7% Sakit

86 7 4
                                    

"Eh omong-omong, si Alex kemana ya? Sepuluh menit lagi masuk. Biasanya dia paling awal dateng." Bingung Rendi

"Macet kali." Sahut Reza

Tok... Tok... Tok...

Semua terdiam. Dak... dik... duk...

"Busyett, padahal belum kedengeran bel masuk Za. Tapi guru udah ada yang masuk," bisik Yari.

Saat pintu itu terbuka...

"Ada sekretaris?" Tanya seorang siswi di luar pintu

"Yeeee. Gue kira bu Susi, ternyata eh ternyata yang dateng adeknya si Alex," ucap Rendi yang bisa bernafas lega. Tapi mereka bingung juga, tumben Tiara datang ke kelas Alex.

"Iya saya," ucap sang sekretaris sambil menghampiri Tiara.

"Ini," katanya seraya meberikan amplop berwarna putih bersih pada sekretaris.

"Oke,"

"Woy Sinta, ngapain adeknya si Alex ke sini?" Tanya Rendi penasaran.

"Dia kasih surat nih. Bentar" Sinta mulai membuka isi surat itu.

"Alex, sakit," ucapnya dan langsung pergi ke bangkunya.

"Tuhkan Za bener apa kata gue, si Alex itu sakit, jadi kagak sekolah," tebak rendi

"Kapan lo ngomong gitu?" Tanya Reza.

"Barusan,"

"Nyet."

***

Hexa memerhatikan guru yang mengajar di depan. Inilah kebiasaannya, jika sudah fokus pasti akan terus fokus. Meski tak satu pun materinya masuk ke kepala :(

"Bagaimana? Paham?" Tanya sang guru.

"Tiara, kamu ngerti gak?" Bisik Hexa.

Tiara mengangguk dan Hexa meringis bertanya kenapa dirinya susah ngerti soal pelajaran.

Kemudian bel istirahat berbunyi. Guru yang mengajar menyudahi kegiatannya.

Hexa merogoh sesuatu dari tasnya. Ia sedikit gugup untuk memberikan kotak bekal pada Alex. Apa dia akan menyukainya atau tidak. Hexa mengulum senyum selama berjalan di koridor menuju kelas Alex. Hingga ia berhenti di depan pintu kelas 12 IPA 1. Ia bertemu teman Alex yang baru keluar dari kelas.

"Permisi kak. Kak Alexnya ada?" Tanya Hexa pada siswi di teras sekolah.

"Gak tau. Cari aja ke dalem," ujarnya ketus.

Hexa berusaha tersenyum, meski ingin sekali ia menjitak kepala kakak kelas itu.

Di ambang pintu, Hexa mengedarkan pandangannya ke arah bangku yang di tempati Alex. Ia melihat di sana ada Rendi, Reza, Doni dan Yari Namun tak ada sosok Alex di sana.

"Kak Rendi, ke mana kak Alexnya?" Tanya Hexa menghampiri mereka.

"Dia kagak sekolah,"

"Loh kenapa?"

"Sakit,"

"Kenapa bisa sakit kak?"

"Lah bocah, banyak nanya. Lo kagak tau kejadian kemaren?!" Kesal Rendi.

"Memangnya kemarin kak Alex kenapa?" Tanya Hexa mulai tidak tenang.

"Mungkin Alex kecapean, jadi dia sakit Xa," ucap Reza tenang.

"Oh gitu ya," raut wajah Hexa jelas memancarkan kecemasan. Hexa terlihat berpikir. "Kak Reza, nanti pulang sekolah, aku nebeng lagi ya? Bolehkan? Boleh dong, jangan pelit. Entar kuburannya sempit,"

"Gak gratis Xa, gimana dong?" Goda Reza

"Yaudah. Entar aku ongkosin 2 rebu,"

"Kok 2 ribu?"

"Aku kan masih pelajar. Gak baek kalau bayar ongkos mahal-mahal."

"Hahaha terserah," pasrah Reza

"Pusing dah." Gumam Rendi pelan.

***

Drrrtt..Drrrtt... ponsel Hexa begetar, ia langsung melihat siapa yang mengiriminya pesan.

Kak Reza : gue nunggu di depan, Xa.

Hexa : Oke.

Hexa buru-buru memasukan semua alat tulis ke dalam tas miliknya. Setelah pulang sekolah, Hexa berniat akan mampir ke minimarket untuk membeli buah-buahan.

Hexa melihat di gerbang, Reza sudah menunggunya. Hexa langsung menghampirinya dan naik.

"Ke mana dulu Xa?"

"Ke minimarket ya kak, aku mau beli buah-buahan buat kak Alex."

"Lo beneran suka si Alex, Xa?" Tanya Reza penasaran.

"Iya!!" Tegas Hexa.

"Lo gak tahu kalau si Alex banyak yang suka?"

"Tahu lah. Mana mungkin cowok se ganteng kak Alex gak ada yang suka,"

"Lah trus kenapa pede banget ngejar Alex? Padahal yang suka Alex lebih tinggi dar..."

Ucapan Reza terpotong "Aduh kak Reza dengerin aku ya. Iya emang, yang suka kak Alex itu gak pendek kaya aku, lebih cantik dari aku, pinter. Tapi kalau kak Alex maunya sama Hexa, gimana dong?"

"Dih hidup pede amat," Reza terkekeh. Tak terasa, mereka telah sampai di minimarket Indoapril

"Kak Reza ikut gak?"

"Gak ah, nganter cewek belanja bakalan ribet,"

"Ih itukan kalau belanja baju, ini beda lagi,"

"Sudah sana sendiri aja," usir Reza. Heza menghentakkan kakinya kesal. Namun, tak lama dari itu wajahnya kembali berseri. Mengingat ia akan berkunjung ke rumahnya Alex.

Hai, Kak Alex!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang