~41

167 24 2
                                    

Satu tahun kemudian...

"Makanlah, dan jangan lupa memberinya juga." titah seorang pria bertubuh gempal dengan kumis tebal

Dirinya sekadar, memberikan makanan pada para terdakwa yang sedang dalam masa tahanan. Itu sudah menjadi tugasnya.

Sesaat setelah pria itu berpaling menghampiri beberapa orang lain, dua orang di dalam nampak canggung campur kesal. Ada hal yang sangat memuakkan berdiam diri dalam penjara. Masing-masing merasa tersiksa secara batin, entah kapan mereka dapat lolos dan hidup bebas.

Pria dengan rahang tirus itu, berjalan pelan menuju wanita dengan penampilan tak sepatutnya. Wajah lusuh, bibir yang pucat, dan setelan baju khas penghuni tempat buruk ini. "Makanlah, kau hanya melamun dari tadi." seraya menyodorkan satu piring berisikan lauk pauk seadanya

Wanita itu hanya menatap kosong, matanya seakan berbicara bahwa ia tak lapar.

"Ayo makan dulu, kau pasti lapar kan?" tanya pria itu dengan tepukan pelan dibahu sang wanita

"Jimin, bawa aku pergi. Aku malu atas ibuku, aku tak akan pernah diterima lagi di dalam keluarga ku, aku bodoh." ucap nya tak lain adalah Seulgi, sungguh menyesal sudah berbuat sejauh ini

Dua bulan lalu, ibu nya diberitahu oleh pihak kepolisian dan serta merta datang bersama keluarga nya yang sangat terkejut bahkan terpukul ketika melihat Seulgi menjadi salah satu bagian dari pelaku tindak kejahatan.

Ibu nya hampir pingsan, kalau saja Seulgi tak menangis kencang kala melihat ibu nya nampak lesu dan sedih. Detik itu juga, ibu nya lantas marah besar padanya, dan berjanji tak akan menganggap Seulgi sebagai anak kandungnya lagi.

Hati anak siapa yang tak hancur, kala mendengar perkataan menyakitkan seorang ibu kandung?

Walau ini sepenuhnya kesalahan Seulgi, tapi tak dapatkah ibu nya memberi Seulgi satu kesempatan lagi untuk berubah?

Sangat aneh, bahkan begitu menyakitkan bagi Seulgi, air mata nya tak dapat berhenti sejak itu. Sampai detik ini pun benak nya selalu memutar memori menyedihkan itu dan berakhir dengan yang mata sembab.

Sang kekasih, Park Jimin hanya dapat menahan pilu nya terhadap Seulgi yang sangat terpukul atas apa yang ia dapat dari sang ibu. Seulgi hanya berharap jika disaat ia terpuruk seperti ini, ibu nya dapat memberikan nya sebuah dukungan bahkan harapan akan kehidupan dimasa depan.

Dari awal Seulgi bekerja bersama Yoongi, ibu nya memang terpandang sebagai wanita yang rakus dalam harta. Ia seakan tak bisa tidur pulas hanya karna satu won hilang dalam genggaman. Sangat matrealistis.

Beruntung saja ibu nya dianugerahi anak seperti Seulgi yang benar-benar menyayangi nya tanpa ada rasa benci sedikit pun atas sikap buruk nya itu. Bahkan tak ada niat untuk membuat ibu nya jera, ia menjalani kehidupannya yang penuh ambisi ibu nya sendiri, namun ia tetap bersyukur.

Jujur saja, ada dua perasaan yang bertempur dalam hati Seulgi. Antara ia mesti bahagia atau sedih. Bahagia sebab tak ada lagi tekanan yang ia dapatkan dari ibu nya. Dan Sedih, sebab kini kehidupan nya akan semakin sunyi.

"Sudah, jangan dipikirkan aku akan selalu ada untukmu, walau ibumu sudah tak sudi lagi menganggap mu sebagai putrinya." tutur Jimin dengan lembut, sambil mengusap Puncak kepala Seulgi

Seulgi mengangkat kepalanya, dan menatap Jimin dalam. Ada rasa yang mengalir dalam hati nya. ia sungguh bahagia mendapatkan Jimin, tak akan pernah ia lepaskan. Netra nya perlahan berair bersamaan dengan seutas senyum yang Seulgi tampakkan.

Seketika itu pula, Jimin menarik tubuh kurus Seulgi dalam pelukannya. Kehangatan yang hanya ia berikan pada Seulgi, tak ada yang lain.

"Kini aku paham, mengapa kau begitu benci aku kala itu. Hidup mu bahkan sungguh sulit dari yang kubayangkan, aku benar-benar minta maaf padamu. Aku janji Seul, aku akan membahagiakan mu melebihi hal yang pernah membahagiakan mu." jelas Jimin begitu tulus, suara khas nya sangat menenangkan pikiran serta batin Seulgi

✓Destiny for Me? | by thereowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang