32% Tetangga Baru

44 4 4
                                    

Hexa mengedarkan pandangannya ke seisi kelas. Ia masuk tanpa permisi ketika melihat Alex sedang duduk dengan Rendi teman sebangku. Hexa meremas rok, menahan gugup saat mendekat ke bangku Alex.

"Kak Alex." Panggil Hexa pelan. Membuat cowok yang sedang terpejam dan cowok yang sedang bermain mobail lejen menoleh.

"Tumben baru ke sini?" Tanya Rendi yang kembali asik bermain gadget warna hitam ditangannya. Alex tak menyahut, ia hanya mengeluarkan buku dari kolong bangkunya, kemudian membaca.

"Kak Alex marah ya sama Hexa?" Tanya Hexa sedih.

Alex diam.

"Emang kalian ribut kenape hah? Baru juga pacaran segede biji toge udah ribut aja!" Kata Rendi menengahi.

"Kak Alex jawab dong. Maaf, kalau Hexa salah. Jangan dengerin kata Adelio, dia cuman temen kelas kok." Kata Hexa meyakinkan.

"Xa gue yang ngomong ya. Si Alex bukan marah sama lo, tapi cemburu. CEM-BU-RU,"

"Payah amat lo jadi cowok, gitu aja cemburu." Lanjut Rendi sambil melirik tajam ke arah Alex.

"Sorry, gue gak maksud buat lo khawatir. Gue cuman mau ke kelas, masih ada tugas yang belum gue beresin." Alibi Alex.

"Hah? Tugas? Lo dari tadi cuma merem, berdiri, liat pintu. Itu lo kata beresin tugas? Lo sekarang kok jadi tolol sih." Kata-kata Rendi yang pedas, membuat Alex sedikit kesal.

Bruak!

"Anjas, sakit bego. Kagak kira-kira ya lo!" Rendi buru-buru berdiri setelah Alex menendang kursinya hingga terjatuh ke lantai.

"Kak Alex :( Hexa janji enggak bakal deket lagi sama Adelio. Janji."

"Ya, sekarang lo ke kelas, bentar lagi masuk. Jangan peduliin si Rendi. Dia gakpapa."

"Kak Alex maafin Hexa?" Tanya Hexa dengan mata berbinar. Alex mengangguk sambil tersenyum kaku.

Hexa lompat-lompat girang sebelum pergi meninggalkan kelas Alex.

Degh.. di koridor dekat kelas 11, tiba-tiba jantungnya berdebar cepat, oksigen yang dihirupnya serasa menipis, matanya berair dan saluran penapasannya seperti dicekat. Hexa tak kuat untuk jalan, ia berjongkok dan mengeluarkan kantung kresek obatnya. Dengan cepat Hexa memakan semua obat tanpa air mineral dan juga alat bantu pernapasan asma. Sekian detik, napasnya perlahan kembali normal. Isak tangis terdengar lirih di koridor yang sepi. Entah sampai kapan Hexa harus merasakan hal seperti ini? Ia kembali melanjutkan langkah menuju kelasnya.

***

"Kemana aja si lo? Udah mau masuk nih." Sahut Adelio di ambang pintu.

Hexa melengos begitu saja, tak mempedulikan pertanyaan sosok Adelio yang dari tadi menunggunya.

"Xa! Lo budek?" Tanya Adelio yang berjalan mengikuti Hexa.

Hexa tetap tak menoleh ke belakang, ia melambaikan tangan ke arah Tiara, dan di balas senyuman. Adelio diam di sisi bangku Hexa, ia menatap Hexa dari ujung rambut sampai kaki, ada apa sama si cebong ini? Adelio hendak melontarkan pertanyaan kembali, namun urung setelah masuk guru Bahasa.

***

Woshhh

Hembusan angin membuat kulit gadis dengan dress hitam motif bunga-bunga meremang. Tangannya memegang sebuah koper putih miliknya. Seulas senyum ia pancarkan ketika melihat mansion besar di depan. Aku rindu. Batinnya. Gadis itu tak mungkin masuk ke dalam, setidaknya hanya hari ini. Karena besok, mungkin ia akan bersenang-senang dengan seseorang didalamnya. Gadis itu kembali memasuki mobil sedan dan melaju ke sebuah perumahan elit yang baru saja ia beli.

"Rachel, kamu gak lupa bawa dokumen pindahanmu ke SMA yang kamu mau itu?" Tanya sang mama.

Rachel menggeleng mantap "semua beres mi.
"Kata Rachel sambil mengacungkan jempolnya.

Intan sang mami Rachel hanya tersenyum. "Kenapa kamu tiba-tiba mau pindah sekolah? Padahal kan di sekolah dulu bagus banget prestasinya." Kata sang mami.

"Mami. Udah Rachel bilang berkali-kali. Rachel mau pindah sekolah karena mau bareng sama kak Alex."

"Ya ampu Rachel. Kamu bisa kan liburan ke sini kalau cuman mau ketemu Alex."

"No, mami. Rachel cuman mau barengan sama kak Alex tiap hari. Kalau cuman libur sekolah doangmah sebentar."

"Iya sayang kamu menang." Kata Intan mengalah. Rachel tersenyum senang.

Senyum manis yang merekah indah kala menatap foto di ponselnya. Foto dirinya dengan Alex. Lihat! Betapa sangat tampan laki-laki itu. Rachel bahkan tak bisa tidur nyenyak tanpa menyimpan foto tersebut di atas bantal putihnya. Tangannya bergerak memperbesar wajah Alex. Detail wajah yang sempurna menurutnya, tampan secara alamiah. Beruntung sekali Rachel memiliki sepupu seperti Alex.

"Kak Alex, mau kan nikah sama Acel?" Tanya anak polos dengan 2 ikat rambut di kedua sisi kepalanya.

"Lo nikah sama pohon. Gue gak mau!" Kata Alex melepaskan genggaman tangan Rachel yang baru saja bergelayut.

"Kak Alex. Acel gak bakal nyusahin kok, nanti Acel bakal bangun pagi, buat sarapan buat kak Alex." Kara Rachel mengikuti Alex yang pergi meninggalkannya.

"Lo jangan ikutin. Lo itu masih kecil, gue udah masuk SD, lo aja belum TK. Sono, belajar yang bener. Biar bisa masuk SD kaya gue." Sombong anak laki-laki yang mengenakan kaos gambar superman.

Rachel memanyunkan bibirnya. Ia melihat Viona, mama Alex sedang mengobrol dengan maminya. Lantas, Rachel berlari sambil membawa boneka ke arah Viona.

"Aunty.. Acel bisa gak jadi istrinya kak Alex nanti?" Tanya Rachel polos. Viona dan Intan tertawa mendengar pertanyaan Rachel. Mereka pikir itu hanya keinginan anak yang berusia 5 tahun. Tapi, tidak dengan Rachel. Sampai berusia 16 tahun pun rasa ingin menikahi Alex semakin tumbuh di palung hatinya.

"Xa, Hexa... lo kenapa sih? Gue ada salah sama lo? Jangan diemin gue dong."

"Lio! Diem deh. Pulang sana. Hexa mau istirahat!"

Rachel memerhatikan malas ke arah dua orang yang sedang bertengkar. Gak ada tempat lagi gitu buat ribut urusan pacaran, huh? Berisik banget punya tetangga. Batin Rachel kesal.

Tuk!

Rachel menendang batu kecil hingga mengenai paha gadis bernama Hexa. Lantas mereka menatap Rachel dengan tatapan bingung.

"Ngapain timpuk aku pake batu?" Tanya Hexa bingung.

"Kalian berisik tau! Bisa diem ga? Jangan kampungan deh ya!"

"Kamu siapa?! Terserah aku dong!" Balas Hexa dengan wajah menengadah.

"Apa? Kamu mau lawan aku?" Tanya Rachel menantang.

"Kok jadi gini anjir?" Gumam Adelio yang kalap.

"Dah Xa, lo masuk sono ke rumah. Jangan gelud sore-sore ah." Kata Adelio, berusaha melerai.

Hexa menghetakkan kaki kesal sebelum masuk. Adelio hanya menggaruk belakang kepalanya.

"Sampai jumpa besok woy!" Teriak Adelio sebelum pergi dengan motornya.

Tch! Jauh-jauh sono. Najis banget bisa deketan rumah gini sama orang ngeselin kayak dia. Songong lagi. Belum tahu kalau kalau udah ngamuk gimana ye. Batin Hexa

Voilaa~

Semoga suka💕

Hai, Kak Alex!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang