~37

234 20 0
                                    

Derap langkah kaki nampak terseok dengan tubuh yang lemas, selepas memberontak tak ingin ditangkap. Benar, penyebab kekacauan yang terjadi digedung tua itu, sudah tertangkap oleh polisi, Seoul. Kim Namjoon, pelaku pembunuhan berencana bermotif balas dendam kini, harus mendekam di jeruji besi, untuk pertama kalinya.

Dua orang tampak tersenyum remeh, dengan kedua tangan yang di lipat di dada salah satu nya.

"inilah balasannya brengsek." desis seorang wanita bertopi, ia adalah Seulgi

Dirinya bersama Jimin, menjemput Namjoon yang tengah berada di persembunyiannya, sebuah hotel murah di pinggiran kota Seoul. Sejak hari itu, Jimin berusaha mencari informasi Namjoon secepat mungkin agar dirinya bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Yoongi.

Jimin menarik tubuh Seulgi yang condong ke depan, "sudah, lebih baik kita segera ke mobil." dan menggandeng lengan Seulgi yang masih nampak kesal

Namjoon sudah di serahkan pada pihak polisi yang sedang memborgol kedua pergelangan tangannya. Penyesalan, sudah pasti bersarang di hati kecilnya. Niat hati ingin memberi pelajaran, malah berbalik kemalangan pada dirinya sendiri.

Polisi sudah mengetahui semua informasi dari Jimin dan juga Seulgi, yang kala itu ikut serta. Pastinya, mereka berdua dikenai sanksi oleh pihak kepolisian karna bodoh mengikuti ulah pria jangkung itu.

Jimin mengerti, apapun ia akan lakukan demi kebaikan nya dengan Seulgi. Setelah selesai, mengurus surat-surat tanda persetujuan, mereka semua berangkat menuju kantor.

Sesampainya di depan kantor, Jimin dan Seulgi keluar dengan kacamata hitamnya, yang sudah terlepas sesaat keduanya sudah di dalam.

"Silahkan duduk."

Keduanya terduduk, dengan rasa cemas yang tak dapat dipungkiri.

Seulgi mendadak lemas, bagaimana jika urusan sanksi saja tidak mencukupi? Dan harus dipertanggung jawabkan dengan mendekam dibalik jeruji besi?

Tidak. Seulgi sangat menginginkan kehidupan nya normal selepas ini.

Jimin yang menyadari itu, seketika menaruh tangannya menumpu pada paha Seulgi. "Jadi bagaimana?" tanpa menoleh sedikit pun pada Seulgi

Pria berbalut seragam polisi itu berdehem, "ini menyangkut otak kalian, sejatinya, jika kalian mengetahui resiko akan begini, mengapa tak menghentikannya sebelum ada korban yang jatuh?"

Pertanyaan menohok itu, membuat air mata Seulgi serasa ingin segera meluncur menuruni pipi nya. Ia mencoba tenang dengan menggigit bibir nya.

Jimin menunduk, ia juga sama. Tak sanggup bila harus menerima kenyataan pahit ini.

"Kesalahan tetap kesalahan. Tak terkecuali jika kalian hanya membutuhkan uang, karna kasus ini." lanjut pria itu

"Pak saya mohon, apapun akan kami lakukan. Tapi mohon beri keringanan, jangan masukan kami kedalam penjara pak... " suara Seulgi begitu bergetar, sangat kentara jika ia menangis

Jimin lantas memandang Seulgi dan mengusap pipi mulus nya yang sudah basah.

Pria itu berlagak tega, "aku mengerti apa yang kalian rasakan, tapi kesalahan tetap harus dibayar dengan hukuman, ini sudah ketentuan negara." dan berdiri meninggalkan keduanya, entah pergi kemana

Jimin lantas menarik tubuh Seulgi kedalam pelukannya. "Kita pasti bisa melewati ini semua, aku yakin." rapalan doa selalu mengisi relung hati Jimin dan juga Seulgi entah sampai kapan

Berharap ini semua hanya mimpi siang bolong, yang berakhir jatuh dari kasur. Tapi nyatanya, ini semua sungguh kelewat nyata untuk dibayangkan. Keduanya sadar, mereka terlalu bodoh.

✓Destiny for Me? | by thereowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang