18% Asma Kambuh

89 8 0
                                    

Hexa menubruk siapa saja yang menghalanginya. Wajahnya masih tertunduk,

"Hei!" Protes seseorang. Hexa tak mempedulikan berbagai macam sumpah serapah yang keluar dari mulut mereka, ia terus berjalan ke kelas. Ia ingin segera menidurkan kepalanya yang sedikit berdenyut di atas tas yang empuk.

***

"Lex." panggil seseorang. Alex melirik ke belakang, ada seorang siswi yang baru saja keluar dari toilet putri. "Lo tadi nganter adik kelas ke toilet kan. Nih bajunya ketinggalan, gue ke kelas dulu." ucapnya seraya pergi dari hadapan Alex.

Alex menatap seragam Hexa yang kekecilan. Ia berniat akan mengembalikannya, tapi saat berjalan beberapa langkah, bel tanda masuk sudah menggema ke seluruh penjuru sekolah. Alex menghela napas pelan, pulang sekolah ia akan mengembalikannya.

Di kelas, Alex melipatkan tangan ke belakang kepalanya. Lalu ia menatap langit-langit kelas yang tampak putih bersih.

"Aku tuh suka sama kak Alex, tapi kak Alexnya cuek sama Hexa. Kata kak Iriana kalau Hexa jadi bad girl dan nurutin apa kata dia, kak Alex bakal suka sama Hexa."

Kejadian tadi terlintas kembali dipikiran Alex. Sudah 30 gadis yang ditolaknya, dan Hexa menjadi gadis ke 31 yang ditolaknya. Alex menghela napas pelan, sesekali ia menyisirkan rambutnya kebelakang menggunakan jari.

***

Semua murid SMA JAYA yang memiliki jadwal olahraga, telah berkumpul di lapang.

PRIT!!!

Suara peluit itu mampu membuat siapa pun yang berada didekat Pak Dendi menutup telinganya rapat-rapat.

Alex segera mengganti seragamnya dengan baju olahraga di toilet putra. Setelah itu ia langsung bergabung dengan kelasnya.

"Baik anak-anak, seperti biasa. Pak Samsul belum pulang umroh jadi saya yang ambil alih olahraga kelas 12. Sekarang yang sedang ada jadwal adalah 10 IPA 1. Kita akan olahraga bersama." ucap Pak Dendi.

PRIT!!!

Lagi-lagi peluit itu berbunyi nyaring untuk memanggil murid yang belum kumpul.

"Olahraga hari ini apa pak?" Tanya Reza.

"Lari, kita akan berlari mengelilingi sekolah ini,"

"Yah kok lari di siang bolong gini pak? Gimana kalau aku pingsan?" Rengek Rendi

"Bacot lo!" Bentak Reza.

Hexa yang baris paling belakang, tak terlalu mendengar ucapan pak Dendi. Ia hanya melihat ke sembarang arah, panas terik membuat kepalanya terasa pening.

"Putra 2 keliling dan putri 1 keliling."

"Kok gak adil pak!" Protes Rendi

"Berisik amat lo kalajengking!" Geram Yari dengan Rendi yang terus saja berkomentar di bawah panas matahari.

"Siape lo?" Tanya Rendi dengan nada sinis yang dibuat-buat

"Eh sudah-sudah." Lerai Pak Dendi.

PRIT!!!

saat peluit itu berbunyi, semua mulai berlari.

Sekolah ini merupakan sekolah megah, mereka menyukai pak Dendi sang guru muda idaman. Namun, mereka juga tak suka jika Pak Dendi sudah memberi tugasnya. Berat coyy.

"Xa," panggil Tiara.

"Eh apa? Kok semuanya pada lari? Ada apa Tiara?"

"Sekarang kita lari keliling sekolah,"

"Tap..."

"Hei yang di sana, cepat lari, teman-temanmu sudah jauh di depan,"

Hexa menggigit bibir bawahnya. Ia mulai lari sambil menggenggam erat tangan Tiara. "Kamu jangan jauh-jauh dari aku ya." pinta Hexa.

Mereka mulai berlari, menikmati panasnya terik matahari di siang bolong. Tak peduli peluh yang terus mengucur membasahi pelipis, mereka tetap berlari. Sebagian melakukan ini karena ingin duluan selesai, dan beristirahat sepuasnya sambil melihat yang lain masih berlari.

Ini baru setengah jalan, Hexa semakin mencengkeram kuat tangan Tiara.

Tiara memelankan Larinya setelah melihat Hexa yang berwajah pucat. "Kamu gak apa-apa? Mau jalan aja?" Tanya Tiara, Hexa menggeleng. Ia kembali berlari, tangan yang satunya memegang dadanya yang kian terasa sesak. Mulut Hexa terbuka untuk mengambil oksigen lebih banyak. Kelopak matanya mulai perih, sebentar lagi ia akan menangis.

Bruk...

Hexa terjatuh, ia memegang dadanya yang sesak "khhh...khhhh...khhh" Hexa berusaha bernapas, namun sulit sekali. Aliran pernapasannya seperti dihalangi oleh sesuatu, "sakit." lirih Hexa. Dirinya mulai menangis, "mama." napas Hexa semakin tak beraturan, penyakit asma yang dideritanya kambuh. Hexa semakin mencengkeram tangan Tiara kuat.

"Xa aku panggil dulu kak Alex, kamu tunggu ya." Tiara melepas paksa cengkeraman Hexa, ia mulai berlari untuk meminta bantuan. Hexa tak kuat lagi, ia menangis sejadi-jadinya. Tak lama kemudian Tiara kembali dengan Alex yang terlihat sedikit panik.

"Ini kak,"

Tanpa aba-aba, Alex langsung menggendong Hexa dan berlari kembali untuk ke UKS.

***

Alex mengatur napasnya, sekarang ia berada di posisi pertama, lalu di posisi kedua adalah Reza. Persaingan ketat di antara mereka. Sebentar lagi akan ada meja istirahat, di mana mereka bisa istirahat dan minum air yang telah disediakan di atas meja. Namun, belum sempat meneguk air. Tiba-tiba Tiara menyusulnya. Alex sempat menghiraukannya. Tapi ini sangat darurat. Gadis itu mengatakan bahwa Hexa terjatuh dan napasnya tak beraturan, ia beberapa kali mengucapkan kata sakit. Alex langsung menyimpan air botol itu, dan ia kembali berlari namun berlawanan arah. Reza yang sempat bingung melihat Alex berlari berlawanan arah.

"LEX, LO MAU KE MANA?" Teriak Reza, namun tak digubrisnya.

Benar saja, Alex mendapati gadis cerewet itu terduduk di atas rumput kering, tangisnya terdengar sangat keras. Tiara dan Hexa berlari paling akhir, hingga tak ada siapa pun yang berlari. Hexa menangis sejadi-jadinya. Napasnya masih tercekat. Ia menatap Alex memohon untuk menyelamatkannya. Hexa sudah tidak kuat lagi. Ini kali kedua asmanya kambuh. Tanpa Hexa sadari ia meremas baju belakang Alex kuat. Hingga Alex pun merasa tercekik akibat bajunya tertarik ke belakang.

"Mama," lirih Hexa. Alex semakin mempercepat larinya, di buntuti Tiara dari belakang.

"Kembali lari, biar Hexa sama gue,"

"Gak,"

"Jangan membantah," ucap Alex mutlak. Tiara terdiam dan langsung mengangguk. Kemudian berlari mengejar ketertinggalannya.

"Mama," berkali-kali ia menyebut mamanya. Pelipisnya di penuhi keringat.

"Loh, ini kenapa Lex?" Tanya Pak Dendi yang terlihat panik saat Alex melintas dihadapannya sambil menggendong Hexa

"Hexa kena asma Pak,"

Lantas pak Dendi langsung berlari mengejar Alex. Saat mereka telah sampai di pintu UKS. Sial. Umpat Alex dalam hati. UKS tidak ada penghuninya.

"Bapak bisa jaga Hexa? Saya mau manggil anggota PMR,"

"Iya.. iya. Hexa biar saya yang jaga,"

Hai, Kak Alex!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang