Marsha tengah bersiap untuk pulang, bel pulang sudah berbunyi sejak tiga menit lalu.
Ia harus banyak belajar, mengingat ujian sebentar lagi akan dilaksanakan.
"Ca belajar bareng yuk dirumah lo" usul Areya kepada Marsha.
Kini Marsha, Areya, dan Fashya tengah berjalan menuju parkiran sekolah untuk bergegas pulang.
"Ehm boleh" jawab Marsha.
Fashya dan Areya pun mengangguk setuju. "Nanti malem kita kerumah lo ya" kata Fashya.
Marsha pun mengangguk menjawabnya.
"Caca" panggil seseorang dibelakang mereka.
"Ariq" sahut Marsha saat mengetahui siapa yang memanggilnya.
"Pulang bareng yuk" ajak Ariq yang langsung menerima pelototan dari kedua sahabat Marsha.
"Ariq lo mau digorok pacarnya Caca" tegur Areya memperingati.
"Ck, pulang bareng doang re. Gak ada salahnya kan"
Keduanya menggelengkan kepala atas jawaban yang dilontarkan Ariq.
Tidak sengaja Areya melihat Dania melewati mereka, terlintas ide brilian diotaknya.
"Dania" panggil Areya kepada Dania.
Dani menoleh dan melihat siapa yang memanggilnya. "Eh kak Areya, ada apa kak?" Sepintas Dania menoleh kearah Ariq yang menatapnya datar.
Ia tahu Ariq tidak memiliki perasaan apapun padanya, bahkan dengan teganya laki-laki itu pernah berkata bahwa hanya Marsha lah wanita satu-satunya yang ada dihatinya. Dan dirinya hanya sebatas pelampiasan kala itu ketika Ariq merasa patah hati saat Marsha sudah mempunyai calon.
"Lo pulang bareng siapa?" Tanya Areya lagi.
"Sendiri kak" jawab Dania sopan.
"Bareng Ariq aja" usulan Areya lantas membuat Ariq berdecih tidak suka.
"Gue ngajak ca---" ucapan Ariq terpotong kala Areya mendorongnya untuk segera bergegas mengantar Dania pulang.
"Udah sana kasian Dania pulangnya ntar kesorean"
Marsha hanya geleng-geleng kepala melihatnya. Ia sudah mengetahui bahwa Ariq dengan teganya hanya menjadikan Dania pelampiasan untuk rasa sakitnya terhadap dirinya. Ariq berbohong padanya, tentu awalnya ia marah. Marah karena tega menjadikan Dania pelampiasan.
"Jangan geer, gue nganterin lo karena temen gue yang maksa" ujar Ariq datar sambil melempar helm kepada Dania yang terus terdiam sedari tadi.
"G-gak usah deh kak, aku pulang sen-"
"Banyak bacot lo, pake aja" sarkas Ariq yang dengan tidak berperasaannya berkata kasar kepada Dania. Membuat hati Dania semakin sakit.
Memang seperti itulah Ariq, akan berperilaku tidak baik jika tidak sesuai keinginannya.
Tidak pandang bulu ia akan berperilaku atau berkata kasar kepada siapapun entah wanita atau laki-laki. Ia tidak perduli.
Lain hal nya dengan Marsha, ia akan sangat lembut melebihi sutra jika dengan gadis itu. Entah apa yang Marsha perbuat hingga Ariq berperilaku demikian kepadanya.
Dengan hati yang sakit Dania menaiki motor tinggi Ariq. Setelah Ariq pun melajukan motornya meninggalkan sekolah dengan kecepatan tinggi. Tidak perduli Dania berpegangan atau tidak. Tidak perduli Dania akan jatuh ataupun tidak.
*****
Marsha kini sudah berada didalam mobil Arelfan, karena tadi menjemputnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Young Girl
Romance"Om ada kecoa" Marsha menggertak Arelfan seakan Arelfan akan takut. "Terus?" Shit, om om ini tidak takut sama sekali dengan kecoa. Batinnya. "Caca teriak nih" ancam Marsha bersiap untuk berteriak. "Kakaa--" teriakannya terhenti saat sebuah benda ken...