layak nya sebuah kaset rusak. Sang Appa meninggalkan ruangan ini tanpa rasa bersalah, mungkin.

Terlalu naif jika Yoongi sedang mencoba bersabar atas apa yang Tuhan berikan padanya. Nyatanya ia sangat membenci, mungkin jika dibiarkan seperti ini terus-menerus, Yoongi tak akan percaya lagi pada Tuhan, sangat mengerikan.

tiba-tiba ia merindukan sosok sang Eomma, sudah sangat lama, setelah kematiannya. Yoongi belum mengunjungi pemakaman nya lagi, ia terlalu sibuk.

ia mengamati sudut-sudut ruangan dengan nuansa abu itu. Dengan bibir yang masih terasa perih, Yoongi mulai berpikir "jika dirinya mempunyai dendam pada seseorang, mengapa aku yang menjadi sasaran kemarahan nya?" terka Yoongi, dengan decihan di belakang, tak peduli dengan rasa perih yang semakin bertambah

Yoongi akan menjadi sosok yang sangat kejam dan bengis, jika hal yang tak ia sukai menimpa kehidupannya. Ia akan melemparkan kemarahan nya pada seseorang, tak peduli siapa pun itu. Hatinya terlalu keras untuk menerima sekedar nasihat, dibesarkan dengan cara yang salah, membuat nya menjadi pribadi yang berkepala batu.

Dirinya pernah juga berpikir, bahwa mungkin, jika ia dilahirkan dengan keluarga yang sederhana tanpa harta. kehidupannya akan jauh lebih baik, tanpa hal yang sangat memusingkan ini.

Hidup dengan kesederhanaan. membuat nya ingin sekali menikahi seseorang, dan membangun biduk rumah tangga yang harmonis, tapi dengan siapa?

Mantan kekasihnya, ralat Yoongi tak pernah menyebut Seung-wan dengan sebutan itu. Lagi-lagi ia harus ditampar dengan kenyataan pahit, jika seharusnya ia sudah memiliki keluarga, tapi naas hal itu telah terkubur dalam bersama jenazah Seung-wan.

Mengingat hal itu membuat Yoongi memukul meja kerjanya. Tak peduli jika security atau karyawan lembur terganggu olehnya. toh ini adalah perusahaannya.

Ia berdiri dan berjalan menuju sofa yang lebih panjang, menjatuhkan diri dengan kasar, membuat tulang punggungnya terasa sedikit ngilu. Ia melirik jam dinding. waktu sudah menunjukan pukul sembilan, Yoongi tersenyum miring, ia butuh penenang. Apalagi jika bukan minum di bar mini di pertigaan jalan.

Jaraknya yang mampu ditempuh cepat oleh mobil sport lagi mewah milik Yoongi. membuat nya secepat kilat menyambar kunci mobil dan menjalankan nya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Benar saja. hanya di butuhkan waktu lima menit. ia sudah berada di sebuah lahan kecil, untuk memarkirkan mobilnya. Jalanan kota yang sangat sepi akan kendaraan berlalu lalang, membuat nya bisa sampai secepat ini.

Ia mulai memasuki bar itu. cahaya lampu remang-remang, dentuman music yang sangat keras, dan bau asap rokok yang mulai menyeruak Indra penciumannya.

pria dari berbagai usia, menari dengan girang dengan ditemani para wanita bayaran yang tentu saja bertubuh montok dan seksi. Bukan pria normal namanya. jika tak tergoda dengan payudara yang berisi, bokong yang besar dan menawan, dan jangan lupakan juga bibir ranum yang sangat menggoda untuk dicium.

Entah dari mana asalnya. wanita yang cukup seksi tiba-tiba menghampiri Yoongi, dengan lenggak-lenggok nya. sangat bisa ditebak bahwa wanita itu haus akan belaian dan juga, uang.

Jika pada dasarnya, orang yang datang kesini mencari kesenangan duniawi. dengan permainan panas di atas ranjang, bersama wanita pilihan yang disewa dengan bayaran yang mahal. lain hal nya dengan Yoongi. memang benar, ia datang dengan hati yang sangat kacau. Tapi dirinya bahkan enggan, untuk sekedar menyentuh apalagi bersetubuh.

✓Destiny for Me? | by thereowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang