~35

207 24 0
                                    

Yoongi melakukan segara cara agar bisa menahan darah yang terus mengalir, dari pinggang kiri Wendy. Benar, Namjoon pelakunya. Saat ia mencoba menembak Yoongi, Wendy lantas berlari dengan tenaga nya yang hampir habis, dan mendorong tubuh Yoongi agar menjauh. Alhasil, salah satu bagian tubuh nya yang harus menerima peluru menyakitkan itu.

Yoongi tak banyak bicara, untuk apa juga. Yang terpenting, hati nya tetap merapalkan doa pada Tuhan. Ia secepat mungkin menggendong tubuh Wendy ala bridal. Menjauh dari Namjoon, yang tengah merutuki dirinya sendiri yang kelewat bodoh.

Jika pihak berwenang tahu, hukuman Namjoon pasti akan lebih berat, sebab dirinya menembak dua orang, dalam satu waktu. Lebih parah lagi, salah satu nya sudah tewas. Otak nya terus berpikir, bagaiamana cara ia melarikan diri dari sini.

"Seperti nya, ini saat nya aku lari." gumam nya, dan perlahan berjalan keluar gedung

Wendy yang belum sepenuhnya pingsan, menepuk pundak Yoongi yang terus berjalan menuju mobil. Langkah Yoongi terhenti, dan menatap mata Wendy yang kian sayu.

"D-dia... Akan larihhh..." lirih nya dan detik selepas itu, Wendy pingsan

Mendengar itu, Yoongi lantas menengok ke arah belakang. Benar saja, Namjoon tengah mencoba kabur. Ia sudah berada di pintu depan gedung tua ini. "YA! JANGAN MENCOBA LARI, BERENGSEK!" pekiknya, tapi Yoongi tak mengejar Namjoon, karna ia tahu, Wendy  yang membutuhkan pertolongan saat ini

Yoongi malah mempererat gendongannya, pada tubuh Wendy yang sudah melemas. Sesampai di mobil, ia segera membuka pintu dan melaju cepat menuju rumah sakit.

Masalah Namjoon, dan para pesuruh nya. Yoongi yakin, dan ingat betul akan kronologi bahkan ciri fisik mereka. ia bisa melaporkan seluruh kesaksiannya dengan Wendy jika sudah kembali pulih. Namun, bila dirinya dimintai keterangan selepas ini, Yoongi siap.

Lorong rumah sakit, tampak ramai karna pasien yang di dorong melalui kasur beroda rumah sakit, mengeluarkan darah terus-menerus. Wajah Wendy kian memucat. Yoongi yang melihatnya, hanya mampu menampakkan raut cemas.

Langkah para tim medis pun nampak tergesa-gesa, mereka juga khawatir, jika Wendy tak ditangani secepat mungkin, nyawanya bisa terancam. Selang infus sudah rapi terpasang. Sampai mereka memasuki ruang oprasi, sebab, peluru itu harus segera dikeluarkan. Dan tentu saja, hal itu harus ditindak melalui oprasi, tak ada jalan lain.

Yoongi yang masih gusar, terlihat semakin geram kala dirinya, tak diperbolehkan untuk masuk kedalam, menemani Wendy.

"Tolong, biarkan kami yang bertindak. Aku akan melakukan hal yang terbaik, untuk kekasih tuan" dan berlalu meninggalkan Yoongi, yang seketika bergeming saat dokter itu menyebut Wendy sebagai, kekasihnya

Yoongi mencoba menormalkan deru napasnya, kenyataan ini terlalu pahit untuk ia telan. Keadaan ini membuat ia seperti kembali pada dua tahun lalu, dimana Seung-wan yang berakhir tewas, karna insiden itu.

Yoongi mendudukkan dirinya, di bangku besi. Ia mengusap wajah nya kasar, dengan hembusan napas lelah, berkali-kali. Mencoba tenang, tetapi tak bisa.

Mendadak, Yoongi mengingat seseorang, yang harus ia urus juga. Itu, Seokjin. Tubuh nya masih tergolek di tanah gedung tua itu. Ia lantas berlari menuju lorong satu, ke lorong lainnya. Mencari pihak yang dapat mengurusi jenazah.

Benar, karna tindakan konyol Namjoon, Seokjin harus kehilangan nyawanya.

Sudah hampir lima menit, akhirnya Yoongi berhasil bertemu seseorang dengan seragam putih. "Maaf, apa kau pengurus jenazah? " tanya nya dengan napas terengah

Pria itu, mengangguk "ya benar, apa ada jenazah yang harus ku urus?"

"Ya, benar. Tapi, kau harus menjemput nya terlebih dulu, di gudang tua bernama xxx, ia terbunuh disana." penjelasan Yoongi benar-benar mengundang ekspresi terkejut dari pria berseragam putih itu

✓Destiny for Me? | by thereowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang