~44

244 21 2
                                    

Wendy, wanita yang begitu tulus mencintai Yoongi itu belum memiliki kejelasan atas perasaanya. Detik ini, hatinya seakan merasa lelah. Ia lelah berjuang sendirian. Mau bagaimana pun, sikap Yoongi saat di pemakaman sangat kentara bila hatinya seolah masih tertutup rapat. Tak ada sedikit celah, untuk nya menggantikan posisi Seung-wan.

Ia menatap sendu pada cermin di meja riasnya. Hati dan pikirannya lebih terpacu untuk memikirkan bagaimana nasib nya sekarang? Akankah ia mampu menaklukan hati pria dingin seperti Yoongi?

Sekilas Wendy melirik jam dinding yang terpasang di kamarnya. Waktu masih menunjukan pukul empat sore. Rasanya, semenjak ada Taehyung datang, waktu jadi melambat pikir Wendy.

Tapi, ia tak menggubris hal itu. Wendy malah berdiri menghampiri lemari untuk mengambil handuk. Ia benar-benar tak tahan dengan tubuhnya yang terasa lengket.

Selang lima belas menit menghabiskan waktu untuk membersihkan diri. Wendy keluar dengan celana santai, juga kaos longgar berukuran mini. Terduduk lagi di meja rias, seakan menyambungkan seluruh akal pikiran nya untuk kembali memikirkan Yoongi.

Hatinya merasa amat sakit. Perlakuan juga kata-kata yang Yoongi ucapkan benar-benar menampar dirinya. Seolah memintanya untuk sadar bahwa Yoongi tak akan pernah bisa jatuh hati padanya.

Namun saat itu juga, kalimat nasihat Ryeon terputar jelas dibenaknya. Terbesit rasa lega ketika mengingat kata-kata bijaknya.

Walau saat ini, Wendy merasa sedikit sekali mempunyai harapan agar Yoongi menoleh padanya, tapi Wendy masih memiliki rasa yang sama.

Bila ditanya, apakah dirinya mulai membenci Yoongi yang selalu bersikap kasar dan dingin padanya?

Jawaban Wendy tetap sama sedari dulu. Dirinya memang merasa kecewa atas semua perlakuan Yoongi, namun ia juga percaya bahwa itu memang sudah watak nya. Mau bagaimana pun tak akan pernah bisa dirubah.

Sekalipun dengan orang yang dikasihi. Watak keras kepala Yoongi pasti akan selalu melekat pada jiwanya. Yang Wendy lakukan hanyalah rasa keluasan hatinya untuk menerima dengan sabar semua hal pahit itu.

Terkadang, pasti ada rasa sesal mengapa ia mesti jatuh cinta pada seseorang yang bahkan tak berniat menganggap dirinya ada. Tapi, bila hati yang telah memilih percayalah, semua tak akan bisa mengelak. Bahkan seluruh sel dalam tubuh layaknya pesuruh yang selalu mengikuti kata-kata tuannya.

Jadi, Wendy hanya perlu bersabar menanti cintanya. Walau menyakitkan, dan selalu membebankan pikirannya.

Tak terasa Wendy telah menyelesaikan semuanya. Dan sekarang, waktunya ia memasak untuk makan malam bersama Ryeon. Sampainya didepan pintu hendak memutar knop pintu, Wendy samar-samar mendengar dua suara pria dilantai bawah. Merasa heran sekaligus penasaran, Wendy memberanikan diri keluar kamar, hingga menuruni anak tangga.

Sekedar memuaskan rasa penasarannya, Wendy menghentikan langkahnya saat ia akan mencapai tiga anak tangga kebawah. Dan melihat seksama siapa pria yang berbalut kemeja putih itu.

Sebab, pria asing itu memunggunginya. Tak sengaja, Ryeon menatap Wendy yang seperti sedang mengintip. Lantas saja ia menghentikan perbincangan nya dengan pria asing itu dan berlari pelan menuju Wendy yang kebingungan.

"mengapa Appa berlari? Dan kenapa juga ia tersenyum?" batin Wendy

Benar. Ryeon menghampirinya sambil tersenyum lembut. Setelah berdiri di depan Wendy yang masih enggan untuk sampai anak tangga terakhir, Ryeon seketika meraih pergelangan tangan Wendy dan menariknya pelan seraya berujar, "ada Yoongi didepan."

Sontak saja membuat tubuh Wendy meremang. Ia sangat terkejut saat mengetahui bila pria asing berbalut kemeja putih itu adalah Yoongi. Pria yang ia cinta.

✓Destiny for Me? | by thereowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang