Ternyata Arelfan mengajak Marsha ke sebuah danau yang memiliki taman yang cukup indah.
Danau tersebut tidak memiliki banyak pengunjung, hanya beberapa saja. Mengingat ini lumayan jauh dari pusat kota.
"Kak Arel ini tempat apa?" Tanya Marsha sambil celingak-celinguk melihat tempat asing baginya.
Arelfan menarik tangan Marsha untuk ikut dengannya.
"Woooaaaahhhh" sorak Marsha dengan mata berbinar kagum. "Ini indah banget kak".
"Lo suka?" Tanya Arelfan sambil tersenyum ke arah Marsha.
"Suka banget kak yaampun" Marsha berlari mendekati danau yang penuh dengan bunga teratai.
Ia mengedarkan pandangannya melihat sekelilingnya yang penuh dengan lahan hijau yang asri dan juga bunga-bunga segar terhampar indah disini.
Arelfan pun tersenyum ternyata ia tidak sia-sia mengajak Marsha ke sini.
Arelfan pun mengajak Marsha untuk duduk disalah satu bangku taman yang menghadap langsung ke danau.
Marsha menghirup udara yang ada dengan mata terpejam. Ia sangat menikmati udara segar yang berada disini. "Hmmm segarnya" matanya masih terpejam menikmati udara yang ia hirup.
Gerak-geriknya tak luput dari pandangan Arelfan yang terus menatapnya dari samping.
"Lo cantik ca" suara Arelfan terdengar lirih, sebisa mungkin suaranya itu ia pelankan agar Marsha tidak mendengar nya. Namun tetap saja Marsha mendengar nya.
Marsha membuka matanya dan menoleh kearah Arelfan. "Makasih" ucap Marsha sambil tersenyum manis.
"Kakak ngapain sih liatin caca terus?" Marsha jengah dengan Arelfan yang sedari tadi terus menatapnya.
"Emang gak boleh?" Tanyanya.
"Ya-ya ..... Caca kan malu" Marsha menoleh kearah lain, pipinya memerah tiba-tiba.
"Ngapain mesti malu sih" Arelfan menarik dagu Marsha agar menatapnya.
Mereka pun saling menatap kini.
Arelfan memajukan wajahnya. "Blushing". Batin Arelfan. sedangkan Marsha hanya diam tidak tahu apa yang akan Arelfan lakukan selanjutnya.
Perlahan Marsha menutup matanya, ia menggigit bibirnya seolah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Tiba-tiba ia merasakan tiupan diwajahnya, lalu ia membuka matanya dan melihat Arelfan yang tertawa.
"Issh nyebelin" Marsha mengerucutkan bibirnya kesal.
"Dipipi lo ada semut tadi" Arelfan masih tertawa. Padahal ia sangat ingin mencium pipi Marsha yang merona merah itu. Tapi ia tahan, ia tak ingin kelepasan ditempat yang sewaktu-waktu bisa saja orang datang.
"Kenapa? Lo pasti mikir yang aneh-aneh ya, hmm?" Goda Arelfan sambil mengangkat salah satu alisnya.
"Isshh kak Areeelll" teriak Marsha geram seraya mencubit pinggang Arelfan.
Arelfan meringis sambil terus tertawa."hahahaha ampun ca ampuuunn".
"Nih nih rasain iiiiihh" Marsha terus mencubit Arelfan dengan rasa geramnya.
"Udah caa geli" bukannya merasa kesakitan, justru cubitan Marsha membuatnya malah merasa geli.
"Kok geli sih, kan Caca cubit bukan Caca gelitikin" Ralat Marsha dan menghentikan aksinya.
"Tapi cubitan lo geli Ca" Arelfan masih memegangi perutnya karena tertawa terus.
"Iiissh tau ah" Marsha menghentakkan kakinya lalu pergi meninggalkan Arelfan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Young Girl
Romance"Om ada kecoa" Marsha menggertak Arelfan seakan Arelfan akan takut. "Terus?" Shit, om om ini tidak takut sama sekali dengan kecoa. Batinnya. "Caca teriak nih" ancam Marsha bersiap untuk berteriak. "Kakaa--" teriakannya terhenti saat sebuah benda ken...