~38

244 30 2
                                    

Yoongi yang mendengar lontaran pria kumisan itu, terdiam. Ada rasa tak tega di dalam hatinya. Dua tahun itu bukan waktu yang singkat jika dikaitkan dengan hukuman.

Jimin dan Seulgi sudah tertunduk pasrah, ini semua memang jalannya, tak ada cara lain. Keduanya sudah mengakui, tapi pengakuan secara lisan tentu tak cukup untuk membayar akibat yang mereka perbuat.

Yoongi menghela napas nya pelan, jika dipikir, kematian Seokjin memang membuatnya sedih sekaligus kesal. Bagaimana pun Seokjin adalah orang yang berharga dalam hidupnya.

Lika-liku kehidupan Yoongi, sudah menjadi hal biasa bagi Seokjin. Dirinya selalu mendengarkan keluh kesah Yoongi, yang terkadang dilanda keputusasaan. Nasihat baik penuh makna, selalu mengajarkan Yoongi untuk tetap tegar menjalani keras nya hidup.

Begitu pula Jimin dan Seulgi, keduanya adalah teman karib Yoongi. Mereka juga ikut serta menanggung beban nya, dulu.

Tapi, mau bagaimana pun kesalahan tetap kesalahan. Ink sudah fatal. Yoongi sejak tadi sudah geram atas sikap keduanya yang sangat kentara meminta belas kasihan.

Yoongi mulai menarik napasnya, "aku serahkan padamu pak," agak berat untuk melepaskan satu kalimat itu,

Jimin menoleh singkat pada Yoongi, lalu ia tersenyum tipis, tak lupa tangannya mengusap punggung tangan Seulgi, pelan.

Seulgi yang mendengar itu, membuat pertahanan nya runtuh, ia menangis dalam diam. Tak mampu menahan malu jika suara tangis nya terdengar oleh Yoongi. Sudah cukup.

Jimin semakin mengeratkan tangannya, menggenggam tangan Seulgi yang bergetar.

Yoongi membuang napas kasar, dan berdiri dari kursi. "Permisi, ada hal yang harus aku urus,"

Pria tua kumisan itu, mengangguk asal, dan berucap. "Tapi ingat, jangan lupa untuk menghadiri pengadilannya besok lusa, ini akan segera diproses dengan pelaku nya sekaligus." jelasnya

Penjelasan itu, terdengar begitu menyakitkan bagi sepasang kekasih yang baru saja menjalin hubungan. Bagaimana bisa secepat itu? Bahkan Seulgi belum memberitahu kabar apapun pada sang ibu. Sungguh, ini mala petaka bagi nya.

Nyatanya, bukan hanya Seulgi, Yoongi pun merasakan hal yang sama. Tetapi, ia memilih mengangguk dan pergi meninggalkan keduanya.

•••

"Hallo? Kau melamun?" tanya Wendy dengan kepala yang dimiringkan menghadap si lawan bicara yang sedari tadi diam

Seorang pria berbalut jas putih khas Dokter itu mengerjap kecil. "Ah maaf, aku sedang banyak pikiran, jadi seperti ini, hehehe.. " dengan tangannya yang menggaruk tengkuknya pelan

Wendy tersenyum, dan mengangguk. "Jadi kau Dokter yang bernama Taehyung itu..." belum selesai bicara, tapi, Dokter itu--Taehyung, sedikit salah tingkah dengan mengalihkan pandangannya kearah lain

"Appa ku bilang, jika kau selalu menanyakan kondisi ku setiap saat, benarkah?" lanjut Wendy penasaran

Bagai maling yang tertangkap basah. Taehyung begitu kaku saat mendengar lontaran itu. Bukan mengapa, tapi anehnya ia malu untuk sekadar mengiyakan pertanyaan itu.

Melihat reaksi Taehyung yang seketika terdiam, membuat Wendy mengerti dan mengalihkan pembicaraan.

"Kau sudah makan?" jika hal ini wajar, katakan saja Taehyung yang kelewat percaya diri

Benar. Taehyung sangat-sangat terkejut atas pertanyaan Wendy berikut nya, ini. Jantung lantas berpacu lebih kencang, sesaat Wendy tersenyum kearah nya.

✓Destiny for Me? | by thereowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang