19% UKS

209 7 1
                                    

Alex berlari ke kelas 12 IPA 2. Disana ada Kirana, anggota PMR. Alex mengetuk pintu kelas yang tertutup, sepertinya sedang ada pelajaran. Saat ketukan ketiga, pintu itu terbuka dan yang membukakan adalah Bu Susi

"Ada apa Lex?"

"Boleh Kirana izin sebentar bu? Ada siswi yang sakit,"

Bu Susi lagsung mengangguk, karena ulangan harian kelas ini sudah selesai. Tak lama setelah bu Susi masuk kembali ke dalam, Kirana keluar. Mereka buru-buru untuk sampai ke UKS.

Kirana mulai memberikan alat untuk meredakan asma. Tapi, Hexa semakin menangis, ini sangat menyakitkan. Perlahan-lahan isak tangisnya menghilang, asmanya sudah mulai mereda. Hexa menutup matanya.

"Dia pingsan?" Tanya Pak Dendi

"Tidak pak. Hanya tertidur,"

Alex menyusut keringat yang ada di dahinya. "Saya lanjut lari pak," ucap Alex seraya pergi keluar UKS.

"Kamu punya nomor ponsel ibunya?"

Kirana menggeleng. "Mungkin sepupunya punya pak,"

"Siapa sepupunya?"

"Reza,"

"Oh baik. Sebentar," pak Dendi berjalan keluar UKS. Tampak sudah ada beberapa murid yang telah selesai. "Reza mana?"

"Saya pak" ucapnya seraya mengacungkan tangan

"Kemari,"

Reza menghampiri pak Dendi "kamu punya nomor hpnya mama Hexa. Kasih tau mamanya kalau penyakit asma Hexa kambuh,"

"Apa!? Asma Hexa kambuh pak?" Panik Reza.

"Iya."

Reza buru-buru menelepon tante Ratna.

Semuanya sudah berkumpul, kecuali Alex. Ia harus berputar satu keliling sendiri, semua siswi terpana dengan ketampanan Alex. Tak peduli Alex tertinggal jauh, mereka tetap mengaguminya. Alex mengatur napasnya, tinggal satu putaran lagi Lex. Batinnya menyemangati.

"ALEX SEMANGAT!" Teriak teman sekelasnya.

Dari gerbang sekolah terlihat wanita yang tergesa dengan menuju ke lapangan, tepatnya ke arah pak Dendi dengan raut wajah cemas dan pucat

"Pak kenapa anak saya bisa sakit gini sih? Pasti bapak yang maksa ya? Murid sakit kok malah dibiarin lari sambil panas-panasan," cerocor Ratna

"Bu, anak ibu tidak mengatakan kalau dia mengidap asma,"

"Alah alasan saja. Kasihan anak saya sakit pak,"

"Maaf bu, saya berkata yang sebenarnya. Lihat, mereka saja yang mengidap penyakit berat, saya istirahatkan," ucapnya seraya menunjuk ke arah murid yang duduk di sisi lapang

"Lalu kenapa anak saya di suruh lari? Pasti bapak gak dengerin anak saya ngeluh ya? Mana kepala sekolahnya? Gak bisa dibiarin ini, cepat antar saya ke tempat Hexa."  Kata Ratna, disertai anggukan pak Dendi

Saat mendapat telepon dari Reza, Ratna dengan cepat langsung menuju ke sekolahnya. Ia terkejut dengan kabar buruk yang didapatnya dari Reza. Pak Dendi berkali-kali menghela napas pelan, ia harus cukup sabar menghadapi mama Hexa yang super cerewet ini. Maklum, ibu-ibu muda emang begini.

"Huh untung saja Reza ngabarin," gumam Ratna disela berjalannya.

"Pak Dendi yang nyuruh dan ngasih tahu aku tan," ucap Reza yang mengikuti.

"Tuh kan, saya gak punya niat jahat sama anak ibu?"

Ratna terdiam dan mendengus kesal "tetap saja bapak salah," tuduhnya lagi. Untung pak Dendi kebal terhadap celotehan ibu-ibu. Ya meski baru kali ini ia mendapati ibu-ibu galak terhadapnya. Biasanya juga suka rayu-rayu gak jelas.

"Maaf bu.." ucap pak Dendi menggantung

"Ratna," ketusnya

"Maaf bu Ratna,"

Reza hanya geleng-geleng kepala, sesekali ia menepuk jidatnya dengan kelakuan Mama Hexa.

"Si kunyuk Rendi mana lagi ya?" Gumam Reza

***

"Kak Rendi," panggil seorang siswi yang di perkirakan kelas 11

"Ya kenapa?"

Siswi itu memberikan sebuah kotak kado dengan bungkus berwarna merah maroon, Rendi membelalak tak percaya. Akhirnya setelah berabad-abad lamanya, ada juga cewek yang naksir dirinya. Tangis haru seakan tak bisa mengungkapkan kebahagiaan ini. Gue beneran udah ganteng. Batin Rendi bangga

"Ini untukku? Wah gak perlu repot-repot, kamu cantik dek," ucap Rendi antusias. Namun, gadis itu malah menggeleng. Membuat Rendi menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. "Itu untuk kak Alex, aku gak berani kasiin langsung, takut di tolak,"

Seketika itu hatinya bergemuruh, petir menggelegar, suara bom meledak dahsyat. Rendi tersenyum tulus dan setelah itu wajahnya menjadi tak bersahabat. "Adek jelek, kasih aja sendiri sono, gue bukan kurir yang selalu antar barang," ucapnya sambil menyerahkan kotak itu kembali ke gadis yang melongo melihat tanggapan Rendi. "Dasar kakak kelas kurang belaian, huh!"

Rendi menggerutu kesal, ia mengedarkan pandangan ke lapangan, Alex sudah tidak ada, Reza juga ghaib, ia melihat Pak Dendi juga menghilang. Pada ke UKS kali yak, gue ke sana dah. Batinnya.

Rendi masuk ke UKS yang terdapat Alex, Reza, mama Hexa dan pak Dendi sedang menemani Hexa.

Reza menyusut keningnya yang dipenuhi keringat. Mereka bertiga belum mengganti bajunya, pak Dendi pamit izin untuk mengajar kelas selanjutnya. Sedangkan mama Hexa masih setia menemani Hexa yang sudah tersadar dari pingsannya.

"Tan, saya pamit mau ganti baju dulu." Kata Reza,  Ratna mengangguk dan membiarkan mereka meninggalkan UKS.

***

"Kamu gakpapa kan Xa? Untung saja asmamu tidak tambah parah. Guru kamu gak berperi kemanusiaan banget, ngebiarin anak yang punya penyakit berat lari di siang bolong gini," cerocos Ratna sambil menyetir mobil untuk pulang ke rumah

"Sudahlah ma, ini juga salah Hexa yang gak bilang dulu, Hexa juga sekarang udah baik-baik aja. Gak perlu sehawatir itu,"

"Gak hawatir gimana? Kamu anak satu-satunya mama. Nanti kalau sudah di rumah, jangan lupa langsung minum obat yang udah dibeli, terus langsung tidur. Jangan main hp mulu," cerocos Ratna. Hexa melihat mamanya bingung.

Hexa tidak bisa melanjutkan pelajaran terakhirnya, mama Hexa meminta izin pada piket dan guru mengajarnya untuk pulang lebih awal. Kini mereka sampai di rumah. Dengan langkah gontai, Hexa masuk. Mengistirahatkan kepalanya yang masih berdenyut.
_________________

Susah payah nih ane bikim ceritan wakakakkak, kalau gak ada feelnya jangan sewot ea😂 Tunggu saja part selanjutnya yaaa🖒

Go 100%

Thanks

Honey

Hai, Kak Alex!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang