Alex membuka buku matematika halaman 23. Sekarang ia berada di kamar bersama Hexa. Awalnya Hexa menolak ke rumah Alex untuk belajar, tapi karena ancaman gak bakalan izinin Hexa main ke rumah Alex kalau nolak belajar bareng terpaksa Hexa duduk menatap Alex kesal.
"Kak Alex udahan apa jelasinnya. Hexa gak ngerti sama sekali selama satu jam belajar. Lihat nih! Kepala Hexa udah jedud-jedud kayak mau meledak."
Alex hanya menatapnya sekilas dan melanjutkan lagi menerangkan semua dasar-dasar matematika. Hexa memejamkan mata dan menidurkan kepalanya. Puyeng yang dirasa semakin menjalar ke bagian belakang kepalanya. Bisa mati overdosis matematia aku!
"Xa. Yaudah oke gue gak bakal lanjutin kalau emang lo udah gak bisa fokus."
Hexa menegakkan tubuhnya, secercah senyum senang terpancar dari wa- cekrek. Tanpa Hexa ketahui, Alex sudah menyiapkan ponsel untuk memotonya. Flash yang menyambar membuat Hexa terkesiap. "Oh ini Hexa. Kok gue bisa suka sama dia ya?" Ledek Alex sambil memerhatikan wajah Hexa yang terkejut di ponsel.
"Kak Alex hapus! Siniin hpnya! Sejak kapan kak Alex jahil sama Hexa."
"Eits gak akan. Ini buat kenang-kenangan di hp gue." Alex berdiri dan berlari ke dekat nakas. Hexa mengejar. Dengan wajah merah malu, Hexa mencoba mengambil hp dari tangan Alex yang tinggi. Beberapa kali Alex mengelak, ia terbahak melihat Hexa susah payah merebut ponsel darinya. Hexa terdiam sebentar, ini baru pertama kalinya melihat Alex tertawa selepas itu.
Alex melompat ke atas kasur dan berdiri sambil mengangkat ponsel ke udara. Hexa lompat-lompat, ditambah tubuh Alex yang jangkung membuat Hexa susah untuk merebutnya.
Tiba-tiba, Hexa melompat dan memeluk Alex. Sontak membuatnya terkejut dan terjatuh ke atas kasur sekaligus ditindih oleh Hexa. Sudah pasti sakit, tapi keterkejutan itu mengalihkan rasa sakit jadi tubuh membatu. Ini sangat dekat. Tubuh mereka menempel, Alex bisa menatap jauh ke dalam mata cokelat Hexa. Perlahan tangan Alex melingkar ke tubuh Hexa. Membiarkannya menindih dada sepuasnya.
Ini kenapa gini woy. Tolongin Hexaaa!! Malu tapi ketagihan. Nanti kalau ada yang masuk gimana. Kak Alex plis lepasin tangannya. Hexa gak tega kalau nyuruh lepasin. Batin Hexa kacau.
"Tubuh lo berat juga ya." Kekeh Alex melepaskan pelukannya dan mengangkat tubuh Hexa untuk dipindahkan ke samping. Alex bangkit dan memasukkan ponsel ke dalam sakunya.
"Gue ke dapur bentar. Lo belum minum kan?" Tanya Alex tiba-tiba. Hexa hanya menggeleng bego.
Hexa barusan habis diapain heee? Batinnya seperti orang bego beneran.
Duk...duk...duk...
"Den! Den! Jangan lari di tangga. Nanti jatoh." Bibi memperingati Alex. Bi Darmi heran melihat wajah majikannya, Alex memerah. Kulitnya yang putih dan bersih tampak jelas kemerahan itu di kepalanya.
"Den Alex sakit?"
Alex melongo melihat bi Darmi dan menggeleng. "Bi, Alex buat khilaf." Ucapnya dengan nada lemah, nyaris tak terdengar.
"Khilaf kenopo to den?"
"Bi. Bibi pernah pelukan?"
Bi Darmi menyembunyikan senyumnya "yo pernah la den sama si pakde sebelum akhirnya bi Darmi hamil anak sulung. Moso bi Darmi gak pernah romantis."
Raut wajah Alex semakin surah. "Bi, kalau pelukan sambil di tindih bakalan hamil?"
Bi Darmi terkejut dengan pertanyaan vulgar majikannya menurut pikiran bi Darmi. "Yo iyo lah den. Kalau sampai di tindih bakalah hamil."
Tubuh Alex bergetar. "Bi kalau ceweknya hamil cara tanggung jawabnya gimana?"
"Yo dinikahi. Loh aden kenopo to pertanyaannya aneh tenan iki."
"Bi, Alex udah hamilin anak orang." Ucapnya dengan lutut lemas.
"Hah?!! Jangan boong loh den. Ko yo bisa?" Tanya Bi Darmi shock.
"Tadi gak sengaja tubuh Alex di tindih Hexa. Trus Alex khilaf meluk tubuh Hexa." Ucap Alex sambil menjambak rambutnya kalut.
"Terus apa lagi den?"
"Apa lagi apa bi?"
"Yang dilakuin aden setelah pelukan."
"Tatap matanya."
"Terus?"
"Udah. Alex langsung keluar bilangnya mau ke dapur."
"Bi, gimana masa depan Hexa sama Alex?" Tanya Alex tambah kalut.
Bi Darmi terkekeh, membuat Alex kebingungan.
"Kalau kalian gak ngapa-ngapain. Non Hexa gak
bakalan hamil. Orang burungnya saja tidak di masukkan ke sangkar."Alex mengerutkan dahinya. "Burung?"
"Sudah lah tak kirain khilaf apaan. Kalau hanya pelukanmah enggak akan hamil den. Yo wes, bibi buatkan jus untuk aden dan non Hexa ya."
Alex mengangguk dan sedikitnya rasa takut sudah hilang. Beautiful girl. Batinnya menyadari wajah Hexa dari dekat.
Alex membawa senampan jus ke kamarnya. Ia melihat wajah Hexa yang merona malu saat tatapan mereka beradu.
"Gue letakkan disini ya. Ada lagi pelajaran yang gak lo ngerti selain matematika?" Tanya Alex mulai normal, setidaknya untuk raut wajah, karena jantungnya masih berdetak cepat.
Hexa mengangguk.
"Pelajaran apa?"
"Semuanya."
Alex menghela nafas pelan. "Oke, besok kita lanjut di kelas. Sebelum lo pulang, habiskan jus nya." Hexa melihat ke gelas tinggi berisi jus mangga. Ia mengambilnya dan meneguk dalam 2 helaan nafas. Pikirannya masih belum normal matanya plonga plongo kayak orang amnesia.
"Lo baik-baik aja?" Tanya Alex mendekatkan wajahnya. Hexa terkesiap dan memundurkan tubuhnya beberapa langkah.
"Hexa sehat wal afiat. Jus nya udah habis. Hexa pulang dulu. Semangat 45." Racaunya mulai tidak beres.
"Lo tunggu di sofa. Gue ganti baju bentar."
"Hexa bisa naik taxi. Kak Alex di sini saja jaga kesehatan."
"Lah, lo kenapa Xa?"
"Enggak apa apa. Hexa pulang dulu. Bye." Hexa ngacir keluar kamar, membuat Alex menyusulnya tanpa mengganti seragam dengan baju santai.
***
Hexa menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur. Matanya menatap langit-langit kamar. Selintas kejadian di kamar Alex kembali menyerang pikirannya.
Hexa menutup setengah wajahnya menggunakan bantal dan bergumam tak jelas.
"Wangi banget dari deket, ganteng banget, mata kita saling tatap tadi, kyaaaa~ mimpi apa Hexa semalam? Malu banget kalau ketemu besok."
Hexa duduk, kemudian tidur, duduk lagi, tidur lagi. Seterusnya diulang sampai 5 kali. "Kayaknya Hexa cewek beruntung seantero Indonesia deh." Ucapnya dengan percaya diri tinggi.
Tapi pikiran melayangnya beradu dengan harapan kecil kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Mata yang riang tadi sedetik kemudian berubah jadi kosong, tak ada gairah, tak ada binar mata. Hanya kekosongan dan air mata mengalir begitu saja ke pipinya.
Hexa menghapus air mata dan beranjak pergi ke kamar mamanya. Di sana Ratna sedang menyusut air mata saat menyadari ada yang memutar kenop pintu.
"Belum tidur?" Tanya Ratna. Hexa menggeleng. Ia berjalan lesu ke arah Ratna.
"Ma. Kalau Hexa cuti selama 3 bulan. Hexa bakalan sembuh total kan? Gak akan lagi dihantui kematian?" Tanya Hexa mencari harapan dari jawaban mamanya.
"Iya sayang." Ratna tak kuasa untuk menjawab yang sebenarnya, ia pun tak bisa menebak bagaimana masa depan.
"Kalau gitu. Hexa mau pergi ke Amerika."
Ratna membisu.
___________________Dahh. Hexa mau ke negerinya paman sam. Mau titip salam ke babeh donald trump

KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Kak Alex!
Teen Fiction15+ ONGOING Hexa Aprilia, cewek cantik yang sangat ceria. Dengan tingkahnya yang konyol, membuat cowok bernama Alex yang dingin, jarang senyum dan cuek menjadi hangat dan perhatian. "Lo mau jadi pacar gue?" Potong Alex, sontak membuat Hexa terpaku...