"Dua puluh,"
Hexa memelas, padahal ia sangat berharap bisa dansa dengan Alex. Bukan rezeki.
"Lima."
Mata Hexa membulat, ia gak salah denger kan? Maksud kak Alex berarti nomornya 25? Ya ampun 25! Hexa gak tahu harus berekspresi seperti apa. Hawanya juga kenapa jadi panas, jantungku berdetak cepat. Tenang Xa. Tenang.
"Ciwi-ciwi. Kalian ada yang nomornya samaan sama kita gak?" Tanya Yari.
"A-ku." Jawab Hexa gugup.
"Lo cebol? Berapa nomor lo? Jangan samaan sama gue yak." Ucap Rendi yang membuat Hexa cemberut.
"Berapa nomor kamu, Dek?" Tanya Doni.
"Dua lima."
"Anjrit, sama si Alex dong?" Kata Rendi. Hexa terlihat malu-malu dan Alex tidak ada ekspresi apa pun, tapi matanya melihat lekat ke wajah Hexa yang sedikit merah. Yang lainnya berpencar untuk menemukan pasangan lain, Hexa berjalan pelan menghampiri Alex.
"Kalau lo ga mau. Kita ga usah dansa." Kata Alex memulai percakapan. Dengan cepat mulut Hexa langsung merespon "mau kok kak! Ayok ke sana!" Kata Hexa semangat, sambil mengepalkan kedua telapak tangannya ke depan.
Akhirnya, mereka semua sudah menemukan pasangannya masing-masing. Lagu melody yang diputar mengalun lembut, membuat siapa pun yang mendengarnya pasti akan masuk kealunan lembut nan indah itu.
Hexa dengan gugup memegang tangan Alex, mereka berdansa, mengikuti gerakan irama lagu. Tapi, rasanya ada yang berbeda, tubuh Alex kaku dan tubuh Hexa terlalu cepat. Mereka bukan seperti berdansa, tempo gerakannya sangat cepat, kaku dan tak beraturan. Bahkan, beberapa kali Hexa hampir jatuh jika Alex tidak sigap menangkap.
Beberapa menit berlalu. Akhirnya, mereka selesai.
"Gue gabisa dansa." Jujur Alex memulai ucapan. Hexa senyum-senyum. Mengingat Alex berdansa dengan wajahnya yang tanpa ekspresi itu. Membuat aroma tampannya dan dinginnya semakin kuat.
"Kenapa?" Tanya Alex yang merasa aneh melihat Hexa senyum-senyum sendiri.
"Maaf, Hexa juga ga bisa dansa. Makasih juga tadi udah mau nahan pas Hexa mau jatuh." Ucap Hexa sedikit malu-malu.
Di sisi lain
"Reza, beruntung kita dapat nomor yang sama. Btw, gue ngomongnya sekarang ya." Kata Chelsea di sela sela dansanya, mereka sama-sama mendapat angka 10.
"Ngomong apaan?"
"Jadi nanti di akhir acara, si Winda niatnya mau ngungkapin rasa sama si Alex. Gue butuh bantuan lo buat si Alex ngikutin rencana kita."
"Njir beneran? Gue gak ngeh si Winda suka sama si Alex. Tapi, gue saranin, mending kagak usah deh. Si Alex orangnya cuek, ntar yang ada si Winda di kacangin. Dia juga pasti kagak mau nikung si Doni kale."
"Gak mungkin lah. Si Winda cakep banget, tajir, baek juga. Kagak mungkin si Alex tega nolak, buktinya sekarang Alex datang ke acaranya. Lagian kan-"
"Terserah lo." Potong Reza.
"Lo mah tinggal nyuruh si Alex ke depan podium."
"Oke."
Selesai dansa, para tamu undangan di instruksikan untuk berkumpul di depan podium. Terkecuali Alex yang masih duduk di kursi dekat kolam renang. Hexa yang hendak berdiri untuk berkumpul, mengurungkan niatnya. Ia melihat Alex masih duduk.
"Kak Alex ga ke sana?" Tanya Hexa dengan wajah bingung.
"Lo ke sana aja." Titah Alex dengan nada yang bisa dibilang cuek bebek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Kak Alex!
Teen Fiction15+ ONGOING Hexa Aprilia, cewek cantik yang sangat ceria. Dengan tingkahnya yang konyol, membuat cowok bernama Alex yang dingin, jarang senyum dan cuek menjadi hangat dan perhatian. "Lo mau jadi pacar gue?" Potong Alex, sontak membuat Hexa terpaku...