43. MEMBUJUK

24.2K 1.3K 15
                                    

Arelfan sudah terbangun, kini ia sedang dipaksa untuk makan lalu minum obat oleh Ana dan Satrio.

Jika sudah seperti ini kedua orangtuanya tidak bisa tinggal diam. Putra semata wayangnya harus kembali sehat lagi.

"Makan dulu dong nak, nanti minum obatnya" sedaritadi Ana sudah membujuk Arelfan agar mau makan dan meminum obatnya. Tapi selalu penolakan yang didapatnya.

Sebenarnya Ana dan Satrio tahu bahwa Arelfan sedang sangat merindukan Marsha. Tapi mau bagaimana lagi, setahunya Marsha sudah bukan siapa-siapa Arelfan lagi.

"Refan ayo nak makan dan minum obat supaya kamu cepet sembuh" kini Satrio yang membujuknya agar mau makan dan minum obat.

"Refan gak laper bu, yah" tolak Arelfan yang sedang menyandarkan kepalanya di kepala ranjang sambil sesekali memijat kepalanya yang terasa berdenyut.

Ana dan Satrio menghela nafasnya. Putranya ini sangat susah sekali jika sudah seperti ini. Susah dibujuk. Dan seperti anak kecil. Sangat dibutuhkan kesabaran extra tentunya untuk menghadapinya.

"Yaudah ibu sama ayah keluar dulu ya. Kamu istirahat. Lebih baik jika obatnya diminum supaya kamu cepet sembuh" Ana pun beranjak dan mencium kepala Arelfan sebelum benar-benar keluar. Sementara Satrio hanya mengusap kepala putranya.

Kini tinggalah Arelfan sendiri. Arah pikirannya tentu saja tertuju pada Marsha. Ia gagal lagi untuk bertemu dengan Marsha, padahal ia sudah amat sangat merindukannya.

Ia pun tidak bisa menyelesaikan masalahnya jika tidak bertemu gadisnya. Pikiran Marsha akan berpaling darinya semakin membuatnya frustasi. Ia tidak ingin gadisnya bersama pria lain selain dirinya. Sungguh ia tidak rela.

Sementara itu diluar Ana dan Satrio tampak sedang berbincang. "Yah, apa kita telpon Caca aja biar refan mau makan dan minum obatnya?" Tanya Ana yang masih saja diselimuti rasa cemasnya.

Satrio nampak berpikir. "Ayah pikir jangan dulu bu. Lagipula refan hanya kecapekan, sebentar lagi dia akan sembuh" jawab Satrio yang terus menenangkan istrinya itu. Ia tahu betul bagaimana khawatirnya sang istri saat mendapati putra semata wayangnya itu jatuh sakit. Meski terbilang sakitnya tidak terlalu parah.

"Tapi yah..."

"Ayah tidak menyangka putra kita yang ayah kira kuat bisa selemah ini karena cinta" ucap Satrio terkekeh. Ia sama sekali tidak pernah menyangka, putranya yang kuat dan hebat dalam bidang apapun bisa selemah ini hanya karena cinta. Arelfan sama sekali tidak pernah sakit jika pulang larut malam dan kehujanan sehabis pulang kerja, putranya tidak selemah itu. Tapi beda hal nya ternyata dengan hal yang bersangkutan dengan gadisnya, hanya diputuskan oleh gadis manja nan menggemaskan seperti Marsha langsung jatuh sakit. Ada-ada saja putranya ini.

Ana mendelik dan mencubit pinggang suaminya itu. "ish ayah bukannya ngasih solusi malah becanda".

"Kenyataan bu" sahut Satrio masih terkekeh.

*****

Sehabis pulang bertemu dengan Ariq, kini Marsha tengah berkumpul bersama kedua orangtuanya juga kakaknya tersayang diruang keluarga.

Sesekali mereka membahas tentang bagaimana ujian sekolah Marsha juga Marsha akan lanjut kuliah kemana.

Jujur Marsha belum punya rencana untuk melanjutkan kuliahnya dimana.

"Caca mau lanjut kuliah dimana?" Tanya Armand sambil mengelus kepala putrinya itu yang sedang memeluknya.

"Belum tau pih. Nanti Caca pikirin lagi deh" jawab Marsha. Terlihat acuh tentang masa depannya sendiri. Tapi tidak begitu sebenarnya, ia hanya sedikit sedih akan berpisah dengan sahabat-sahabatnya.

My Young GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang