Sudah 2 hari sejak kejadian itu. Hexa benar-benar tak masuk sekolah, tidak ada lagi keributan bersama Adelio, tidak ada lagi suara cerewet saat duel dengan Rendi dan tidak ada lagi ucapan manjanya pada Alex. Semua kembali seperti biasa, normal dan membosankan. Rendi yang baru tahu kejadian itu tampak terkejut, bahkan Reza pun yang notabene sepupunya sendiri tidak mengetahui keberangkatan Hexa ke luar negeri.
Alex kembali menjadi Alex yang dingin, bahkan tak pernah lagi berkumpul dengan sahabatnya. Ia hanya berangkat sekolah, belajar dan pulang. Semua sahabatnya tampak khawatir dengan kondisi Alex yang terlalu serius dengan latihan soal Ujian Nasional.
Sraatttt!
Alex menyobek kertas yang ke 4, mereka hanya melihat dan tidak ada yang berani mengganggunya.
Rendi yang merasa gereget memberanikan diri untuk bicara.
"Nih tipe x, gak perlu nyobek kertas, sayang kertasnya. Kan kalau dipake buat bungkus gorengan bisa lebih berguna."
Yari mentoyor kepala Rendi karena ucapannya yang tak tahu kondisi dan situasi.
"Manusia yang tak diinginkan ya gini, kalau bicara gak guna. Pinter dikit, dugong!"
"Sakit cok. Mau juga lo di toyor kayak gue hah?"
"Lo pada berisik!"
Ucap Alex pelan, tapi masih terdengar oleh 4 temannya.
"Lex dah lah, nongki yuk pulang sekolah. Gua bayar deh." Ucap Yari.
"Gak ada waktu lagi, gue harus lulus ke univ ini." Katanya dengan nada datar.
"Gak perlu maksain otak lu deh lex! Nanti pulang sekolah, kita nongrong di wartegnya mak Edah. Gua gak mau sahabat gua jadi lemah gara-gara cewek!" Tegas Yari.
"Lo gak ngerasain Yar gimana di posisi gue!" Kata Alex sedikit meninggi
Yari terpaku, baru kali ini melihat Alex tidak bisa mengontrol emosinya.
"Sorry." Gumam Alex
"PENGUMUMAAAAANNN!!!" Teriak ketua kelas.
"Tanggal 9 kelas 12 udah mulai UN. Di mading informasi lengkapnya."
"Buset dah, seminggu lagi anjir!" Teriak Rendi frustrasi
***
The jhons Hopkins Hospital
Baltimore, Maryland, Amerika Serikat
02.00 AMDini hari di kota Maryland tetap tak membuat mata gadis itu tertutup. Matanya menerawang ke langit-langit. Bayangannya kembali tertuju pada sosok Alex, kerinduan yang begitu dalam membuatnya tak bisa masuk ke alam mimpi.
Semenjak keberangkatan ke USA, Hexa tak pernah mengidupkan ponselnya.
"Kak Alex apa kabar ya?"
Hexa memaksakan matanya untuk terpejam. Hingga suara pena mencoret-coret kertas mulai menelusuk ke indera pendengarannya.
"Good morning miss, how are you today?"
Hexa mengerjap beberapa kali. Melihat dengan jelas, siapa gerangan yang menanyakan kabarnya pagi buta seperti ini.
Ah, ternyata doktor yang kemarin sore datang dan sekarang menanyakan kabarnya.
Hexa mengangguk dengan senyumnya. Entah kenapa, hari ini tubuhnya terasa lemas bergerak, seluruh tubuhnya terasa sedikit kaku. Mungkin efek ia kemarin tidur terlalu subuh.
"Soon the nurse will bring you breakfast."
Hexa hanya mengangguk. Mungkin maksud dokter akan ada yang membawakannya sarapan. Maklum, yang ulangan inggrisnya dapat nilai 50 hanya bisa menerjemahkan kata yang sering diucapkan teman kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Kak Alex!
Teen Fiction15+ ONGOING Hexa Aprilia, cewek cantik yang sangat ceria. Dengan tingkahnya yang konyol, membuat cowok bernama Alex yang dingin, jarang senyum dan cuek menjadi hangat dan perhatian. "Lo mau jadi pacar gue?" Potong Alex, sontak membuat Hexa terpaku...