~20

456 40 2
                                    

"Anyeong" sapa wanita bermata kucing bernama Seulgi, ia berjalan menuju meja nya, duduk dengan nyaman dan segera membuka laptop untuk melanjutkan pekerjaan kemarin

Ia paham, kenapa sapaanya hanya di respon dengan anggukan saja, karna mereka sangat sibuk, Seulgi paham akan hal itu.

Tak butuh waktu lama untuk berkutat dengan kegiatan sehari-harinya, tapi kesonsenannya terganggu, karna suara obrolan berupa bisikan para wanita penggosip dikantor ini.

Seulgi menatap tiga wanita itu "hei nona! kau ini sedang bekerja, hentikan dulu menggosipmu itu" tegur Seulgi dengan mata nya yang menyipit sinis

Dua dari tiga wanita itu hanya mendelik sebal, dan melanjutkan pekerjaannya, tapi beda dengan wanita yang berpakaian ketat itu, ia berjalan dengan wajah tak terima pada Seulgi.

wanita itu melipat kedua tangannya di dada "jangan hanya karna kau merasa tinggi dari kami, kau menegur dengan wajah burukmu itu"

Tentu saja Seulgi emosi, wajah secantik dan seimut nya disebut 'wajah buruk', tapi ia sebisa mungkin mengatur deru napasnya "jika kau tak terima, sebaiknya kau keluar" desis Seulgi tajam

Dilihatnya wanita itu memang berkepala batu, ia kembali berujar sebal "dasar tukang ngatur" cerca nya seraya berlalu ke mejanya

Seulgi menatap teman-temannya yang lain, yang sibuk dengan kegitan masing-masing sama sekali tak ada yang ikut menimbrung saat Seulgi beradu mulut tadi, saking fokusnya.

Semua berjalan lancar, menit demi menit terasa begitu cepat, sampai ponsel Seulgi bergetar.

Drttt

Drttt

Ia melihat layar ponselnya dengan kerutan didahi mulusnya "Jimin-ssi?" cicitnya pelan

Ia segera keluar dari ruangan dan berjalan cepat menuju toilet, menurutnya ini cukup serius, Jimin tak pernah menelfonnya semendadak ini.

Setelah sampai didalam, Seulgi mengangkatnya dan tak lupa dengan menempelkan ponselnya ke telinga kanannya "yeoboseyeo?"

"...." Seulgi mengernyit

"Apa yang harus kulakukan Jimin-ssi?"

"...."

"Tapi kenapa harus aku?"

Pip. Sambungan terputus belum juga Seulgi mendapatkan jawaban, tapi Jimin segera menutup telfonya.

Seulgi menatap dirinya dicermin, dan menghela napasnya pelan "kau menelfonku karna ini?, apa maksudnya?" monolog nya

•••


"appa, aku berangkat" ucap Wendy sambil mengeratkan tali sepatunya

"Uhuk,uhuk" mendengar itu Wendy menoleh pada sang appa, yang berjalan kearahnya

"appa, ada apa? appa sakit?" tanya Wendy khawatir sambil berjalan cepat ke arahnya

Appa nya hanya menggeleng "tidak ini hanya batuk"

"Kupikir appa harus ke rumah sakit" Ajak Wendy

✓Destiny for Me? | by thereowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang