"Gue cuma heran aja selera Arelfan jadi turun gini" katanya dengan nada remeh.
"Maksudnya?" Tanya Marsha bingung.
"Setau gue Arelfan itu punya selera yang tinggi. Lo tau semua mantannya cantik-cantik, badannya seksi. Dan rata-rata mereka model. Gak kayak..." Wanita itu yang tidak lain adalah Rena, menilik Marsha dari atas sampai bawah.
Marsha yang melihat arah pandang wanita didepannya itu ikut menilik penampilannya.
"Mungkin dia lagi bosen aja kali ya jadi dia milih nyaaa...yang standar-standar kayak lo. Abis ilang bosennya baru dia nyari yang seksi dan cantik lagi" ucap wanita itu dengan nada remehnya yang tidak sadar telah membuat hati Marsha berdenyut sakit.
"Gue mau wanti-wanti aja, hati-hati sama Arelfan. Sebelum lo nantinya dibuang, gue yakin lo cuma bahan bosennya dia" bisiknya lagi ditelinga Marsha sebelum Rena pergi dari hadapan Marsha.
Marsha sudah tidak sanggup lagi menahan rasa sesak di dadanya. Dengan kurang ajarnya, air mata meluruh kepipinya.
Ia melihat pantulan dirinya di cermin toilet itu.
Arelfan itu punya selera yang tinggi. Lo tau semua mantan cantik-cantik, badannya seksi.
Kalimat itu terus terngiang ditelinga Marsha. Membuat hatinya semakin sesak. Benarkah dirinya hanya sebatas bahan ketika Arelfan bosan?.
Haruskah ia percaya pada wanita itu? Bahkan Marsha saja tidak mengetahui nama wanita itu siapa.
Marsha cukup sadar diri, ia bukan wanita cantik apalagi seksi. Lalu apa benar dia hanya sebatas hiburan untuk Arelfan? Benarkah Arelfan sedang bosan dan memilihnya untuk jadi bonekanya?.
Cukup, ia tidak ingin beranggapan dulu. Ia tidak ingin mengambil keputusan sepihak lagi seperti dulu tanpa tahu yang sebenarnya.
Marsha mengusap air matanya dan mencuci wajahnya. Kali ini ia akan tutup kuping dan memilih percaya pada Arelfan. Sejauh ini Arelfan memperlakukannya dengan sangat baik. Bahkan Arelfan berjuang untuk mendapatkan restu kedua orangtuanya.
Marsha keluar dari toilet dan hendak bergabung lagi dengan Fashya dan Areya. Tapi matanya menangkap sosok yang bahkan belum memberinya kabar seharian.
Arelfan. Ya dia Arelfan. Tapi bersama siapa? Arelfan terlihat tengah bersama seorang wanita. Dilihat dari penampilannya wanita itu sangat seksi dengan pakaian sepaha ketatnya. Mereka tampak mengobrol.
Sepintas Marsha melihat wajah wanita itu, cantik.Marsha tanpa sadar terus memperhatikan mereka berdua yang tengah mengobrol. Hingga matanya melihat sesuatu yang amat sangat menyakitkan baginya.
Wanita itu memeluk dan mencium Arelfan yang bahkan sepenglihatan Marsha, Arelfan tidak menolak sama sekali.
"Bahkan disaat Caca memutuskan buat percaya, tapi malah dibuat kecewa" lirih Marsha yang tanpa sadar air matanya sudah sangat deras.
Keadaan caffe tidak terlalu ramai, pantas saja mereka berani berciuman dan berpelukan ditempat umum seperti ini.
"Caca jadi tau dimana posisi Caca sebenarnya" kini Marsha lebih percaya pada Rena, ia tahu posisinya sekarang dimana. Benar kata Rena, ia hanya sebatas bahan ketika Arelfan bosan ternyata.
Bahkan tidak ada lagi rasa percaya sedikit pun kali ini pada Arelfan. Digantikan rasa kecewanya yang begitu besar. Mana yang dulu pernah memintanya agar tidak pernah meninggalkan? Sikap possesifnya ternyata hanya kedok agar seolah-olah ia benar-benar takut untuk kehilangan.
Cukup, Marsha sudah sangat sejauh ini dibodohi oleh Arelfan ternyata. Menghilangnya tanpa kabar ternyata Arelfan sudah mulai menemukan hal yang dulunya lagi. Ia sudah ingin membuang nya. Bodoh, Marsha khawatir mencari kabar Arelfan seharian tapi nyatanya laki-laki itu tengah asik dengan wanita cantik dan seksi nya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Young Girl
Romance"Om ada kecoa" Marsha menggertak Arelfan seakan Arelfan akan takut. "Terus?" Shit, om om ini tidak takut sama sekali dengan kecoa. Batinnya. "Caca teriak nih" ancam Marsha bersiap untuk berteriak. "Kakaa--" teriakannya terhenti saat sebuah benda ken...