~28

405 33 4
                                    

"Sudah ku beri tahu. jangan pernah mengungkit apa yang tak pasti!" ujar pria paruh baya yang sedang menyilangkan lengannya di dada, saat ini kesal dan amarah bercampur menjadi satu

Suasana sunyi di dalam salah satu ruangan dikantor terbesar di seoul itu, membuat mereka seperti musuh dibalik topeng status keduanya sebagai anak dan ayah.

Pria di hadapannya terdiam, bukan karna takut. Hanya saja, ia berusaha meredam emosi yang kini sudah di ubun-ubun. Ia sadar ini adalah ayahnya. Tapi sikap dan perlakuan nya, benar-benar tak mencerminkan seorang ayah. Dingin dan tatapan benci, seakan membuat nya--Yoongi, menjadi naik darah. Itu bahkan seperti tatapan terhadap musuh bebuyutan.

Setelah mengantarkan Wendy pulang, Yoongi memang dipanggil oleh Appa nya kekantor. Dan ternyata hanya sebuah cercaan yang ia peroleh.

Tangan Yoongi mengepal kuat dengan ruas jari yang memutih. Ia ingin menimpali dengan beribu alasan yang ia perkuat untuk soal ini. Soal mantan kekasih nya yang meninggalkan banyak hal misterius yang Yoongi tak tau. dan Apa salah jika ia menginginkan kebenaran atas hal itu?

Bahkan jika Yoongi harus memutarbalikkan fakta, dirinya bisa saja berujar bahwa masalah ini sama sekali tak menyeret sang Appa sedikit pun. Ia berpikir, membuat rencana, sampai hal-hal detail yang ia temui bersama Seokjin pun, sama sekali tak meminta saran atau bahkan pemikiran dari Appanya itu.

pria itu--Jungin berdiri dengan angkuhnya "kau dengar baik-baik, semua yang telah terjadi biarlah berlalu. jangan pernah mengungkitnya, tak ada hal yang menarik untuk diungkit bukan?" tanyanya dengan senyum miring

jika ini bukan ayah sekaligus orangtua nya. Mungkin detik ini juga, pria tua didepannya itu sudah tergeletak dengan darah bercucuran di mulut dan juga hidungnya. Sebegitu kejam kah kau Yoongi?

kali ini Yoongi yakin jika dirinya akan di cap sebagai anak durhaka. itu tak akan menjadi masalah besar bagi Yoongi, ini soal pribadinya. ia harus bisa membela diri walaupun itu didepan ayah nya sendiri.

Yoongi menarik napasnya pelan, mencoba menetralkan deru napas sekaligus emosi nya "kau bisa berbicara seperti itu, bagaimana jika kau di posisi ku hm?" sahut Yoongi tenang

Ia berharap jika Appa nya akan sadar, bahwa dirinya butuh kebenaran atas kejadian dua tahun lalu. Dengan segala bukti yang ada, tak ada salahnya bukan jika ia menyelidiki lebih lanjut? Karna jujur, rasa penasaran dan bersalah masih mendiami jiwa nya sampai detik ini. Dan itu membuat hidup nya seolah dihantui rasa bersalah. setega itu kah seorang ayah membiarkan anak semata wayang nya tersiksa dengan perasaan yang bahkan sangat menggangu kehidupannya.

Selama ini Yoongi mencoba hidup normal. Tapi semakin ia mengelak, hatinya semakin menolak keras dan seperti meminta agar ia melakukan sesuatu. ayahnya yang sudah jenuh untuk mengurusi kantor, membuat Yoongi harus menerima resiko menjadi direktur utama di perusahan terbesar nya di seoul.

Pekerjaan yang ia coba tekuni saat ini memang membuat perlahan pikiran dan perasaan aneh itu memudar. Tapi saat ia menemui seseorang, hatinya dan pikirannya seketika bertekad bulat untuk melakukan sesuatu demi kebenaran yang ia kubur selama ini.

Tapi keadaan seolah-olah tak mendukungnya sama sekali. Membuat dirinya semakin kacau dan bimbang. bagaimana bisa ia berjalan, sedangkan jalan yang ia tumpu adalah lapisan es tipis yang bisa membuatnya jatuh kapan pun.

Hati nya seakan bertanya, apakah Tuhan menghendakinya? Apa ini adalah ujian yang diberikan-Nya pada Yoongi? Atau mungkin balasan atas kejadian dua tahun lalu?

Appa nya menoleh dengan gebrakan meja.

BRUKK

"kau pikir kau siapa hah!!? Beraninya kau tak memanggilku Appa!?" pekiknya sembari mencengkeram kemeja Yoongi yang masih terduduk

✓Destiny for Me? | by thereowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang